Oleh Anindita Sastavianti

Mahasiswa merupakan generasi produktif. Ibarat buah di pohon, tidak semua buah dapat langsung dipetik. Mahasiswa yang lulus pun tidak semuanya dapat langsung siap kerja. Mahasiswa yang siap terjun di dunia kerja adalah mahasiswa yang memiliki pola pikir out of the box saat kuliah bahkan setelah lulus. Pola pikir out of the box yang dimaksud adalah pola pikir kreatif tanpa batas tapi tetap pada satu tujuan yang akan di capai. Kreativitas tidak akan muncul dan berkembang jika masih dihalangi oleh pikiran yang cenderung tersekat oleh rasa takut, tersekat oleh teori yang tidak diimbangi dengan tindakan, dan tersekat oleh perkataan “kuliah dulu dengan nilai tinggi, baru berkreativitas”. Jika kita termasuk memiliki pemikiran seperti ini, inilah yang disebut tidak berpikir out of the box.
Universitas Negeri Malang (UM) telah meningkatkan sarana dengan meluncurkan brand name baru, yakni The Learning University sehingga sangat disayangkan jika atmosfer baru ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Pendidikan berbasis character building sedang digalakkan. Semua ini merupakan upaya membentuk pola out of the box bagi mahasiswa untuk terus berkreativitas.
Saat mahasiswa melakukan pemikiran out of the box di kampus, maka tidak menutup kemungkinan mereka melakukan hal yang sama saat lulus nanti. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang kreatif? Apakah mereka tidak dapat disebut sebagai out of the box? Tentu saja tidak seperti itu. Mahasiswa yang berpikir out of the box memiliki ciri berpikir ke depan, tidak hanya kuliah-pulang bahkan bergerombol, berjalan ke mana-mana. Seharusnya berkumpul untuk memberi gagasan baru dan berbagi ilmu yang bermanfaat. Jika tidak mengikuti organisasi, mahasiswa out of the box  memiliki kebiasaan berbeda dari yang lain dalam tanda kutip “berkuliah sambil berwirausaha, berkuliah sambil melakukan kegiatan sosial atau kompetisi di luar kampus yang dapat menunjang keterampilan”.
Banyak mahasiswa yang bermula dari titik nol atau pada awalnya mereka sudah berada pada rel out of the box tapi belum menyadarinya.  Contoh mudah yang mungkin sudah diketahui oleh semua mahasiswa yaitu pada film “3 Idiots”. Tokoh Ranchoo adalah tokoh out of the box. Orang-orang cacat dalam acara reality show “Mereka yang Terlupakan”. Meski cacat, sempat terbayangkan oleh kita bahwa mereka tidak dapat melakukan apa-apa bahkan merepotkan orang lain. Ternyata semua dugaan itu salah. Pola pikir mereka lebih baik. Mereka tidak akan tinggal diam pada situasi apa pun sehingga ada yang mahir melukis dengan kaki, ahli automotif, bahkan ahli pembuat sepatu berkualitas.
Coba perhatikan permainan out of the box yang sudah terkenal saat ini, permainan melewati sembilan titik dengan lima garis tidak terputus terlihat tidak menantang. Pada gambar kedua, melewati sembilan titik dengan empat garis tidak terputus. Bagi yang belum tahu jawabannya akan merasa tertantang. Jika kita perhatikan gambar kedua, kita dapat menyimpulkan, tidak ada aturan bahwa garis-garis tersebut harus ada dalam area kesembilan titik tersebut.Jadi, janganlah membuat anggapan sendiri bahwa garis harus dalam satu area. Ketika kita tidak  menggunakan anggapan tidak berdasar tersebut, kita akan dapat melihat jawaban yang tidak terlihat sebelumnya.
Sebagai mahasiswa, sudahkah kita berpikir out of the box? Bagaimana caranya agar berpikir out of  the box? Peluang hadir di saat yang tidak terduga. Maka pandai-pandailah membaca peluang, lakukan tindakan besar (yang belum pernah dilakukan sebelumnya) dalam berkreativitas. Sarana yang telah diberikan universitas sangat baik untuk mengukur kemampuan tersebut. Mari tetap beribadah dan out of the box!

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia 2007