Menutup lembaran tahun 2010, UM menggelar acara dzikir dan muhasabah akhir tahun pada 31/12/10 di masjid Al-Hikmah UM. Setiap akhir tahun, UM memang rutin mengadakan acara ini. Bedanya, dzikir bersama yang sebelumnya selalu diadakan malam hari, kali ini diadakan sore hari. Acara yang bertujuan agar perjalanan UM ke depan bisa diberkahi oleh Allah ini dapat diikuti secara gratis oleh seluruh civitas akademika UM dan masyarakat umum.
UM Berdzikir “Menggapai Kematangan Intelektul dan Kedewasaan Spiritual Menuju Terciptanya The Learning University Bersama K.H Ahmad Mujayyid” dimulai dengan salat ashar berjamaah dan istighosah yang dipimpin oleh salah satu dosen Sastra Arab, Bapak Khusairi. Dilanjutkan dengan permbacaan ayat suci Al-Quran oleh Bapak Syafaat,  S. Ag., M. Ag. dan sambutan Rektor UM.
Pada kesempatan ini, hal pertama yang disampaikan oleh Rektor UM, Prof.Dr. H. Suparno adalah bahwa tradisi akhir tahun UM yang memasuki tahun ketujuh ini bersifat nonkedinasan, bukan kewajiban bagi civitas akademika UM. Jadi, untuk datang pada acara ini, ukurannya adalah hati dan keikhlasan kita. Bapak Suparno juga tidak lupa mengajak para hadirin agar belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup. “Perenungan harus selalu dilakukan dari menit ke menit dan detik ke detik,” ujar beliau. Di akhir sambutannya, Rektor UM terpilih periode 2010-2014 ini menguraikan harapan untuk UM ke depan agar UM bisa menjadi universitas yang kredibel, bermartabat, dan memberi kemaslahatan bagi umat manusia.
Tausiyah dan muhasabah akhir tahun dari Bapak Mujayyid menjadi acara puncak dan akhir. Beliau mengatakan bahwa intelektual manusia itu terbatas. Keterbatasan itu bisa dilengkapi dengan kekuatan spiritual yang bisa menolong manusia. Penceramah yang pandai menyampaikan materi dengan gaya lucu, segar, dan komunikatif ini mengingatkan agar pada akhir tahun, manusia harusnya mohon ampun atas segala noda dan dosa. Bila melakukan kesalahan pada orang lain, cepatlah meminta maaf karena itu dapat mengembalikan rahmat Allah.Nur