Oleh Ali Imron

Ketika globalisasi dan gerakan transnasional makin menguat, jati diri kita sebagai suatu bangsa banyak diuji. Jika kita tidak menyadari dan mengambil langkah konkrit, tidak mustahil, jati diri kita sebagai suatu bangsa akan carut-marut dan tercabik-cabik. Pengalaman Uni Soviet dan Yugoslavia sepatutnya memberikan kesadaran kepada kita, betapa krusialnya kebangsaan kita ini untuk secara terus-menerus direvitalisasi. Sebagai instrumen perekayasaan manusia, pendidikan menduduki posisi strategis. Sebab, lewat i­nstrumen strategis inilah, benang-benang perekat kebangsaan ini dapat dirajut, dianyam, dan dilekatkan.
Hardiknas yang selalu kita peringati setiap 2 Mei dan Har­kitnas setiap 20 Mei, sepatutnya kita jadikan momentum untuk merevitalisasi nation knowing, nation feeling, dan nation action yang kian lama tampak kian memudar. Rasanya kita merindukan kembali gema lagu-lagu nasional kebangsaan yang heroik di tengah hingar-bingar musik rock dan taya­ngan hiburan. Mungkinkah di sela-sela perkuliahan, kita, para dosen mengajak mahasiswa menyanyikan lagu-lagu nasional seperti “Satu Nusa Satu Bangsa”, “Padamu Negeri”, “Rayuan Pulau Kelapa, dan “Indonesia Tanah Air Beta”? Dapatkah, para m­ahasiswa di berbagai UKM yang marak ini juga kerap bersama-sama menyanyikan dan mengapresiasi lagu-lagu nasional kebangsaan dalam rangka memperkukuh rasa kebangsaan kita? Dapatkah, misalnya, ketika  pagi-pagi kita memasuki kampus ini, terdengar sayup-sayup lagu-lagu nasional kebangsaan agar dapat menggelorakan semangat kerja kita sebagai anak bangsa yang cinta tanah airnya?
Komunikasi edisi ini, selain mengupas arah pendidikan dan hari kebangkitan nasional, sekaligus mem-blow up almamater yang baru akan menyempurnakan namanya, dari Universitas Negeri Malang menjadi Universitas Malang.  Saat upacara Hardiknas 2 Mei 2011, Rektor  UM, Prof. Dr. Suparno  menyampaikan bahwa Senator UM telah menyetujui penyempurnaan nama tersebut sehingga singkatan UM menjadi pas dengan kepanjangannya: Universitas Malang. Kata rektor, penyempurnaan nama ini sudah diperhitungkan dari dulu. Ketika status negeri pada universitas ini sudah dikenal luas, maka tanpa memberikan label negeri pun publik akan tahu bahwa Universitas Malang adalah perguruan tinggi negeri (PTN) sebagaimana PTN lain yang juga tanpa menggunakan label negeri.
Penyikapan kita sebagai civitas akademika UM atas tonggak penyempurnaan tersebut tentulah juga melakukan penyempurnaan atas pengabdian dan kinerja kita. Sebagai civitas UM, kita harus makin aktif menyempurnakan cara kerja dan cara mengabdi kita. Sebagai mahasiswa, juga sepatutnya makin menyempurnakan cara belajarnya agar kelak menampilkan sosok lulusan UM yang juga lebih sempurna dibandingkan lulusan dari perguruantinggi lain. Kita yakin, bahwa upaya penyempurnaan diri secara terus-menerus inilah yang memang menjadi roh the learning university yang dalam khazanah literatur manajemen lazim dikenal dengan quality continues improvement.
Publik di tanah air, lebih-lebih di dunia pendidikan, selama ini telah mengakui dan mengapresiasi kapabilitas dan dedikasi l­ulusan UM. Jika kita semua berjuang untuk menjadi makin sempurna, niscaya makin berkibarlah UM kita ke depan dan makin berkibar juga kiprah lulusan UM.  Kita sedang mendapatkan momentum yang tepat untuk menyempurnakan diri secara personal, profesional, dan kelembagaan. Kita sedang mendapatkan momentum yang tepat untuk menyempurnakan jejaring sosial kita karena Juli 2011, Ikatan Alumni UM juga menyelenggarakan Munas dan masing-ma­sing jurusan di UM akan menyelenggarakan reuni dengan para alumninya.

Penulis adalah penunting majalah Komuniksi