Nama     : Agus Ghazali Rahman
TTL         : Marahaban, 17 Agustus 1986
Profesi   : Guru SMK Negeri 4 Banjarmasin
Riwayat Pendidikan:
SDN Lepasan 2 Marahaban
SMPN 2 Marahaban
SMKN 4 Banjarmasin
Universitas Negeri Malang, S1 Tata Boga, Unit Jasa Restoran (UJR)
Prestasi:
Juara I Cipta Boga 2008 dan 2009
Pimnas 2009 bidang masakan dan kudapan
Finalis Malang Fashion Festival (MF3)
Juara III The Chef Indonesia Indosiar
Runner up Master Chef Indonesia 2011

Meraih sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan dan pengorbanan dalam rangka mewujudkannya. Setidaknya itulah prinsip yang dipegang oleh Agus Ghazali Rahman atau yang lebih dikenal dengan Agus Batik, pria yang sempat sering muncul di layar televisi sebagai finalis program Master Chef Indonesia 2011. Acara yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta nasional ini memang menyedot antusiasme masyarakat karena konsepnya yang berbeda, yaitu kontes di bidang boga. Nama Agus, begitu ia biasa disapa, semakin dikenal oleh masyarakat luas setelah ia berhasil menyabet predikat  runner up Master Chef Indonesia 2011. Di samping kesuksesannya itu, tidak banyak yang tahu bahwa Agus sempat menuntut ilmu di Universitas Negeri Malang (UM), tepatnya S1 Tata Boga, bidang Unit Jasa Restoran (UJR). Ia tercatat telah menyelesaikan pendidikannya dan lulus pada tahun 2010. Simak kutipan wawancara kru Komunikasi langsung dengan Agus Ghazali Rahman pada 19 September 2011 berikut ini.
Bagaimana Anda berkarier dalam bidang boga?
Saya pertama mengenal dunia kuliner sejak kelas V SD, tepatnya saat ibu saya harus meninggalkan keluarga untuk menjadi TKW di Arab Saudi. Saat itu sayalah yang menggantikan posisi ibu dalam hal pekerjaan rumah tangga, termasuk memasak. Dari situ saya belajar basic dalam mengolah makanan. Saya ingat sekali masakan yang saya masak pertama kali adalah nasi goreng. Setelah ibu saya pulang dari Arab Saudi, beliau membuka warung makanan khas Banjar. Dari situ saya juga banyak belajar dari beliau mengenai resep dan teknik dalam memasak. Ibu memang inspirasi terbesar saya dalam menekuni bidang boga. Setelah lulus SMA, saya mendapat beasiswa ke Universitas Negeri Malang setelah memenangkan suatu kompetisi boga tingkat SMK. Kecintaan saya dalam hal boga memang sudah muncul dari kecil. Cita-cita saya pun berubah seiring dengan tingkat pendidikan saya. Saat SD saya ingin menjadi seorang chef. Saat SMK, cita-cita tersebut sedikit bergeser, saya ingin menjadi pengajar/guru chef. Sedangkan di masa perkuliahan, cita-cita saya semakin besar, yakni ingin menjadi selebriti chef.
Mengapa ingin menjadi selebriti chef?
Sebenarnya yang dimaksud dengan selebriti di sini  adalah seorang yang dilihat oleh masyarakat luas. Saya senang memasak di depan banyak orang. Dengan begitu nama Agus Batik pun semakin dikenal oleh masyarakat luas. Terkadang Agus Batiklah yang lebih dikenal oleh masyarakat ketimbang Agus Ghazali Rahman. Memang saya sengaja menciptakan image batik pada diri saya dengan cara selalu memakai baju batik saat memasak. Acara Master Chef Indonesia 2011 adalah program televisi yang juga ditayangkan di negara lain, contohnya Malaysia. Harapan saya saat masyarakat luar melihat acara Master Chef, mereka juga sekaligus melihat dan mengenali batik sebagai ciri khas Indonesia. Dengan begitu batik dapat dikenal sebagai produk asli Indonesia.
Bagaimana awalnya Anda bisa mengikuti ajang Master Chef Indonesia 2011?
Pertama mengetahui info ajang Master Chef Indonesia adalah saat saya menonton televisi di Banjarmasin setelah lulus kuliah. Saya pikir ini dia langkah awal untuk mencapai cita-cita saya menjadi selebriti chef. Saya pun rela berangkat dari Banjarmasin ke Surabaya untuk mengikuti audisi Master Chef Indonesia. Audisi waktu itu merupakan suatu tantangan bagi saya. Akhirnya saya berhasil masuk sepuluh besar finalis Master Chef Indonesia dari 1.800 pendaftar.
Bagaimana persiapan yang dilakukan saat menjadi finalis Master Chef Indonesia?
Persiapan yang dilakukan mungkin membawa buku masakan. Untuk jenis masakan, saya memang lemah di masakan Eropa dan lebih menonjol di masakan Indonesia. Memasak itu sangat bergantung pada mood  sehingga saya selalu memasak dengan cinta dan bahagia. Hasil masakan merupakan cerminan hati pemasaknya. Kalau memasak dengan memendam emosi, maka hasil masakan pun akan terpengaruh dan tidak maksimal. Banyak hal yang menjadi motivasi saya saat mengikuti Master Chef. Saat saya berangkat ke Jakarta untuk menjalani karantina Master Chef, ayah sempat berkata  ingin sekali naik pesawat dan tidur di hotel bila saya sukses nanti. Mendengar hal itu saya sangat terharu dan hal itu pula yang menjadi salah satu pacuan bagi diri saya. Saat masuk babak grandfinal, saya semakin terpacu walau menghadapi banyak tekanan. Kegiatan syuting Master Chef hingga dini hari, komentar-komentar dewan juri, hingga rasa kangen ke keluarga semua saya jadikan sebagai motivasi. Saya pun ingin membuktikan bahawa alumni UM bisa bersaing dalam kompetisi skala nasional.
Setelah berhasil menjadi runner up Master Chef Indonesia 2011, apa kesibukan Anda sekarang?
Wah, banyak sekali, khususnya dari kota Banjarmasin. Saat ini, selain menjadi pengajar mata pelajaran kewirausahaan tata boga di SMK Negeri 4 Banjarmasin, saya juga menerima tawaran dari Dinas Pariwisata Banjarmasin untuk membuat DVD “Cooking Class Bersama Agus” yang merupakan dokumentasi daerah Banjarmasin. Dalam DVD tersebut saya akan mengolah masakan dengan bahan baku produk lokal sekaligus mempromosikan pariwisata yang ada di Banjarmasin. Selain itu saya juga mengajar cooking class di salah satu hotel bintang lima di Banjarmasin selama enam bulan. Masih pada hotel yang sama, saya juga menjadi chef untuk menu promo Master Chef. Saya juga mengisi acara demo masak di salah satu televisi lokal Banjarmasin. Rencananya, hadiah runner up Master Chef Indonesia akan saya gunakan untuk membuka studio masak di kota Banjarmasin. Dalam studio masak tersebut akan terdapat cooking class dan private cooking. Untuk saat ini semua kegiatan saya  dedikasikan untuk membangun tanah kelahiran saya, Banjarmasin.
Ke depannya, apakah Anda masih akan menjadi guru?
Ya, saat ini saya masih menjadi guru di SMKN 4 Banjarmasin. Pihak sekolah memberikan keleluasaan bagi saya untuk mengembangkan karier di bidang boga. Untuk kesibukan di luar menjadi guru, saya lakukan pada hari Jumat hingga Minggu. Ke depannya saya masih ingin melanjutkan karier menjadi pengajar karena dalam diri saya juga terdapat jiwa pendidik.
Saat masih kuliah di UM, adakah pengalaman yang mengesankan?
Banyak pengalaman berharga yang saya dapat di UM, di antaranya mengikuti berbagai kompetisi di bidang boga sehing­ga saat sa­ya wisuda, bu­kan hanya ijazah sa­ja yang saya ba­wa pulang, ta­­pi juga tiga be­las trophy da­ri berbagai kom­pe­tisi itu yang sa­ya boyong ke Ban­jarmasin. Wa­laupun mengi­ku­ti berbagai kompe­tisi, sela­ma berkuliah di UM saya tidak per­nah bolos sa­tu kali pun. Prin­sip saya, ke­suk­sesan bisa didapat bila kegiatan akademik dan kegiatan nonakademik dilakukan secara seimbang.
Sebagai alumnus UM, apa peran UM terhadap kesuksesan Anda saat ini?
Peran UM sangat besar untuk perkembangan karier saya. Di UM saya ditempa untuk meraih prestasi, ilmu teori maupun praktik, serta wawasan yang terbuka lebar. Dengan mengikuti berbagai kompetisi semasa berkuliah di UM, sedikit demi sedikit saya mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan berkomunikasi, juga mendapat banyak kenalan. Kompetisi juga berfungsi untuk membuka jalan dan batu loncatan untuk mewujudkan impian sebagai selebriti chef. Semua itu menjadi modal saya dalam mengikuti kompetisi Master Chef Indonesia.
Motivasi dan pesan yang bisa Anda berikan kepada mahasiswa UM?
Saat saya mengikuti Master Chef banyak sekali tantangan dan tekanan yang bila dirasakan rasanya sangat berat. Namun, yang paling penting adalah bagaimana tantangan dan tekanan itu dapat kita ubah sebagai motivasi. Saat kita merasa kesulitan dan tidak mampu menghadapi suatu tantangan, maka motivasilah diri kita dengan cara membayangkan refleksi masa depan kita saat berhasil menghadapi tekanan itu. Tetapkan niat dalam hati dan jalani hidup dengan ikhlas. Selain itu, suatu kesuksesan tidak hanya diukur dalam bidang akademik saja, namun juga bidang nonakademik. Karena itu kembangkanlah minat dan bakat yang kamu miliki.
Apa harapan Anda terhadap diri sendiri dan Universitas Negeri Malang?
Saya berharap dapat menjadi inspirasi bagi orang lain, khususnya bagi mahasiswa UM. Bila seorang Agus Batik saja bisa membawa nama UM ke tingkat nasional, maka mahasiswa UM yang lain pun bisa. Semoga ke depannya ada Agus Batik-Agus Batik lain yang bisa mengharumkan nama UM.

Jeng