Oleh Djajusman Hadi
Para pembaca yang terhormat, terimalah salam hangat kami yang kami kirimkan dari meja redaksi. Salam dan rasa syukur kami atas segala perubahan yang kami lakukan untuk meningkatkan kualitas majalah Komunikasi, baik dari segi penampilan maupun isi. Setiap saat kami gunakan proses kreatif, inovatif serta sikap kritis untuk membuat majalah Komunikasi semakin dekat dengan para pembaca.
Di samping terus berbenah dari sudut perfomance, Komunikasi juga terus peka, peduli dan kritis melihat segala fenomena dan realitas sosial di tengah masyarakat lokal dan global. Salah satu persoalan sosial yang kini kian memuncak dan menjadi bom waktu adalah soal pengangguran dari berbagai kalangan, baik pengangguran terdidik maupun dari kalangan yang tidak terdidik.
Secara kuantitatif, jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi, baik dari yang berpendidikan tinggi maupun yang bukan, walau penuh dengan prediksi-prediksi menurun. Buktinya hingga tahun 2011, jumlah penganggur mencapai angka 8.3 juta orang. Hal itulah yang menjadi kondisi klinis psikologis para sarjana, fantastik, bukan? Itulah kenyataannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, tantangan psikologi terhadap dunia pendidikan saat ini yakni kurang relevan dan kurang pengetahuan serta pemahaman dalam metode mengajar dan kurangnya pemahaman tentang tahap dan tugas perkembangan siswa. oleh karena itu, tenaga pendidikan dituntut selalu meningkatkan pengetahuan, serta meningkatkan kolaborasi pendidik dengan tenaga ahli.
Dengan kondisi demikian, bak gayung bersambut, peresmian Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) baru saja di-launching pada Selasa (07/02) telah memantapkan UM sebagai The Learning University. Tujuan dibukanya FPPsi ini adalah untuk menyediakan tenaga psikolog yang handal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena sejak dahulu kajian psikologi itu sangat mengglobal dimana semua lini kehidupan manusia senantiasa terkait dengan unsur psikologi.
Perlu diketahui bahwa FPPsi memulai langkah awal sebagai program studi di bawah jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM pada tahun 2000. Kemudian mengalami pembaharuan tahun 2007 sesuai SK Dirjen Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional nomor 142. Pengajuan menjadi fakultas ini mulai berjalan tahun 2009, tetapi baru disahkan pada tahun 2012. Sedangkan, ijin pendirian FPPsi UM ini bersamaan dengan terbitnya surat Dirjen Dikti No. 58/E/C/2012, pada 24 januari 2012 dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Welcome FPPsi UM, kita salut dan bangga dengan kehadiranmu. Sosok fakultas kedelapan yang berdiri di UM kini menjadi salah satu fakultas yang memiliki prospek besar dalam menjaring calon mahasiswa baru. Sebagai fakultas baru, FPPsi UM mempunyai 5 konsentrasi, yaitu Psikologi Pendidikan, Psikologi Klinis, Psikologi Industri, Psikologi Sosial, dan PsiĀ­kologi Perkembangan. Core compentency merupakan ciri khas dari kelima konsentrasi yaitu pendidikan. Oleh karena itu, aspek pendidikan pada kelima konsentrasi tersebut menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap jasa psikologi FPPsi UM.
Peluang yang tinggi di FPPsi UM adalah minat calon mahasiswa yang cukup antusias terkait dengan tingkat kebutuhan masyarakat akan jasa ilmu psikologi di masyarakat, salah satu contohnya adalah pendampingan anak berkebutuhan khusus. Prospek kerjasama juga telah ditunjukkan di FPPsi UM melalui jalinan kerjasama dengan sekolah, perusahaan/industri dan pendidikan magang mahasiswa di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Kabupaten Malang.
Pada sesi berikutnya, Komunikasi akan menyajikan aktivitas dari Kartini-kartini muda yang diwadahi oleh beberapa figur mahasiswa UM, wajah baru Fakultas Pendidikan Psikologi UM, berita seputar kampus dan tidak kalah pentingnya Komunikasi juga akan mengusung profil menarik lainnya.
Di tengah kegalauan psikologis persoalan pengangguran yang kini masih terus bertambah karena masih tingginya angka putus sekolah, banyaknya produk perguruan tinggi yang tidak mampu bekerja, serta faktor mentalitas yang PNS oriented, adalah masalah yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dunia pendidikan dan pemerintah negeri ini harus segera menyikapinya dengan melakukan reformasi di lembaga pendidikan, serta mengubah perilaku anak negeri ini dari sosok pencari kerja menjadi sosok pencipta lapangan kerja. Oleh sebab itu, pemerintah sendiri harus peka dan siap membantu dan memfasilitasi para calon pekerja produktif itu. Maukah? Semoga saja semua pihak mau berpikir dan berbuat yang terbaik.
Wakil Pemred