Oleh Djajusman Hadi

Urgensi pemanfaatan sumber energi baru terbarukan semakin meningkat seiring diresmikannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang me-nempatkan sumber energi baru terbarukan sebagai energi prioritas. Hal ini sangat wajar karena karakteristik wilayah di daerah yang terpisah-pisah berdampak pada akses yang rendah jika menggunakan sistem terpusat. Di samping kualitas sumber daya manusia di bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi relatif masih kurang.Isu pemanasan global dan pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan dampak pembangunan pada lingkungan yang membuat konsep ini populer di abad 21.
Sejalan dengan hal tersebut, inventor Kincir Air Kaki Angsa, Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB diundang sebagai narasumber pada seminar nasional Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Konservasi Energi 2011 yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jember. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa (26/04) ini bertempat di Aula Soetrisno Widjaya kampus Politeknik Negeri Jember yang juga menghadirkan narasumber lainnya, yaitu Dr. Ing. Hasrul L. Azahari, M.Met.E. (Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen ESDM), Dr. Arief Budi Purwanto (Pakar Perikanan dan Kelautan IPB), Drs. Zainudin (ESDM Jatim), dan Ir. Anang Sutirtoadi, M.S. (Politeknik Negeri Jember).
Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB, pada kesempatan tersebut menyampaikan materi tentang “Pemanfaatan Energi Air Pedesaan melalui Kincir Air Kaki Angsa untuk Mengekstrak Energi Free Water Flow”. Disampaikanya, “Bahwa suatu kecenderungan  menunjukkan minyak dan gas akan terkuras habis. Oleh karena  itu,  perlu  energi pengganti (energi alternatif), khususnya yang bersifat terbarukan (renewable).”
Penemu yang juga tergabung dalam Jejaring Mikrohidro Indonesia ini menambahkan, “Bahwa arus bebas (free water flow), baik yang besumber dari aliran arus sungai maupun arus laut merupakan sumber energi kinetik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Potensi sungai dan laut yang memiliki energi kinetik aliran sangat melimpah di Indonesia untuk mengekstrak energi kinetik dari free water flow sehingga menjadi energi yang berguna diperlukan alat yaitu mesin konversi energi. Sebagai solusi strategis, Kincir Air Kaki Angsa merupakan pembangkit energi pedesaan yang cukup ideal. Sebenarnya temuan ini untuk membantu daerah terpencil maupun pelosok yang memiliki potensi sungai guna mengatasi krisis listrik dan memangkas ketergantungan dari suplai BBM”.
Sebanyak 132 peserta mengikuti kegiatan seminar nasional dalam bentuk panel, mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Djajusman Hadi dengan semangat memberikan kiat bagaimana akademisi dalam  menangkap peluang inovasi menuju invensi yang mampu membawa suasana segar bagi peserta.

Penulis adalah penyunting majalah Komunikasi