Miller (paling kanan) saat menghadiri Bedah Buku dan Novel Cinta Suci Zahrana

“Selamat datang kami ucapkan kepada Saudara Miller,” sambut ketua pelaksana Bedah Buku dan Film Cinta Suci Zahrana, Faishal Hilmy Maulida (Sejarah 2011) pada Selasa (03/07). Kegiatan yang dihadiri tidak kurang dari 185 peserta ini digelar di aula utama gedung A3 lantai 2 UM dengan mengundang novelis Habiburrahman El Shirazy, serta tiga pemeran utama film Cinta Suci Zahrana, yakni Meyda Sefira, Miller, dan Kholidi Asaddil Alam. Sayangnya, hanya Miller dan beberapa perwakilan dari SinemArt Pictures yang bisa memenuhi undangan.
Bedah Buku dan Film ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tepat pada pukul 13.00 WIB yang dilanjutkan dengan sambutan dari ketua pelaksana dan dekan FIS, Prof. Dr. Hariyono, M. Pd. “Harapan saya sungguh besar pada acara-acara bedah buku seperti ini. Saya sungguh berharap setidaknya 1% dari sekitar 800 mahasiswa FIS bisa menjadi novelis seperti Habiburrahman. Dunia perfilman masih dikuasai Cina, Eropa, dan Korea. Sudah saatnya film-film semacam Cinta Suci Zahrana menjamur di Indonesia supaya muda-mudinya tidak hanya me­nonton hal-hal yang kurang ber­manfaat. Harapan saya, semoga nilai-nilai baik yang terkandung dalam novel dan film ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Seusai sambutan, acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dari pihak FIS kepada SinemArt Pictures yang diwakili Miller, dan disambung dengan promo kecantikan oleh Inez Kosmetik yang bekerjasama dengan SinemArt Pictures.
Novel Cinta Suci Zahrana mulai dibedah pada pukul 13.40 WIB oleh Anggaunitakiranantika, M. Sosio, salah satu dosen Sosiologi UM dan dimoderatori oleh Isya Rohanindya F. Amanda, presenter berita JTV Malang. Pembahasan diawali dengan penuturan Miller tentang sepintas isi novel dan peran yang dimainkannya, “Aku seorang arsitek dan mahasiswa. Aku mempunyai rasa yang seharusnya tidak kupunya terhadap dosenku. Apalagi kalau bukan cinta?” tuturnya. Alumni Theater and Music, National Art Academic of Malaysia ini mengaku bahwa hampir seluruh adegan dalam film mengisahkan perjuangannya mengejar Zahrana yang diperankan oleh Meyda Sefira. “Zahrana adalah peraih S2 di Cina. Aku sudah berusaha mendapatkannya sampai setengah jalan. Tapi tiba-tiba ada si Kholidi yang masuk di tengah jalan. Yah, akhirnya aku mundur deh,” lanjutnya diikuti tawa peserta.
Berikutnya, panitia memutar trailer film Cinta Suci Zahrana. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembahasan secara umum oleh Anggaunitakiranantika, M. Sosio. “Banyak sekali poin-poin penting yang perlu kita ambil sebagai pelajaran dari novel ini. Dewi Zahrana, atau yang biasa dipanggil Rana, adalah seorang wanita yang berorientasi pada akademik dan prestasi sehingga tidak sempat memikirkan keinginan orang tuanya agar dia segera menikah. Padahal adat Jawa yang begitu kental berasumsi bahwa wanita yang belum menikah di atas 20 tahun itu sudah menginjak, maaf, kadaluarsa. Dalam novel ini, Rana memiliki dua macam konflik. Yang pertama adalah konflik batin atas prinsip yang dimilikinya, yang kedua adalah konflik intern dari keluarga yang menginginkan Rana segera menikah karena usianya sudah memasuki kepala tiga,” jelasnya panjang lebar.
Pembedahan selama enam puluh menit ini diakhiri dengan sesi tanya-jawab seputar novel dan film, dan diakhiri dengan acara foto bersama Miller dan segenap kru SinemArt Pictures.Atif