Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar tetapi tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi masalah kemerosotan moral dan identitas. Respons terhadap masalah tersebut kini mulai menguat. Di antaranya munculnya gerakan sosial untuk mengembangkan pengembangan etika, kesadaran hukum, dan pendidikan berkarakter. Berpijak pada hal tersebut, seminar nasional (semnas) mengenai Peran Civil Society terhadap Pendidikan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia diadakan. Acara yang diadakan di gedung A3 lantai II pada Jumat (10/12) ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum dan Kewarganegaraan.
Sebanyak 250 peserta yang berasal dari kalangan guru dan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti seminar ini. Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Kacung Marijan, Ms. Guru Besar FISIP Unair ini menjelaskan mengenai pengembangan etika dan kesadaran hukum warga negara. Menurut beliau, untuk mengembangkan etika kepada individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat, perlu diadakan sosialisasi, yakni proses penanaman nilai-nilai tertentu. Agar etika itu berjalan dengan baik, diberlakukanlah prinsip reward and punishment. Masyarakat dapat memberi sanksi manakala terjadi pelanggaran etika dan masyarakat dapat  memberi hadiah atau pujian saat etika tersebut dianut. Etika juga merupakan salah satu dasar bagi kesadaran hukum yang ada dalam masyarakat.Banyaknya masalah yang cukup serius di berbagai bidang membuktikan kurangnya kesadaran hukum di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, di antaranya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang peraturan perundang-undangan dan upaya pemangkiran masyarakat dari sanksi penegakan hukum.
Materi selanjutnya dibawakan oleh Prof. Dr. Haryono, M.Si. Beliau menggarisbesarkan materinya pada problematika penegakan hukum di Indonesia. Sedangkan materi terakhir membincangkan masalah pembentukan karakter dalam pendidikan hukum warga negara. Dr. Cholisin, M.Si. menerangkan bahwa pengembangan karakter hendaknya dijadikan sebagai gerakan nasional, baik di perguruan tinggi maupun persekolahan. Untuk pengembangan pendidikan berkarakter di persekolahan, mata pelajaran PKn dan mata pelajaran agama merupakan ujung tombak. Pendidikan karakter sendiri secara garis besar adalah mandiri, tahu tentang hak dan kewajiban, dan mau mengambil tanggung jawab. Apabila nilai-nilai karakter tersebut telah menjadi watak bangsa Indonesia, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.
Semnas ini merupakan acara pembuka dari tiga acara utama Himpunan Nasional PKn. Selanjutnya, pada tanggal 11-12 November 2010 juga diadakan rapat kerja nasional dan silaturahmi nasional segenap civitas mahasiswa PKn dari seluruh Indonesia.
“Kami berharap ke depannya ada kerja sama dan kontribusi yang lebih baik dengan universitas untuk menyukseskan acara berskala nasional seperti ini,” ungkap Mi’raj Al Absori, Ketua Umum HMJ Hukum dan Kewarganegaraan sekaligus Ketua Himpunan Nasional PKn.Jeng