Beasiswa yang ada di Universitas Negeri Malang (UM) dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama beasiswa dari Pendidikan Tinggi (Dikti) yang meliputi beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), beasiswa Penunjang Prestasi Akademik (PPA), dan beasiswa Bidik Misi. Kedua adalah beasiswa dari sponsor yang terdiri dari beasiswa Bank Indonesia (BI), BRI, Djarum, Gudang Garam, Toyota Astra, Bank Dunia (Outreach),  dan Supersemar. Beasiswa PPA diberikan sebagai penghargaan atas prestasi mahasiswa dengan melihat dua syarat utama, yaitu IP tinggi dan kondisi orang tua. Sebaliknya, BBM melihat kondisi atau penghasilan orang tua terlebih dulu, kemudian beranjak melihat nilai atau IP.
Jika PPA dan BBM memprioritaskan yang mendapatkan beasiswa adalah mahasiswa yang mendekati lulus, lain halnya dengan beasiswa bidik misi yang dikhususkan untuk mahasiswa baru (maba). Tim bidik misi yang dalam hal ini adalah Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem Informasi (BAAKPSI) UM menyeleksi mahasiswa dari berbagai SMA/SMK sederajat se-Indonesia yang berprestasi dan berpotensi tetapi berasal dari keluarga kurang mampu agar mereka bisa melanjutkan pendidikan di UM. Beasiswa ini diberikan berkelanjutan sampai mahasiswa tersebut lulus.
Beasiswa yang hampir sama dengan bidik misi adalah beasiswa Outreach. Setiap tahun, tim Outreach menyebarkan brosur ke SMA/SMK sederajat di tiap daerah kabupaten. Siswa yang berminat dan memenuhi syarat bisa mendaftar ke tim Outreach. Jadi, beasiswa ini dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk menjaring mahaiswa baru (maba) dan menjadi salah satu jalur yang bisa ditempuh untuk masuk UM. Maba yang mendapat beasiswa Outreach harus memeroleh dan memertahankan IP dengan baik, karena bila dua semester berturut-turut IP di bawah 2,50, maka mahasiswa tersebut akan digantikan oleh mahasiswa lain. Pencabutan beasiswa karena penurunan IP ini pernah terjadi pada dua mahasiswa angkatan 2007. Sama halnya dengan Bidik Misi, beasiswa Outreach diberikan secara berkelanjutan.
Prosedur atau tahapan seleksi dari beasiswa diawali dengan pendaftaran bagi mahasiswa yang berminat. Setelah semua berkas atau map pendaftar terkumpul, pihak Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) meng-entry semua data bekerja sama dengan TIK UM untuk memunculkan data-data pendaftar beasiswa secara lengkap. Kesma kemudian mencari data mahasiswa yang memenuhi syarat seperti IPK, jurusan, semester, dan umur. Syarat-syarat tersebut telah ditentukan sebelumnya oleh pihak sponsor. Setelah itu Kesma membuat daftar yang berisi sejumlah mahasiswa calon penerima beasiswa—yang tentunya telah memenuhi syarat-syarat yang diajukan oleh pihak sposor. Daftar tersebut kemudian dirundingkan dalam rapat yang melibatkan PR III, Subag Kemahasiswaan, sampai pihak fakultas (PD III).
Dengan mengacu pada daftar calon penerima beasiswa yang telah disusun oleh Kesma, ditetapkanlah mahasiswa-mahasiswa yang berhak mendapat beasiswa dalam rapat ini. Prosedur semacam ini berlaku untuk beasiswa BBM, PPA, dan Supersemar. Selain ketiga beasiswa tersebut, pihak sponsor sendirilah yang menyeleksi dan menentukan penerima beasiswa. Beberapa pertimbangan yang didiskusikan tim seleksi dalam rapat ini adalah mencocokkan slip penghasilan orang tua dengan kartu keluarga, rekening telpon, dan listrik, serta prestasi dalam bentuk sertifikat atau piagam penghargaan dua tahun terakhir. Bapak Gatot Mukti menyatakan bahwa banyak pendaftar beasiswa yang memberikan data penghasilan yang direkayasa dan tidak rasional. Hal inilah yang malah membuat mahasiswa tersebut tidak mendapatkan beasiswa.
Mulai awal tahun 2010 dan seterusnya, mahasiswa yang mendaftar beasiswa harus memiliki rekening sendiri. Hal ini selain demi keamanan, juga untuk memudahkan dan membiasakan mahasiswa mengatur keuangannya sendiri. ”Saya rasa kebijakan seperti ini lebih efektif dan menguntungkan mahasiswa,” tutur Bapak Gatot selaku Kasubag Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa BAAKPSI UM.
Kehadiran beasiswa dirasa sangat penting di tengah-tengah mahasiswa. Hal itu diakui oleh Yuni Purwanti, mahasiswi Geografi 2009 yang tahun ini mendapat beasiswa BBM. “Beasiswa itu pasti perlu. Kalau minta orang tua terus malu. Beasiswa ini bisa menopang hidup saya di Malang sehingga saya tidak terlalu menggantungkan biaya ke orang tua,” jelasnya. Mahasiswi asal Nganjuk ini juga bertutur bahwa beasiswa bisa memotivasinya untuk meningkatkan dan memertahankan IP.
Hal senada diungkapkan pula oleh mahasiswi berinisial RS yang juga mendapat beasiswa BBM. Mahasiswi asal Lamongan ini mengaku bahwa beasiswa yang ia dapat sangat membantu ekonomi keluarganya. Mahasiswi yang enggan dituliskan nama lengkapnya ini hanya dibesarkan oleh seorang Ibu yang berprofesi sebagai petani. Uang yang ia dapat dari beasiswa ia gunakan untuk membeli printer dan membayar SPP. Sisanya ditabung untuk melanjutkan gelar double degree beberapa tahun lagi.
Drs. Gatot Mukti memberikan saran kepada para mahasiswa yang ingin mendapat beasiswa. “Intinya bahwa sebenarnya peluangnya itu ada, tapi jumlah mahasiswa dengan jumlah beasiswa untuk saat ini belum seimbang sehingga harus meningkatkan prestasi supaya bisa mendapat beasiswa,“ terang beliau saat ditemui kru Komunikasi pada Kamis (9/12) lalu di kantornya. Setiap tahun pada Januari, kesempatan untuk mendaftar beasiswa PPA dan BBM terbuka lebar bagi semua mahasiswa. Sementara untuk beasiswa lain menyesuaikan permintaan dari pihak sponsor. Kesempatan tersebut bisa diambil dan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh mahasiswa UM yang ingin mendapatkan beasiswa.
Pada tahun 2011 mendatang, beasiswa BBM dan PPA khusus maba sudah tidak ada lagi. Maba tahun 2011 yang ingin mendapatkan beasiswa harus mendaftar bersama-sama dengan mahasiswa angkatan lama pada Januari 2012. Ketentuan semacam ini berasal dari Dikti yang merupakan sumber dana bagi beasiswa BBM dan PPA.
Bagi mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS tidak perlu merasa khawatir karena mereka masih berpeluang untuk mendapat beasiswa PPA yang menitikberatkan pada nilai, bukan pada penghasilan orang tua.Nur