Ada yang berbeda dengan Gedung C1 sejak bulan Februari lalu. Sebuah papan putih bertuliskan Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) kini terpasang di dekat pintu masuk gedung tersebut. Ya, papan tersebut adalah penanda adanya fakultas ke delapan di UM, yaitu FPPsi. Sebelumnya, Pendidikan Psikologi merupakan salah satu program studi dari jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi (BKP) di bawah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).
Di dalam gedung bergaya klasik itulah tersedia ruang-ruang kelas yang digunakan oleh mahasiswa FPPsi menuntut ilmu. Dalam gedung C1 juga sudah tersedia laboratorium untuk semua konsentrasi ilmu dalam psikologi. Perpustakaan fakultas yang dinamakan “Ruang Baca” serta mushola juga ada meskipun tidak luas. Dosen yang ada sejumlah 22 orang dengan jumlah mahasiswa ± 420 orang. FPPsi telah memiliki hubungan kerja sama dengan sejumlah lembaga, seperti rumah sakit, industri, bank, perusahaan, dan sekolah.

Mengenal FPPsi lebih dekat
Seperti tercantum dalam Surat Keputusan Rektor Nomor 141 Tahun 2012, FPPsi didirikan sebagai organ kelembagaan UM. Fakultas ini memiliki satu jurusan yaitu Jurusan Psikologi yang membawahi lima konsentrasi. Kelima konsentrasi tersebut adalah Psikologi Pendidikan, Psikologi Klinis, Psikologi Industri, Psikologi Sosial, dan Psikologi Perkembangan.
Tujuan pendirian FPPsi adalah menghasilkan tenaga profesional di bidang psikologi yang memiliki sikap ilmiah dan mampu menerapkan ilmunya dalam usaha melayani dan memberdayakan masyarakat.
FPPsi memiliki visi menjadi program studi unggulan yang menghasilkan sum­ber daya manusia yang kompeten dan profesional di bidang psikologi. Di samping itu, FPPsi juga memiliki empat misi, yaitu, pertama, menyelenggarakan pendidikan psikologi yang menghasilkan sumber daya manusia di bidang psikologi kompeten, profesionalisme, dan bersikap ilmiah, kedua, menyelenggarakan pe­nelitian dasar dan terapan dalam ilmu psi­kologi yang dapat memberi sum­bangan terhadap pembangunan, ketiga, me­­nerapkan ilmu psikologi untuk mem­berdayakan masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera, cerdas dan bermartabat, berorientasi pada layanan dan pemberdayaan masyarakat, dan ke empat, mengembangkan kerja sama dengan berbagai profesi yang berorientasi pada layanan dan pemberdayaan masyarakat.
Selama masa transisi, FPPsi dipimpin oleh seorang Pejabat Sementara (Pjs) Dekan, yaitu Dr. Triyono, M.Pd dan Pjs Pembantu Dekan Dra. Sri Weni Utami, M.si. Masa transisi ini digunakan untuk melakukan persiapan dalam mewujudkan FPPsi yang mandiri dalam kesatuan manajemen kelembagaan.
Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno, mengungkapkan harapannya pada fakultas yang baru lahir ini. “Kita berharap agar kapasitas bisa semakin meningkat, geraknya juga lebih leluasa. Pengembangan jaringan menjadi lebih mandiri sehingga berguna bagi banyak kalangan. Ke depan, FPPsi harus punya kemampuan yang lebih besar. Baik ilmu dan civitas akademikanya bisa berkembang.”

Rumah yang lebih cocok
Rektor menyebutkan bahwa ada dua hal besar yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya FPPsi. Latar belakang pertama diisi oleh tiga poin penting.
Poin pertama, psikologi merupakan disiplin ilmu yang harus dikembangkan di UM. Poin kedua, pertimbangan relevansi ilmu dalam dunia pendidikan diwawas dari segi psikologi serta substansinya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Poin ketiga, sebagai pembentukan karakter. Rektor menjelaskan bahwa bidang apa pun dalam ilmu pengetahuan memerlukan psikologi. Oleh karena itu, psikologi sebagai ilmu dasar dalam pendidikan harus berkembang dan dikembangkan demi pendidikan yang lebih luas. Untuk itu, kapasitasnya perlu dikembangkan atau ditingkatkan dengan kelembagaan yang lebih kokoh bernama “fakultas”.
Latar belakang kedua menyangkut kredibilitas lulusan psikologi yang selama ini masih lemah. Secara kelembagaan, sarjana psikologi harus ditelurkan dari Fakutas Psikologi. Dalam hal ini kepercayaan menjadi taruhan. Sudah ada beberapa kasus di mana sarjana psikologi UM ditolak bekerja karena ‘rumahnya’ tidak cocok. “Kan kasihan, sudah belajar empat tahun tetapi tidak bisa dapat kerja,” ujar Rektor. Maka dari itu, didirikan FPPsi agar lulusan sarjana psikologi UM bisa lebih kredibel.
Proses terbentuknya FPPsi sendiri melalui beberapa tahapan. Tahap awal yakni studi kelayakan yang mencakup prospek sarjana psikologi. Dilanjutkan dengan studi kesiapan kelembagaan untuk memiliki FPPsi. Studi ini mencakup ketersediaan SDM yang meliputi jumlah dosen, laboran, sarana prasarana, dan pengalaman pe­nyelenggaraaan program.
Tahap beikutnya adalah persetujuan senat yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal untuk diajukan pada Ditjen Dikti. Meski baru terbentuk tahun ini, namun wacana untuk menjadikan psikologi sebagai fakultas sudah ada sejak konversi IKIP menjadi UM tahun 1999. Keinginan tersebut belum bisa terwujud karena saat itu hanya terbatas lima fakultas saja.
Diletakkannya kata “pendidikan” untuk fakultas baru ini merupakan cara pandang dari Ditjen Dikti. Mengingat UM adalah lembaga pendidikan eks IKIP, maka perlu ditandai dengan “pendidikan” meskipun di dalamnya tidak hanya terdapat studi pendidikan. Untuk sosialisasi dari FPPsi sendiri, sejauh ini dilakukan dengan seremoni pembukaan yang telah di­laksanakan beberapa waktu lalu. Selain itu, pemberitaan di media massa dan sosialisasi ke lembaga-lembaga sekolah juga turut menjadi andil untuk lebih memperkenalkan FPPsi pada masyarakat luas.
Pak Triyono menerangkan beberapa keuntungan yang diperoleh psikologi ketika bisa berdiri menjadi fakultas sendiri. “Ketika menjadi fakultas, kiprah akademik akan semakin luas. Hubungan antar lembaga sejenis semakin terbuka. Begitu juga keterlibatan dalam wadah kolekium psikologi. Selain itu, semuanya menjadi lebih mudah dikelola. Insya Allah akan bisa diperhitungkan. Obsesi saya, psikologi UM bisa memiliki peran,” ungkapnya.
Sebagai fakultas baru, tidak dapat dipungkiri bahwa kekurangan dan kesulitan masih sering dijumpai disana-sini. “Kesulitan pasti ada, terutama dalam hal tata laksana tenaga pegawai. Cara mengatasinya, Dekan dan Pembantu Dekan mengatasi segala macam urusan-urusan administrasi. Saat ini, kami juga masih meminta bantuan kepada pihak administrasi FIP,” ujar Pak Triyono.

Semakin percaya diri setelah mandiri
Seiring dengan terbentuknya FPPsi, fakultas ini juga membentuk Ormawa yang didahului dengan pembentukan Dewan Mahasiswa Fakultas (DMF). Anggota DMF PPsi terdiri dari sebelas mahasiswa yang diambil dari tiap offering. Keanggotaan DMF PPsi sedikit berbeda dengan fakultas lain dimana anggota DMF diambil dari perwakilan tiap jurusan. Hal ini disebabkan FPPsi hanya terdiri dari satu jurusan. Anggotanya pun tidak hanya mahasiswa yang memiliki pengalaman organisasi, melainkan mahasiswa yang berkeinginan membangun ‘rumah’ mereka sendiri.
DMF PPsi terdiri dari tiga komisi, yaitu Komisi Aspirasi dan Advokasi, Komisi Pemerintahan, dan Komisi Konstitusi. Sesuai dengan kebutuhan, saat ini DMF tengah mempersiapkan Panitia Pemilu BEM Fakultas. Panitia terdiri dari 15 mahasiswa sebagai KPU-F dan 5 mahasiswa sebagai Panwaslu. Jika tidak ada halangan, Pemilu akan dilaksanakan bulan April ini. Agenda pertama yang direncanakan setelah BEM Fakultas terbentuk adalah persiapan PKPT menyambut mahasiswa baru tahun ini.
Dengan semangat bersama-sama mem­bangun FPPsi, organisasi yang ditetapkan pada tanggal 13 Maret ini mulai membangun struktur organisasi mahasiswa sedikit demi sedikit. “Kita kan masih baru, jadi dalam pergerakannya masih banyak dibantu oleh DPM, belajar dengan teman-teman di BEM FIP, dan bertanya pada senior-senior lain. Alhamdulillah, semuanya mendukung,” terang ketua umum DMF PPsi, Bilal Zavanna Sulaiman.
Bilal adalah salah satu mahasiswa yang sangat mendukung terbentuknya FPPsi. Mahasiswa asal Jombang ini menuturkan bahwa perubahan PPsi menjadi fakultas memberikan keuntungan tersendiri, khususnya bagi mahasiswa. Salah satunya, mahasiswa menjadi lebih percaya diri karena saat ini bidang ilmu psikologi di UM telah memiliki fakultas sendiri.
Berbicara tentang fasilitas, mahasiswa yang mengambil konsentrasi Psikologi Klinis ini menilai bahwa fasilitas sudah cukup lengkap. Suasana belajar di gedung C1 juga dirasa sudah cukup nyaman. “Ke depan harapannya secara struktural bisa lebih jejeg, lebih banyak lagi mahasiswa dan pengajar, serta fasilitas yang lebih baik,” lanjut Bilal di akhir perbincangan dengan Komunikasi.
“Kami bangga karena sekarang FPPsi sudah jadi fakultas sendiri, mbak,” ujar Diki dan Rangga, mahasiswa FPPsi . Sekalipun masih dalam masa transisi, kedua maha­siswa angkatan 2010 ini memiliki sejumlah harapan. Pertama, agar potensi dan fasilitas yang telah dimiliki FPPsi saat ini digunakan secara maksimal. Kedua, agar FPPsi menjadi fakultas yang kredibel dan lebih dikenal masyarakat.
Diki yang saat ini tengah menjadi panitia KPU mengungkapkan bahwa keinginannya bergabung dengan Ormawa adalah untuk menyejahterakan FPPsi. Bahkan persiapan Pemilu yang dijadwalkan pada tanggal 16 April dilakukan secara maraton. Walaupun begitu, mahasiswa asal Bojonegoro ini berkeinginan untuk ikut mendorong fakultasnya menuju ke arah yang lebih baik.
Pendapat serupa disampaikan oleh Mutia, mahasiswa FPPsi angkatan 2011. “Sekarang enak, bisa lebih mudah bikin klub, gitu,” celotehnya. Mutia berharap, ke depan FPPsi bisa menampung lebih banyak aspirasi. Lebih jauh, mahasiswa asli Malang ini mengatakan bahwa salah satu manfaat lahirnya FPPsi adalah saat kegiatan mahasiswa menjadi lebih mudah dan terfasilitasi. Sementara itu Agus Hadi Wiyanto, mahasiswa Psikologi 2010, berharap bahwa FPPSi dalam waktu dekat ini dapat membuat perbedaan yang baik. Perbedaan yang menandakan keberadaan FPPSi sebagai salah satu fakultas yang ada di UM.
Indah Suhanti, M.Psi dan Mayrina Eka Prasetyo Budi, M.Psi, dosen FPPsi juga menyatakan pendapatnya. Indah dan Mayrina adalah dua alumni psikologi UM yang telah mengenal bidang ini sejak masih bernaung dibawah FIP. Saat ini keduanya telah menjadi tenaga pengajar di FPPsi UM. Kedua dosen ini meyatakan bahwa sekarang FPPsi menjadi lebih mandiri.
Sekalipun dampak besar belum terlalu dirasakan karena masih dalam masa peralihan, manfaat yang dirasakan adalah program-program yang lebih mudah dirancang sendiri. Harapan tentang FPPsi men­datang juga disampaikan oleh Indah, “Semoga FPPsi ini bisa diterima dengan baik oleh warga UM. Di samping itu, saya juga berharap agar FPPsi punya karakter sendiri dan lebih dikenal.” Lebih jauh, Indah membayangkan bahwa nantinya FPPsi akan memiliki program-program sendiri. Apalagi dengan dibukanya Psycho Center UM yang dapat menjadi wadah penerapan ilmu psikologi di masyarakat.

Psycho Center
FPPsi memiliki Psycho Center yang merupakan lembaga penyedia jasa psikologi. Jenis layanan dari Psycho Center ini adalah training, konseling dan terapi, psikotes, dan Crisis Center yang bertempat di Jalan Simpang Bogor No.4 Malang. Tujuan dari didirikannya Psycho Center ini adalah mengembangkan potensi individu, organisasi, dan daerah dengan memberikan layanan psikologi yang bermutu.
Psycho Center memiliki visi menjadi lembaga pelayanan sumber daya manusia berbasis psikologi yang menghasilkan jasa-jasa peningkatan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Setiap harinya, Psycho Center UM membuka layanan pada pukul 08.00-16.00 WIB, dari Hari Senin sampai Jum’at.
Selain waktu tersebut, klien dapat membuat jadwal konsultasi yang disepakati bersama. Hingga saat ini, terdapat sembilan dosen yang terlibat di Psycho Center UM. Rencananya, akan ada mahasiswa yang diseleksi dan dilatih untuk bergabung di Psycho Center UM.
Terdapat tiga misi, pertama, me­nyelenggarakan jasa pelatihan, seleksi, pengembangan organisasi sumber daya manusia yang kompeten, sehat, dan profesional, kedua, menyelenggarakan jasa penelusuran potensi dan pe­ngembangan serta intervensi psikologis in­dividu di daerah dan organisasi dengan menjaga keseimbangan lingkungan bis­nis, dan ketiga, mewujudkan lembaga yang dapat bekerjasama dengan berbagai pro­fesi dan organisasi, dan mampu ber­mitra dengan organisasi regional, nasional, dan internasional.Trias/Nurul