Multimedia dapat diaplikasikan di berbagai aspek kehidupan. Bidang seni pun saat ini telah tersentuh oleh teknologi satu ini. Lihat saja dunia keteateran yang dahulu lekat dengan unsur tradisional. Melalui sentuhan multimedia dalam pementasan teater, pertunjukan teater bisa menjadi lebih kaya secara visual maupun audio. Hal inilah yang menjadi tema diskusi dalam Workshop Teater Kontemporer yang diselenggarakan oleh Teater Hampa Indonesia pada Sabtu (31/03). Bertempat di gedung Sasana budaya UM, workshop yang dihadiri oleh segenap aktivis teater baik di tingkat universitas dan sekolah ini menghadirkan Doni Kus Indarto ,Praktisi Seni Teater dan Mahesa, Ketua Sineas Club Malang.
“Ada yang sudah pernah lihat teater topeng Malang?,” tanya Bapak Doni sembari memperhatikan seluruh peserta workshop. “Gak onok?,” lanjutnya lagi setelah tidak mendapatkan respon dari peserta. Beliau menyayangkan makin tenggelamnya budaya tradisional saat ini, seperti teater. Hadirnya Teater Kontemporer merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri agar mampu bersuara mewakili jamannya. Dengan adanya pencampuran antara multimedia dan teater, pementasan akan menjadi lebih dinamis, hidup, dan eksploratif. Penikmatnya pun tidak hanya orang seni saja, namun juga praktisi multimedia.
Dengan perpaduan multimedia, teater akan mampu mewujudkan imajinasi yang sulit diwujudkan dengan artistik mati, di antaranya, saat menggambarkan suasana hujan yang diakali dengan menggunakan animasi dan audio berupa suara rintik hujan. Tidak perlu mahal, Mahesa menjelaskan bahwa hanya dengan menggunakan software Flash pun, animasi multimedia dapat diwujudkan di atas panggung.
“Penyesuaian antara gerak dan multimedia juga harus diperhatikan. Misalnya terdapat suatu scene tarian kolosal. Gambar maupun animasi yang disajikan sebagai latar harus sesuai dengan gerakan para penari. Bila tidak sesuai maka gambar dan gerakan itu tidak akan menyatu di panggung,” ungkap Mahesa.
Workshop dikemas dalam bentuk diskusi santai antara pemateri dengan pesertanya. Mahesa sempat menunjukkan video promosi mengenai pagelaran “Arjuna Wiwaha” yang merupakan hasil perkawinan antara teater dengan multimedia. Setelah pemberian materi, workshop dilanjutkan dengan praktek pementasan teater dari para peserta yang telah dibagi menjadi 4 kelompok besar.
“Workshop hari ini adalah bekal untuk pementasan Teater Hampa di pertengahan Mei. Pementasan itu akan menggabungkan 3 naskah dari Samuel Becket dengan Yosabatu, alumni ISI Jogjakarata, sebagai sutradaranya. Pementasan itu juga merupakan persiapan kami untuk mengikuti Pekan Apresiasi Performance Art yang diselenggarakan oleh Teater Orok, Universitas Udayana Bali, ” jelas Aik, Ketua Umum UKM Teater Hampa Indonesia.Ajeng