Jajaran orang dengan make-up dan busana terbaiknya berlenggak-lenggok di catwalk. Satu demi satu saling bersaing dalam memperlihatkan pose terbaiknya di panggung. Aksi model-model itu tak pelak menjadi sasaran empuk bagi puluhan fotografer yang siap sedia dengan kameranya. Bukan tanpa alasan ratusan model ini berlenggak-lenggok di Graha Cakrawala pada Sabtu (17/11). Mereka adalah partisipan dalam pemecahan rekor MURI Fashion Show 1.000 Model yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himti) Fakultas Teknik (FT).Fashion Show 1.000 Model itu hanya salah satu gelaran acara yang diadakan dalam rangka memperingati Ulang Tahun Jurusan Teknologi Industri. Selain itu, terdapat pula Seminar Nasional Fashion,Culinary, & Beauty dan Malang Fashion Moment (MFM). Seminar Nasional yang bertemakan Trend Vision for Creative Industry itu menghadirkan Prof. A. Mukhadis yang memberikan materi mengenai wirausaha pada industri kreatif. Tidak tanggung-tanggung, Seminar Nasional Fashion, Culinary, & Beauty juga menghadirkan desainer brand clothing terkemuka Indonesia, Hadriani Ahmad Sofiyulloh dan Deden Siswanto serta Chenny Han, wedding stylist Indonesia yang sudah melanglang buana di dunia internasional.
Deden  dan Hadriani bercerita mengenai perjalanan mereka hingga dapat mencapai kesuksesan di dunia fesyen Indonesia. Kedua desainer yang berangkat dari keluarga kurang mampu itu ternyata menghadapi berbagai tantangan sebelum sukses seperti saat ini. Sofie, panggilan akrab Hadriani bahkan pernah menjadi petugas kebersihan dan penjahit di Jakarta selepas lulus MAN. Di situlah ia belajar menjahit dan membuat pola dengan benar. Akhirnya, Sofie sadar bahwa ia memiliki talenta  menjahit pakaian. Ia juga membangun bisnis kecil-kecilan dalam membuat desain pakaian dan memasarkan hasil pakaian rancangannya ke pelanggan. Dengan berbagai proses dan seiring berjalannya waktu, usahanya makin berkembang sehingga seorang desainer dan penjahit kecil itu pada akhirnya dapat memiliki 20 outlet dan 4 clothing brand sendiri di bawah bendera Sofie. “Bila ada tekad dan terus berusaha keras, Insyaallah akan berhasil dan mencapai apa yang dicita-citakan,” ungkap Sofie dalam memotivasi peserta seminar Trend Fashion.
Pengalaman hampir serupa juga diutarakan oleh Deden. Perancang busana yang berangkat dari keluarga pendidik itu justru menemukan bakatnya dalam mendesain saat mengalami kecacatan pada tangan kiri semasa kecil. Selama dirawat di rumah sakit, Deden kecil sering menggambar desain pakaian. Hobinya itu pun kini menjadi salah satu penentu kesuksesan yang ia raih. Rancangan Deden yang bertemakan Native Mixture, Beauty Treasure, dan In The Dim Light sangat kental dengan unsur budaya, baik budaya Indonesia maupun budaya internasional.
“Dalam dunia industri, waktu sangat berharga. Karena itu gunakan waktu yang ada dengan seefektif mungkin. Jangan kecil hati walaupun berasal dari background yang kurang beruntung. Terus pupuk kepercayaan diri, eksplor kreativitas yang ada, dan selalu bekerja keras,” terang Deden menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta seminar.
Selanjutnya, pertunjukkan menarik juga ditampilkan oleh Chenny Han, penata rias wajah dan rambut. Ia melakukan demo penggunaan air brush make-up, teknik rias yang menggunakan bahan cair, yang terdiri atas zat pewarna dan cat yang disemprotkan seperti semburan kabut tipis pada permukaan kulit wajah. Alat yang digunakan terdiri atas pena, kompresor mini, dan tinta kosmetik. Pena penyemprotnya terbuat dari baja anti karat yang dilengkapi tempat tinta. Peserta seminar dibuat takjub dengan demo penggunaan air brush make-up yang dilakukan langsung dengan tiga orang model Latulipe. Di antaranya bridal make-up, fancy, dan make-up malam. Pengaplikasian air brush hanya memerlukan waktu lima menit. Chenny terlihat sangat terampil dalam menyemprotkan air brush ke wajah para model.
Usai seminar, acara yang ditunggu-tunggu dimulai, yaitu pemecahan rekor Fashion Show 1.000 Model. Dibuka oleh lenggak-lenggok model Malang Flower Carnival yang menggunakan busana bunga, pemecahan rekor dimulai sejak pukul 15.00. Pemecahan rekor diikuti oleh model anak, wanita, pria, hingga model transgender yang terlihat sangat percaya diri memperagakan busananya, dipadukan dengan topeng Malangan.
Setidaknya 377 model yang terdiri atas mahasiswa, siswa sekolah model, dan warga umum berpartisipasi dalam pemecahan rekor ini. Hasilnya, walaupun dengan jumlah 377 model, Jurusan Teknologi Industri tetap mendapatkan predikat pemecah rekor MURI karena tema seperti itu baru pertama kali diadakan di Indonesia.
Malamnya, gelaran acara dilanjutkan dengan MFM. Acara itu merupakan acara tahunan yang pada tahun ini mengambil tema Virtual Lux. Setidaknya, dua puluh mahasiswa dan alumni Tata Busana ambil bagian dalam MFM. Tidak ketinggalan, sepuluh busana hasil rancangan desainer terkemuka Indonesia, Sofie dan Deden ikut dipamerkan.
“Rekor MURI ini memang ditujukan untuk memperkenalkan Jurusan Teknologi Industri ke masyarakat. Selain itu kami bekerja sama dengan Dinas Pariwisata kota Malang juga ingin mengenalkan topeng Malangan. Untuk ke depannya, penerus himpunan bisa menyelenggarakan acara serupa, mengangkat nama UM dan terus mengasah kreativitas,” terang Wenda, ketua pelaksana acara.Jeng