Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan zaman dahulu yang masyhur di Indonesia. Kerajaan yang berdiri sejak tahun 1293 Masehi tersebut mengalami era cemerlang pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Namun, siapa sangka bahwa sebetulnya ada sosok di balik layar dari jayanya kerajaan tersebut. Sosok itu adalah seorang perempuan bernama Gayatri.
Gayatri yang mendapat gelar “Rajapatni” adalah nenek dari Raja Hayam Wuruk. Sosok itulah yang menjadi bidikan dalam buku bergenre novel sejarah karya Earl Drake, seorang sejarawan dari University Of British Columbia Kanada. Buku berjudul “Gayatri Rajapatni Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit” akhirnya berhasil disusun setelah melalui proses kreatif selama 20 tahun.
Pada acara diskusi publik dan launching buku yang digelar BEM FIS UM pada 2 April 2012, beliau menyatakan bahwa Gayatri mempunyai jasa besar atas kejayaan Majapahit. Sayangnya, hanya sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Di tengah serangan bangsa Mongol yang dapat menimbulkan perpecahan, Gayatri menggagas menyatukan kepulauan dan menyusun kekuatan untuk menyerang mereka.
Penyaji lain dalam acara tersebut, Deny Yudo Wahyudi, S. Pd., M.Hum., dosen Jurusan Sejarah FIS, menerangkan bahwa Gayatri adalah sosok yang samar. Dia adalah seorang putri Singasari yang kemudian menjadi Ratu Majapahit, sebagai istri keempat dari Raden Wijaya. Tidak banyak sumber sejarah yang menulis tentangnya. Alasan itulah yang membuat Prof. Earl Drake memerlukan waktu sedemikian pan­jang untuk menjalankan observasi ten­tang Gayatri.
Dalam buku yang baru diterbitkan Penerbit Ombak (Yogyakarta, 2012) ter­sebut, diceritakanlah jiwa ke­pemimpinan, kecerdasan, serta ke­cantikan fisik maupun kepribadian yang dimiliki seorang Gayatri Rajapatni. Prof. Earl Drake juga secara terang-terangan menyatakan bahwa figur Gayatri lebih hebat dari tokoh wanita legendaris dunia, seperti Cleopatra. Hanya saja dunia belum mengetahui hal itu.
Pada acara yang dihadiri ratusan undangan, mulai mahasiswa, pengamat sejarah, dan guru tersebut, Prof. Earl Drake menyatakan karyanya ini sengaja dikemas dalam bentuk novel agar masyarakat lebih tertarik dan mudah memahaminya. Walaupun begitu, fakta-fakta yang diperoleh tetap bisa dijamin keotentikannya.Wida