Oleh Mistaram

Tidak sekedar basa-basi bahwa alumni UM banyak yang berhasil. Keberhasilan itu berkat mereka yang telah di godok di Kawah Condrodimuko tempat mendewasakan Gatotkaca. Itulah ibaratnya mengikuti perkuliahan di UM yang telah memberikan berbagai nilai kepada mahasiswa sehingga lulusannya mampu mengembangkan ilmu setelah ia mengimplementasikan di masyarakat. Barangkali ia tak memahami dari yang ia dapatkan sewaktu kuliah dengan berbagai jenis mata kuliah dalam satu kesatuan kurikulum pada satu bidang studi. Pada saat ia masih melaksanakan perkuliahan, rasanya ilmu itu tak ada apa-apanya, bahkan banyak alumni yang merasa tidak mendapatkan apa-apa dari perkuliahan itu.  Mereka merasa ada manfaatnya setelah alumni terjun di masyarakat dan mengembangkan potensi dirinya yang didasari dari berbagai ilmu yang pernah didapatkan.
Serba-serbi yang ditampilkan oleh alumni Jurusan Seni dan Desain yang tempo dulu adalah Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan (PSRK) cukup membuat santapan mata yang menarik. Pasalnya, dari berbagai alumni angkatan tahun 1967 sampai dengan 2007, berarti ada empat puluh angkatan. Dari perwakilan yang datang sempat menyuguhkan berbagai atraksi yang menarik, misalnya fashion and dresspainting, tari, mu­sik yang khas, pantomim, dramatisasi, sampai pada pedalangan, semuanya dapat tampil dengan keunikannya masing-masing. Tarian “Dongkrek” dengan iringan musik dari bambu dan tampilan tari minimalis ala tuna-daksa, menarik karena suguhan tarian itu sangat aneh dan unik. Tidak hanya itu, sosok alumni angkatan lama, yaitu angkatan 1967 sampai dengan angkatan 70-an berpose dan menjadi incaran pemotretan dari alumni yang lebih muda. Sebabnya, mereka saat ini adalah para dosennya.
Selain tari “Dongkrek”, ada musik yang menarik yang ditampilkan oleh anak asuh seorang alumni, yaitu Rosyidi. Kelompok musik ini bernama Cuci Otak yang memberI wawasan kesenian sebagai wahana berekspresi dan media untuk mengembangkan potensi diri di bidang seni musik dan drama. Alat-alat musik yang digunakan adalah alat musik sederhana yang di aransemen secara apik, enak, dan menarik dengan ciri-ciri musik patrol. Musik ini sangat cocok untuk masa kini, yaitu kegiatan patroli untuk mengingatkan orang-orang yang puasa di saat-saat akan sahur. Yang menarik dari LSM Gotdester ini adalah adanya ke­giatan yang ber­manfaat bagi ma­syarakat kota Pasu­ruhan karena LSM ini mempunyai per­­hatian pada ling­­kungan ku­muh, yaitu mem­ber­sih­kan got-got agar ti­dak ada nyamuk yang ber­sarang. Se­lain itu, LSM ini melakukan pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan penyadaran kepada keagamaan bagi mereka yang pernah tersangkut narkoba. Cara mencuci otaknya adalah dengan ekspresi kesenian, yaitu kesenian yang menarik dengan sarana alat-alat musik seadanya. Dengan kesenian inilah anak-anak jalanan dan anak-anak yang terkena narkoba ini dapat dibina, dididik dengan pendidikan karakter kesenian yang mempunyai nilai, yaitu pendidikan estetika dan etika sebagai wujud pendidikan moral. Kemanfaatan LSM Gotdester adalah mempunyai kepedulian dalam lingkungan hidup, lingkungan keluarga, dan lingkungan keagamaan.
Dari aktivitas yang digarap oleh Rosyidi ini, tak dilirik oleh LSM Contac on the World  dari Inggris yang mempunyai perhatian serius kepada aktivitas LSM Gotdester ini.  LSM Contac on the World  telah melakukan survey di 120 negara di dunia untuk mencari LSM yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup yang mempunyai manfaat pada masyarakat secara riil, dan pada akhirnya LSM Gotdester mendapat kesempatan mengikuti festival di Inggris untuk menampilkan kebolehan dan kemanfaatan pada masyarakat dunia. Pendidikan karakter kesenian yang digarap oleh Rosyidi ternyata memenuhi syarat. Untuk berangkat ke Inggeris dengan sepuluh orang, Rosyidi mengalami kesulitan dari sisi pendanaannya. Untuk itu, ia memutar otaknya dan mencari teman untuk berkolaborasi, yaitu dengan Kesenian Sapu Jagad yang dipimpin oleh Ki Dalam Ardi, alumni Seni Tari. Hal tersebut dilakukan karena Ardi baru saja mendapat Anugerah Pemuda Pelopor Indonesia dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga dan kementerian ini akhirnya mendukung dana untuk LSM Gotdester dan Sapu Jagad untuk pergi ke Inggris. Perhatian dari LSM Contac on the World akhirnya direspon oleh Gubernur Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Pasuruan untuk memberi uluran dana agar LSM Gotdester ini dapat mengikuti festival Contac on the World di Inggris.
Penulis adalah dosen Jurusan Seni dan Desain dan Ketua Penyunting Komunikasi