Oleh Maziyatul Churiyah

Bulan Ramadan merupakan bulan yang memiliki misi mulia pendidikan yang membentuk  karakter, kejujuran, tanggung jawab, peduli pada sesama, penghargaan tinggi, pola hidup sehat dan ekonomis, minimalisasi amarah, dan internalisasi aturan-aturan Sang Pencipta. Harapannya, setelah bertemu dengan bulan Ramadan, manusia mampu mengimplementasikan nilai dan semangat Ramadan pada sebelas bulan setelahnya.
Tugas seorang sarjana “kampus Ramadan”  bukan terletak pada saat ia melakukan pendidikan dan ujian atau wisuda, tetapi terletak pada pasc-Ramadan, yaitu bagaimana membangun kehidupan yang lebih baik pada setiap aspek kehidupan dan memunculkan semua potensi diri yang positif. Begitu juga wisudawan UM yang sudah mengalami proses pendidikan bertahun-tahun,  menghadapi suka dan duka seperti orang yang sedang berpuasa Ramadan menunggu berbuka dan pada  akhirnya bertemu dengan Idul Fitri.
Setelah  lulus  wisudawan  akan memasuki kehidupan bermasyarakat yang jauh lebih luas. Untuk meraih sukses dalam fase kehidupan yang penuh dengan tantangan tersebut, penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sendiri sekaligus menganalisis berbagai faktor eksternal yang berpengaruh kuat terhadap kehidupan. Cara memandang  faktor eksternal  harus mengggunakan  kaca mata positif, kreatif, dan inovatif. Dengan cara pandang seperti itu,  dapat membalikkan kondisi eksternal yang semula tidak berpihak,  menjadi suatu peluang yang terbuka lebar. Intinya kita harus memiliki kapasitas belajar sendiri dan kemampuan untuk melakukan adaptasi yang besar.
Saatnya  kini wisudawan  membuktikan diri sebagai  agen pembaharu. Perannya sangatlah ditunggu masyarakat dan pemerintah daerah. Semangat tinggi untuk memberdayakan masyarakat  yang dapat mengusir gelapnya kemiskinan di daerah harus dimiliki wisudawan UM.  Wisudawan UM   bukanlah sekadar  work force yang hanya mau duduk di kantor berfasilitas lengkap di kota-kota besar, tapi adalah lulusan yang berani membayar harga kesuksesan dengan kerja keras dan membangun daerah. Wisudawan UM  perlu menjadi duta-duta UM di pelosok nusantara ini, untuk memberdayakan diri sendiri dan meraih kesuksesan nyata dengan cara memberdayakan masyarakat di daerah.
Wisudawan sudah mempunyai kekuatan internal  dari pendidikan selama di UM, tapi  perlu ditambah secara nonlinier terhadap kompleksitas faktor eksternal yang mempengaruhi. Pembelajaran diri harus dilakukan sepanjang hayat.  Factual dan experiental knowledges yang membangun  hard  dan soft skills   memang sudah diberikan di UM, tapi ijazah bukanlah pemberi otoritas tertinggi untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di masyarakat luas. Seorang lulusan perguruan yang berkiprah dalam masyarakat hendaknya mau mendengar dengan baik, merespon secara terbuka, dan bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam menangani permasalahan.
Pembaca setia Komunikasi, edisi kali ini Komunikasi menyajikan berita yang update di UM, yakni Uang Kuliah Tunggal (UKT). Tahun ini UM telah menerapkan biaya masuk  yang relatif murah di banding tahun sebelumnya. Selain itu, pada rubrik Profil juga menyajikan profil alumni sukses, yakni seorang guru Fisika yang mempunyai talenta lebih untuk membuat media pembelajaran digital. Hal yang membanggakan juga, hasil karya mahasiswa UM dapat go international yang tersaji di rubrik Info. Disamping itu, yang perlu mendapat apresiasi lebih dan juga membanggakan,  CLS, program mahasiswa Amerika yang belajar di UM, mendapatkan juara I terbaik di Amerika.
Itulah sekelumit sajian Komunikasi edisi ini dan masih banyak hal menarik lainnya. Akhirnya Redaksi Komunikasi  mengucapkan selamat membaca Komunikasi dan selamat Idul Fitri 1433 H, mohon maaf lahir dan batin, serta selamat berkarya dan menjadi pelopor kemajuan bangsa untuk wisudawan UM.
Penyunting