Oleh Syafa’atul Udhmah

Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa’: 103)
Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)

Latihan-latihan olahraga merupakan salah satu aktivitas yang dianjurkan oleh ilmu kesehatan. Selain dapat membentuk kebugaran tubuh, latihan-latihan olahraga juga dapat merangsang terciptanya akal sehat. Aktivitas salat lima kali sehari merupakan media terbaik dalam merengkuh manfaat positif dalam ilmu kesehatan tersebut karena waktu salat adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan-latihan itu.
Waktu sebelum matahari terbit adalah waktu yang paling menyegarkan. Udara pagi hari dapat membangkitkan energi tubuh. Waktu zuhur saat seseorang melepas lelah dari kesibukan adalah waktu yang sangat tepat untuk mengembalikan keseimbangan energi. Waktu asar pada saat aktivitas seseorang menjelang usai adalah waktu yang paling tepat untuk mengembalikan daya energi dalam tubuh. Waktu magrib adalah waktu seseorang sedang menyonsong aktivitas baru, sedangkan waktu isya adalah waktu saat tubuh memerlukan energi baru setelah seharian penuh beraktivitas yang sangat melelahkan. Kelima waktu itulah yang merupakan waktu yang paling tepat bagi seseorang untuk mengganti energi dirinya  yang hampir hilang.
Bagi pakar-pakar muslim, gerakan-gerakan salat, mulai dari berdiri, rukuk, sujud, duduk yang dilakukan berulang-ulang dalam sehari adalah jalan terbaik untuk melancarkan peredaran darah. Dengan lancarnya sistem peredaran darah, maka seluruh organ tubuh akan bertambah energik. Dari gerakan-gerakan dalam salat ini, ada satu hal yang menarik perhatian seorang dokter forensik (visum) sekaligus dokter orthopedic (tulang) asal Perancis saat berlibur di Mesir. Di sela-sela kunjungannya ke beberapa masjid di Mesir, ia menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit-penyakit punggung. Resep (terapi) sakit punggung yang diajukan tersebut adalah dengan cara melakukan gerakan-gerakan salat sebanyak lima kali dalam sehari. Gerakan-gerakan salat yang dapat memperkuat tulang punggung sekaligus untuk melemaskan tulang belakang (sumsum) tersebut adalah gerakan rukuk dan sujud.
Saat berkunjung ke Mesir ini, masyarakat pun tampak antusias menyaksikan praktik salat untuk mengetahui kiat-kiat menjaga kekuatan tulang belakang. Di samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan bahwa rukuk, berdiri (tegap), dan sujud ternyata mampu menguatkan otot-otot punggung dan perut. Gerakan-gerakan salat ini juga dapat melenyapkan berbagai minyak dan lemak yang terkadang menempel di dinding-dinding perut. Tidak hanya itu, sujud juga berfungsi sebagai penguat otot-otot paha dan lutut, memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, menguatkan dinding-dinding perut, dan menyetabilkan gerakan-gerakan pencernaan usus.
Berkaitan dengan hal ini, pakar Islam sepakat bahwa dengan melaksanakan salat secara teratur sebelum makan, sama halnya menjaga dan melindungi diri dari penyakit-penyakit lambung, terlebih penyakit akibat luka lambung. Oleh karena itu, orang yang mengidap penyakit maag selalu dianjurkan untuk mengekang konsumsi makanan selama dalam keadaan tertekan atau terjadi sensivitas kepekaan urat saraf yang berakibat sering naik pitam. Jika dalam kondisi seperti ini, sangat dianjurkan untuk menenangkan terlebih daluhu hingga mencapai situasi rileks, santai, dan segar. Setelah itu, baru diperbolehkan mengonsumsi makanan.
Penemuan ilmiah juga menunjukkan bahwa salat berdampak langsung terhadap sistem kerja saraf. Salat dapat menghilangkan ketegangan, menenteramkan pergolakan jiwa sekaligus sebagai terapi kegoncangan-kegoncangan. Lebih dari itu, salat juga menjadi obat mujarab bagi penderita insomnia (orang yang sulit tidur) akibat guncangan sistem urat saraf. Dr. Thomas Heislub setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun menyimpulkan bahwa salat merupakan salah satu unsur utama penyangga aktivitas tidur seseorang. Beliau juga mengatakan bahwa salat bisa dijadikan sebagai media utama untuk menenteramkan jiwa dan menebarkan kenyamanan ke segenap urat saraf.
Bagaikan logam radium, salat menjadi sumber penyinaran yang terus-menerus menghasilkan aktivitas-kreativitas lain. Dampak positif salat dapat dirasakan pula dalam persoalan patologi. Banyak kasus penderita TBC, britonis, radang tulang, luka-luka bernanah, dan kanker yang sembuh dengan melakukan gerakan-gerakan salat.
Dari sini salat dapat dipandang sebagai olahraga jasmani yang bermanfaat bagi tubuh karena mampu menggerakkan seluruh organ tubuh, baik otot-otot, persendian, maupun tulang. Tak ayal lagi, salat dapat membangkitkan aktivitas-kreativitas sekaligus mencegah kemalasan dan mampu menghilangkan kemalasan, serta keletihan. Lebih dari itu, salat merupakan olahraga rohani, yakni bertemunya ruh sang hamba dengan Sang Maha Pencipta yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Ini merupakan hasil penemuan sains modern setelah rentang masa empat belas abad lamanya.
Penulis adalah mahasiswa Biologi 2007