Wahyu Nur Hidayat

Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas di kalangan masyarakat. Banyak keluarga telah menggunakan jasa langganan internet, sehingga di dalam rumah anggota keluarga dapat mengakses internet dengan mudah. Begitu juga dengan kehadiran telepon seluler yang memungkinkan seseorang dapat mengakses internet kapan saja dan di mana saja. Internet dapat memberikan manfaat positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Seorang anak yang menggunakan internet sering kali menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang berniat jahat maupun pornografi.


Kita tahu bahwa semakin hari, semakin banyak konten-konten negatif yang bermunculan di internet. Menurut sebuah riset yang dilansir oleh Top Ten Reviews, setiap detiknya lebih dari 28 ribu orang  mengakses situs-situs pornografi di internet dengan total pengeluaran mencapai lebih dari US$ 3,000. Data tersebut juga menyebutkan setidaknya tiap detik ada 372 pengguna internet yang mengetikkan kata kunci tertentu di situs pencari untuk mencari konten pornografi. Kejadian beberapa waktu yang lalu, dengan beredarnya 2-3 video porno yang mirip dengan artis ternama, cukup mengundang perhatian masyarakat yang sangat tinggi. sampai-sampai ada guyonan, mulai dari gubuk derita sampai istana negara membicarakannya. Banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan video tersebut, mulai dari mengunduh sendiri, nebeng teman, ngopi, bahkan ada yang sampai rela membeli CD-nya, mulai dari harga dua puluh sampai lima ribu. Dengan adanya konten-konten yang menyuguhkan hal semacam itu, hal ini bisa menjadi senjata makan tuan bagi pengguna internet, terutama para pelajar dan anak-anak. Oleh karena itu, diperlukan sebuah tindakan khusus untuk mencegah akses terhadap konten-konten negatif.
Banyak cara yang dapat kita gunakan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap pengaksesan situs-situs porno dan beberapa konten negatif lainnya. Mulai dari pemanfaatan sistem operasi yang secara default memblokir hal-hal yang tidak baik seperti Sabily OS, melakukan setting Internet Explorer dengan cara mengaktifkan “Content Advisor” atau jika menggunakan browser lain dapat menggunakan program tambahan (Add ons) browser tersebut. Selain itu dapat juga digunakan software parental control yang banyak tersedia. Mulai dari yang gratis sampai  yang bayar, seperti Net Nanny, Cyber Patrol, Safe Eyes, dan lain-lain. Pemblokiran suatu situs juga dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode Filter Content, metode berbasis Domain Name System (DNS), metode berbasis Proxy dan juga metode berbasis Firewall. Dari sekian banyak metode yang ada, penulis akan khusus mengulas mengenai metode DNS Filtering System dengan menggunakan DNS Nawala.
DNS  Nawala  adalah  layanan DNS Filter yang bebas digunakan  oleh  pengguna internet  yang  membutuhkan saringan situs internet negatif. DNS Nawala secara spesifik akan memblokir jenis konten negatif yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan, nilai dan norma sosial, adat istiadat dan kesusilaan Bangsa Indonesia seperti pornografi dan perjudian. Selain itu, DNS Nawala juga akan memblokir situs internet yang mengandung konten berbahaya seperti malware, situs phising (penyesatan), dan sejenisnya.
Sejak awal, layanan ini dirancang untuk menerima masukan langsung dari komunitas internet dan masyarakat umum yang menjadi pengguna layanan. Masukan inilah yang akan ditelaah oleh Tim Nawala Project untuk menentukan apakah sebuah situs layak di filter atau tidak. Perlindungan pengguna, terutama anak-anak menjadi perhatian utama Nawala Project.
DNS Nawala dapat digunakan siapa saja, mulai dari pengguna rumahan sampai pengguna komersial. Layanan ini tanpa batasan penyedia jasa layanan internet yang digunakan dan tidak dikenakan biaya apa pun. Hampir semua sistem operasi yang umum digunakan (Windows, Mac, Linux) dapat memanfaatkan DNS Nawala, bahkan di perangkat bergerak atau ponsel tertentu juga dapat dimanfaatkan.
Cara penggunaan DNS Nawala sangat mudah, yaitu  tinggal mengubah DNS pada komputer atau server ke alamat IP DNS Nawala dan kita siap menggunakan DNS Nawala. IP DNS Nawala adalah: 180.131.144.144 (Nawala Project Primary) dan 180.131.145.145 (Nawala Project Secondary). Jika sudah, maka DNS Nawala segera menjalankan tugasnya. Namun, jika di tengah jalan pengguna menemui situs yang dianggap memiliki konten negatif (pornografi, judi, phising, malware) yang lolos dari saringan, maka pengguna dapat melaporkan situs tersebut di http://nawala.org.
Hal utama yang perlu kita  ingat bahwa teknologi blokir atau filter tidak pernah menjamin bahwa internet yang diakses oleh anak, murid, atau oleh siapa pun akan bebas dari konten negatif 100%. Teknologi apa pun hanya sebagai salah satu alat bantu. Peran komunikasi yang baik dan intensif antara orang tua dengan anak, atau guru dengan murid, jauh lebih efektif untuk meminimalisasi dampak negatif di internet. Dengan semua itu, internet dapat menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia untuk memercepat kemajuan serta kesejahteraan. Salam internet sehat!
Untuk sharing tentang pemanfaatan IT bagi dunia pendidikan dapat menghubungi: wahyu_hazard@yahoo.com atau di situs www.penjual-mimpi.co.cc.

Penulis adalah mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Informatika angkatan 2007