Nama                               : Prof. Dr. Ruminiati, M.Si

Tempat/Tanggal Lahir     : Trenggalek, 02-12-1950

Pekerjaan                         : Dosen FIP UM

Bidang keahlian               : Sosiologi Pendidikan/IPS SD

Unit Kerja                        : Jurusan KSDP, FIP Universitas Negeri Malang (UM)

Alamat Rumah                : Jl. Kalimasada IV No. 3 Malang

Email                               : ruminiati@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD – SPG di Trenggalek kota kelahirannya

2. S1-S2 di Malang Kota domisilinya

3. S3  di Surabaya

Riwayat Pekerjaan

Diawali dari Guru Sekolah Dasar, Guru SPGN, Dosen KSDP di Kota Malang

Prestasi Akademik

  1. Th 1995 Pemenang ke 1 penulisan karya ilmiah tingkat propinsi tentang Gender dan Pemilu
  2. Th 1996 Pemenang ke 2 penulisan karya ilmiah tingkat propinsi tentang Gender dan Politik
  3. Th 2004, Th 2005, Th 2006 pemenang karya ilmiah tentang Gender Tingkat ASEAN
  4. Th 2005 Dosen teladan 3 (tiga) Tingkat Fakultas
  5. Th 2007 Dosen teladan 1 (satu) Tingkat Fakultas

Karya Ilmiah yang Dipublikasikan Tingkat Internasional

  1. 1. Woman and Irigation in Indonesia

(Dimuat dalam Asian Breeze Japan. Kitayushu Forum On Asian Woman)

  1. 2. The Effect of Irrigation Socialization On Behavior Change of Woman in Indonesia

(Dimuat dalam Internet Juli 2006 dan Asian Breeze Japan. Kitayushu Forum On Asian Woman)

  1. 3. Gender and Equality Upon Sea Water Managemen in Gresik East Java in Indonesia

(Dimuat dalam Internet November 2006 dan Asian Breeze Japan. Kitayushu Forum On Asian Woman)

Pada Hari Kartini tahun ini Komunikasi mengangkat salah satu Guru Besar UM yang memiliki banyak peranan dalam memperjuangkan kaum perempuan. Hari Minggu tanggal 17 April Komunikasi mendatangi kediaman tokoh Gender UM di Jln Kalimosodo IV No 3 Malang, Ibu berputra tiga ini sedang merawat bunga  kesayangannya di belakang rumah kediamannya. Sebagai sosok Kartini masa kini yang gemar membaca dan mengadakan pelitian, beliau berpikir bahwa kaum perempuan masa kini harus maju, oleh karena itu harus menuntut ilmu yang tinggi, seperti halnya kaum laki-laki. Prof. Dr. Ruminiati juga memiliki jiwa juang yang kuat untuk menimba ilmu. Berawal dari kariernya sebagai guru SD, beliau mampu menempuh pendidikan tertinggi yakni S3 di Unair Surabaya, hingga akhirnya menjadi seorang Guru Besar di Universitas Negeri Malang (UM). Tidak hanya sukses dalam hal akademik, perannya sebagai seorang ibu dalam rumah tangganya pun juga dihiasi kesuksesan, tampak pada keharmonisan dalam membangun rumah tangganya bersama seorang asisten dosen sewaktu kuliah S1 di IKIP malang, yang bernama Drs, Imam Subari, M. Pd, sehingga ketiga putra-putrinya Dr. Kusubakti Andajani, Kiswara Agung Santosa, M. Kom, Mardiana Andarwati, M. Si, juga mewarisi Bapak dan Ibunya, yakni berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi di dalam dan luar kota Malang. Pada Hari Kartini tahun ini Komunikasi mengangkat salah satu Guru Besar UM yang memiliki banyak peranan dalam memperjuangkan kaum perempuan sebagai generasi penerus Kartini. Peran tersebut berbentuk tulisan-tulisan yang dimuat di media masa, membuat drama Kartini yang sewaktu menjadi guru di SD, diliput di TVRI Surabaya hingga tiga kali, dan membuat drama Kartini bersama teman sejawatnya di SD. Begitu pula bersama dosen-dosen anggota Dharma Wanita IKIP Malang waktu itu

Bagaimana sosok Kartini menurut Anda?

Kartini adalah Pahlawan perempuan yang pantas diteladani. Meskipun pada masa penjajahan tidak ikut dalam perang fisik seperti Cut Nyak Dien, namun perjuangan Kartini tampak pada begitu kuat keinginannya untuk menuntut ilmu seperti Kartono kakaknya, dan berupaya untuk memandaikan kaumnya, seperti yang tertuang pada surat-suratnya kepada Abendanon pada situasi dan kondisi terjajah. .

Perjuangan Kartini menurut Anda?

Kartini memiliki keberanian yang tinggi untuk memajukan kaum perempuan pribumi, ia melihat kaum perempuan pribumi berada pada status sosial dan pendidikan yang sangat rendah. Setelah membaca banyak buku dan majalah yang berbahasa eropa saat dipingit, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa, sehingga timbul keinginan untuk memajukan kaum perempuan pribumi. Kartini berjuang agar kaum perempuan di Indonesia memperoleh kebebasan, otonomi, tidak terbelenggu oleh adat dan kaum penjajah, persamaan hukum sebagai bagian dari bangsa ini sekaligus mempunyai ilmu yang tinggi. Jadi perjuangan Kartini tersebut merupakan perjuangan besar dan patut diteladani. Jasa Kartini tidak jauh berbeda dengan Ibu Dewi Sartika yang sebenarnya walaupun tidak ikut perang fisik, sama-sama tergolong sebagai pahlawan pendidikan, namun dalam kondisi yang berbeda, Kartini memperjuangkan kaumnya yang terbelenggu oleh adat dan terjajah oleh penjajah, walaupun bentuknya sederhana.

Pengalaman apa saja yang Anda lakukan untuk memajukan kaum perempuan?

Saya dkk, bersama Ibu Imam Syafi’ie, sebagai isteri Rektor UM, tahun 2004 berhasil mendirikan Advokasi Gender, yang gedungnya semula di Jln Ambarawa, walaupun kendalanya tidak sedikit, tetapi itu program pemerintah yang harus direspon dan harus ditangani.. Istilah advokasi itu pemberian dari Bapak Rektor, Prof. Dr. Imam Syafiie. Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan permasalahan gender. Jadi bukan permasalahan perempuan saja, tetapi juga permasalahan laki-laki. Cukup banyak hal-hal yang telah dilakukan seperti:  membantu memecahkan masalah interen mahasiswa terkait dengan gender, membantu skripsi, tesis, disertasi mahasiswa UM maupun luar UM terkait dengan gender, seminar-seminar di BDM, BEM terkait dengan gender, memberi penyuluhan ke Dilnas sekolah-sekolah terkait dengan pendidikan berbasis gender, membantu masyarakat dalam memerangi masalah narkoba, KDRT, Trafficking, bersama pihak kepolisian, penyuluhan pada Majelis Umat terkait dengan gender dalam teologi. Tidak itu saja, tetapi juga lomba karya ilmiah tingkat Propinsi Alhamdulillah secara berturut-turut menang dua kali. Bahkan hal yang sama juga dikembangkan sampai tingkat Asean. Itu semua terkait dengan keinginan kami untuk memajukan kaum perempuan agar bisa lebih maju lagi dan bisa setara degan laki-laki.

Studi dan penelitian Anda kebanyakan berbasis Gender?

Ya, penelitian disertasi saya di Unair Surabaya tentang Sosiologi Pendidikan berbasis Gender Pidato ilmiah yang saya sampaikan di Fakultas saya, FIP juga tentang hasil penelitian saya  gender dan budaya patriarchi, Begitu pula materi pengukuhan saya sebagai Guru besar di UM juga tentang Pembelajaran IPS SD Berbasis Gender, hasil penelitian dari 14 buku ajar, 5 penerbit buku dan beberapa seholah di Kota dan Kabupaten Malang.. Akhir-akhir ini sewaktu ditugasi Bpk Rektor bersama Ibu Ida Herawati ke Jakarta, saya diminta untuk menyampaikan masalah yang terkait dengan gender. Disinilah makalah saya hasil riset saya tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berbasis Gender saya sampaikan dihadapan wakil Ketua DPR RI dan Ketua Komisi VIII di Gedung DPR RI. Hasil riset tersebut sekarang diserahkan ke komisi VIII untuk dijadikan salah satu bahan untuk mengegolkan UU kesetaraan dan keadilan gender. Selain dihadapan komisi VIII, saya juga diminta untuk mewakili peserta dari 33 propinsi untuk melaporkan hasil seminar, dihadapan sejumlah menteri, terkait dengan perjuangan kaum intelektual perempuan, dalam upayanya untuk mengegolkan UU kesetaraan dan keadilan gender. Salah satunya hasil riset saya tentang kurikulum pendidikan berbasis gender juga saya sampaikan. Itulah sekelumit upaya saya dalam memajukan kaum perempuan ini di awali semenjak kariernya sebagai guru SD, sampai sekarang sebagai guru besar.

Anda tidak hanya sukses dalam hal akademik, tapi juga dalam rumah tangga. Bagaimana menyeimbangkannya dalam rumah tangga?

Sebagai seorang isteri dan seorang ibu, kita tidak boleh melupakan tugas ganda kita seperti tugas membentuk keluarga yang sakinah dan harmonis karena orang tua sebagai panutan anak-anak dalam rumah tangga. Kedudukan seorang suami sebagai kepala keluarga harus bisa diteladani karena suami adalah pemimpin dan panutan di keluarga. Begitu pula isteri sebagai ibu rumah tangga juga harus bisa diteladani pula. Oleh karena itu jika ada kesalah pahaman atau beda pendapat saya tidak berani berdebat tajam di hadapan anak anak, lebih-lebih anak saya waktu itu masih kecil-kecil. Jika kita ada waktu luang, waktu itu saya upayakan agar bisa untuk kebersamaan dengan anak dan suami. Penanaman moral, diskusi dan semua permasalahan bisa kita pecahkan pada saat itu, karena itu merupakan hal yang sangat penting,

Haruskah kedudukan kaum perempuan disamakan dengan kaum laki-laki?

Tidak disamakan, tetapi disetarakan, karena dari segi kodrat fisiknya memang tidak sama, fisik laki-laki diciptakan lebih kuat dari perempuan, disamping itu, secara biologis, perempuan terlahir untuk hamil dan menyusui. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki tidak bisa disamakan, melainkan disetarakan, karena selama ini kaum perempuan belum setara dengan kaum laki-laki.

.

Bagaimana bentuk penyetaraan tersebut?

Salah satunya melalui pendidikan. Perempuan tidak harus selalu di dapur saja, tetapi harus mencari ilmu sebanyak-banyaknya, kaum perempuan harus sekolah setinggi-tingginya. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan, posisi perempuan dan laki-laki hendaknya juga setara, terutama dalam publik. Kepala Sekolah dan pimpinan tidak harus laki-laki, tetapi perempuan juga bisa menduduki posisi tersebut, jika memiliki kualitas dan kemampuan yang memadai.dan  manajemen yang baik.

Jadi, Hari Kartini perlu selalu diperingati setiap tahunnya?

Ya, Peringatan Hari Kartini seharusnya berbeda dengan Hari Ibu, karena Hari Ibu di Indonesia merupakan Hari Konggres perempuan yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember tahun 1928. Sehingga bentuk peringatannya disesuaikan dengan cita-cita Konggres dan kondisi  pada masa sekarang. Begitu pula Hari Kartini. bentuk peringatan juga bermacam-macam, dan disesuaikan dengan cita-cita Kartini dan kondisi saat sekarang, karena sudah tidak dalam situasi terjajah seperti masa Kartini. Oleh karena itu yang penting adalah intelektualitas dan kualitas kaum perempuan tidak boleh kalah dengan kaum laki-laki dan bangsa lain. Cita-cita dan semangat kartini perlu ditindaklanjuti dalam bentuk meningkatkan kualitas di segala bidang Saat sekarang cita-cita Kartini sudah semakin terwujud seperti yang bisa kita rasakan sekarang ini.

Akhirnya, salah satu dosen FIP yang memiliki banyak karya ilmiah ini mengucapkan Selamat Hari Kartini Tahun 2011. Semoga berkat Ridho Allah SWT, Indonesia Makin Maju dan kaum penerus cita-cita Kartini terus meningkatkan karyanya. Amin. Nid