Oleh Prasetyo Adi Nugroho

Lebih baik mana antara membayangkan kegagalan atau mengalami kegagalan? Ketika kita mengalami kegagalan tentu kita sudah melakukan tindakan. Berarti kita tinggal memperbaiki cara-cara mencapai keberhasilan yang ingin kita capai. Mario Teguh berpendapat, “Pembayangan mengenai kegagalan telah menggagalkan banyak orang dari pada kegagalan itu sendiri.” Jika mem­perhatikan pribadi-pribadi yang berhasil, apakah mereka terlepas dari kegagalan, me­reka akan mengatakan, “I succeed because me fail that way often.” Saya berhasil karena saya gagal. Demikian sering saya mengambil semua kekuatan dari kegagalan itu.
Untuk mengelola kegagalan menjadi buah keberhasilan adalah dengan menggunakan kegagalan itu untuk menyiksa diri sehingga kita ingat untuk tidak mengulangi cara yang sama lagi. Kemudian katakan pada diri Anda bahwa Anda akan menjadi pribadi yang lebih kuat setelah kesalahan ini. Rasa pesimis itu hanya akan membatalan kemungkinan, sedangkan rasa optimis adalah pemberitahuan kepada diri, “Jika aku menurut pada cara-cara yang baik itu bisa aku capai.” Jangan pernah mengatakan bahwa “sesuatu itu bisa aku capai tanpa harus menjadi apa pun yang lebih baik.”
Santailah menghadapi kemungkinan gagal karena berhasil dan gagal adalah dua sisi dari koin yang sama. Kalau Anda menghindari kegagalan berarti Anda menjauhi keberhasilan. Sikap Anda harus lebih ramah kepada yang memberhasilkan. Jangan pernah berharap bahwa hidup ini mudah. Hidup ini hanya di peruntukkan bagi orang yang menjadikan mudah semua yang sulit.

Mengatasi rasa takut gagal
Ketika orang disebut gagal, sebenarnya ia belum berhasil. Banyak orang takut gagal terutama karena takut memikul kegagalan tersebut sindiri. Sebuah ilustrasi dari Mario Teguh, “Ada ikan lumba-lumba mempunyai dua ekor anak lumba-lumba. Saat mengikuti induknya, anak lumba-lumba itu mempunyai kebiasaan menabrak karang sehingga induknya memasang badan di antara anaknya dengan karang untuk melindunginya karena induknya penyayang. Salah satu sifat Tuhan adalah Maha Penyayang. Ketika kita salah jalan, maka akan Ia gagalkan supaya kita tidak melukai diri sendiri sehingga kita bisa berjalan ke tempat yang lebih baik. Jadi kalau kita mengerti, sebetulnya pada waktu kita sedang digagalkan, kita sedang dimudahkan untuk berhasil.”
Untuk mengatasi rasa takut gagal, Anda harus mempunyai rasa “ingin” yang lebih besar dari pada rasa tukut Anda. Ketika ada sebuah jembatan penyeberangan yang di bawahnya terdapat jurang yang dalam dan mengakibatkan orang-orang takut jatuh ketika menyeberang dalam kehidupan-nya. Orang yang meneruskan perjalanan sampai ke seberang hanya orang-orang yang memiliki rasa ingin sampai ke seberang yang lebih besar dari rasa takutnya dan banyak orang-orang yang tidak menyeberang dalam kehidupan ini karena keinginanya untuk menjadi pribadi yang dimuliakan Tuhan lebih kecil dari pada keinginannya untuk melindungi dirinya penuh ketakutan serta tidak ikhlas pada rencana Tuhan untuk membesarkannya.
Lalu bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kegagalan-kegagalan yang sudah kita alami akan membawa kita menuju sebuah kesuksesan, bukan justru sebaliknya? Mungkin hal ini juga masih menjadi pertimbangan untuk Anda ketika akan menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupan ini. Tanda bahwa kegagalan itu akan menjadikan kita orang yang lebih hebat adalah apabila setelah mereda rasa marah dan rasa terhina kita karena kegagalan yang kita alami, setelah itu semua mengendap. Anda akan melihat diri Anda yang telah menjadi pribadi yang lebih tegap berdiri, dada lebih membusung, cara ber­ bicara lebih ang­gun, lebih meng­hor­mati orang lain, lebih berhati-hati dalam mengutarakan pendapat, lebih cepat memulai sesuatu hal, dan lebih lengkap menyelesaikan sesuatu. Apabila semua hal tersebut Anda lakukan, berarti anda tahu bahwa justru sebetulnya Anda menginginkan kegagalan di tempat-tempat yang lebih tinggi.
Apabila pekerjaan Anda diberikan kepada orang yang lebih mampu, apakah dia akan gagal?  Tentu tidak. Maka jadilah pribadi seperti dia, menjadi pribadi yang lebih mampu. Lalu apabila tugas Anda dalam berkomunikasi dengan orang banyak disampaikan oleh pribadi yang lebih santun dan lebih anggun apakah dia akan gagal seperti Anda? Tentu tidak. Maka jadilah seperti dia. Hal ini adalah cara membayangkan keberhasilan dengan menempatkan diri kita seperti pribadi yang lebih baik untuk melakukan tugas kita. Karena akan selalu ada seseorang yang bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada kita, temukan orang itu kemudian belajarlah dari dia.
Apa pun rasa takut Anda dan keinginan Anda untuk berhasil sebenarnya yang paling penting adalah apa yang akan Anda lakukan dengan ketakutan itu dan apa yang akan Anda lakukan karena keinginan untuk memperoleh keberhasilan tersebut, maka kesimpulannya, jika ada kemungkinan bagi Anda untuk gagal berarti ada kemungkinan bagi Anda untuk berhasil. Berfokuslah pada yang memberhasilkan.
Penulis adalah mahasiswa Hukum dan Kewarganegaraan