Kedatangan Rieke Dyah Pitaloka ke Universitas Negeri Malang (UM), tepatnya di aula gedung E6 Fakultas Sastra pada Selasa (19/04) menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat UM. Dalam kesempatan tersebut, artis yang lebih akrab disapa Oneng ini menggelar launching dan bedah buku kumpulan puisi terbarunya, Sumpah Saripah. Acara ini diselenggarakan melalui kerja sama PT Togamas dan  HMJ Seni Desain UM.
Launching dan bedah buku ini dihadiri oleh tiga narasumber, yaitu Rieke Dyah Pitaloka sendiri, Dr. Yuni Pratiwi, M.Pd. dan Dra. Ida Siti Herawati, M.Pd.  Acara ini berjalan mulai pukul 10.30-13.00 WIB dipandu oleh Drs. Suryo Wido, M.Pd. Acara ini diawali dengan pembacaan puisi Sumpah Saripah oleh dosen Sastra Indonesia, Bapak Indra dan pembacaan puisi “Soli Gadis Sumba” oleh Rieke. Dengan pembacaan yang penuh emosi dan ritme yang berderap-derap, se-rentak, tersirat decak kagum dalam benak ratusan hadirin yang memadati aula. Puisi tersebut menggambarkan tema yang diusung Rieke dalam puisi-puisinya. Puisi-puisi tersebut secara tematik mengilustrasikan tentang penderitaan, penindasan, dan ke-terpurukan rakyat miskin.
Bedah yang pertama disampaikan oleh Dr. Yuni Pratiwi, M.Pd. Beliau mengulas isi buku tersebut secara rinci dan gamblang. “Puisi-puisi Mbak Rieke merekam berbagai fakta dan fenomena. Tidak mudah bagi seorang penulis untuk demikian. Beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk merekam berbagai realitas yang terjadi di sekitarnya,” papar beliau. Usai dibedah dari aspek isi, kemudian ilustrasi puisi dibedah oleh Dra. Ida Siti Herawati, M.Pd. Ilustrasi dalam buku tersebut dibuat oleh seniman ternama, Bambang A.W. Kiprahnya di dunia seni lukis sudah dikenal di Indonesia. Menurut pembedah yang kedua, ilustrasi dalam buku kumpulan puisi tersebut sudah cukup mewakili isi dari puisinya. “Ilustrasi itu sangat penting. Di sini saya menemukan komunikasi yang gayeng antara tulisan dan lukisan,” ungkap beliau saat memaparkan ulasannya.
Rieke ternyata mempunyai tujuan dan harapan yang cukup besar melalui karyanya ini. “Sama halnya dengan politik, bagi saya suatu karya seni harus bisa membawa kemaslahatan bagi umat. Saya banyak belajar dari Sitor Situmorang untuk membuat puisi. Besar harapan saya puisi-puisi ini dapat membangkitkan rasa nasionalisme para pembaca,” tegasnya.
Direktur Utama PT Togamas, Bapak Johan berandil besar dalam proses terselenggaranya acara ini. Beliau memilih UM sebagai tempat untuk menggelar lauching dan bedah buku tentunya dengan berbagai pertimbangan. “UM adalah kampus yang keren. Di sini aliran sastranya lebih kuat dibanding yang lain. Next time, saya usahakan untuk menguundang penulis-penulis ternama dan mendatangkannya lagi ke sini,” papar beliau saat diwawancara. Tidak hanya itu, Rieke Dyah Pitaloka pun sangat terkesan dengan mahasiswa UM. “Bedah buku kali ini sangat seru. Audience-nya begitu antusias,” ungkap Rieke saat ditemui di akhir acara.Dha