“Kecintaan, kesungguhan, ke­gilaan, dan ketekunan akan menghasilkan yang terbaik.”
Begitulah ungkapan Dekan Fakultas Teknik, Dr. Waras, M.Pd., kala menyampaikan sambutan dalam Gelar Cipta Boga (GCB) 2012. Bertempat di Graha Cakrawala UM, acara yang memamerkan kreasi mahasiswa Tata Boga itu sukses diselenggarakan pada Minggu (04/11).
Tidak hanya mahasiswa Tata Boga, ratusan pengunjung baik mahasiswa, siswa, maupun masyarakat yang berasal dari berbagai daerah pun rela bertandang. Salah satunya datang dari Banyuwangi.
Banyak di antara mereka yang mengaku mengidolakan Chef Marinka, salah satu juri Masterchef. “Kami mengundang Chef Marinka memang merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi lembaga. Di samping juga akan menjadi motivasi, khususnya bagi mahasiswa Tata Boga. Ini lho, ada seorang wanita yang sukses menjadi masterchef nasional,” ungkap Lisa, Ketua Pelaksana GCB 2012.
Tidak hanya Chef Marinka, dua juri lain yang menjadi tim penilai adalah seorang chef Persatuan Hotel Republik Indonesia (PHRI) asal Batu, Rudi Hartono dan Dosen Tata Boga, Mazarina Devi.
Menurut Lisa, GCB merupakan sebuah acara tahunan yang berawal dari mata kuliah cipta boga. Tujuannya untuk mengasah kreativitas mahasiswa, baik mahasiswa D3 maupun S1 Tata Boga wajib menghasilkan sebuah karya personal. Tahun ini tema yang diangkat adalah Water Dweller, otomatis keseluruhan makanan yang disajikan oleh para mahasiswa haruslah berbahan dasar perairan.
Beraneka jenis makanan disajikan dalam acara bergengsi itu, namun tidak terlepas dari tema GCB. Dengan bahan yang berasal dari perairan, mereka mampu menghasilkan makanan yang terbilang sangat bervariasi. Mulai dari hidangan pembuka (appetizer), hidangan yang disajikan sebelum hidangan utama (entree), hidangan utama (main course), hingga  hidangan penutup (dessert).
Tidak hanya penjurian makanan saja, berbagai ajang perlombaan pun turut mewarnai GCB kali ini. “Di sini juga ada lomba carving serta cake decoration yang diikuti oleh peserta dari luar. Untuk carving, peserta mengukir buah ataupun sayuran dengan bahan yang telah mereka persiapkan sendiri,” ungkap Novrita, mahasiswi D3 Tata Boga. Selain itu, 22 stan bazar yang menjual beraneka barang pun turut berdiri meramaikan hall. Mulai dari makanan jadi, assesoris, hingga baju.
“Asyik,” begitulah komentar singkat juri Masterchef itu ketika mencicipi masakan kreasi mahasiswa Tata Boga tersebut. Usai penjurian,  acara berlanjut dengan seminar keamanan pangan dan produk pengembangan yang disampaikan oleh Ketua Departemen Gizi Masyarakat IPB, Dr. Budi Setyawan.
Dalam seminar, beberapa materi yang dipaparkan adalah seputar jenis dan sifat makanan, balanced diet, water waller dalam hal itu cara mengolah ikan yang baik, dan functional food. “Makanan yang baik, itu tidak sekadar memberikan rasa kenyang, tapi juga kesehatan dan kecantikan bagi tubuh,” ungkapnya.
Pak Budi juga memaparkan perihal jenis dan fungsi Bahan Tambahan Makanan (BTM) serta basic taste. “BTM, itu tidak semuanya merusak makanan karena adakalanya justru mempertahankan nilai gizi. Kemudian, bagi orang awam selektiflah dalam memilih makanan, misalnya dengan menduga-duga dan memilih makanan yang kerusakannya bisa teridentifikasi,” ungkapnya dalam sesi dialog.
Selang beberapa saat, acara berlanjut dengan cooking show yang diperagakan oleh dua orang mahasiswa Tata Boga. Tidak hanya mahasiswa, Chef Marinka pun turut unjuk kreasi dalam aksi itu. Usai kedua mahasiswa tersebut menyelesaikan tugasnya, muncullah Chef Marinka dalam balutan kostum merah jambu, diikuti seorang asistennya, David.
Aroma sedap seketika menyeruak me­menuhi tiap sudut ruangan, tatkala sang chef mulai beraksi dengan mencipta paella ala Chef Marinka. Sembari memotong bumbu dan mengaduk masakan, tanya jawab antara Marinka dan audiens pun berlangsung dengan lancar.
“Terkait dengan penjurian makanan tadi, saya rasa ada beberapa yang wow dan inovatif, meskipun ada beberapa yang masih kurang. Beberapa layak jual karena kemasannya unik,” ujarnya ketika ditanya tentang penjurian. Ia juga mengungkapkan, dirinya bisa sukses karena melakukannya dari hati, penuh perjuangan, dan kegigihan.
Ia berharap makanan Indonesia dapat mendunia, tentunya dengan rasa yang otentik disertai penampilan internasional. Tatkala ditanya motivasi memasak, ia berkomentar, “Berawal dari keluarga papa saya. Saya merasa harus membuat makanan enak dan sehat untuk papa saya demi menjaga kesehatannya. Jika kita membuat makanan untuk orang yang kita cintai, rasa pasti beda.”
Akhirnya, selang tujuh jam acara berakhir dengan santap hidangan yang tersaji di meja panjang. Seketika pengunjung menyerbu hidangan kreasi mahasiswa Tata Boga. Beberapa juga tak ketinggalan untuk mencicipi paella ala chef ternama tersebut.Rima