Kelompok Studi Burung Liar Malang Eyes Lapwing (MEL) menyelenggarakan Seminar Bird: Sience and Conservation di Aula Utama Gedung O8 Fakultas FMIPA UM pada Sabtu (23/03). Seminar itu mengajak peserta, khususnya para pecinta burung untuk lebih mencintai burung lewat tulisan. Hal tersebut karena saat ini terjadi keadaan sangat miris mengenai jumlah tulisan yang membahas tentang burung di Indoneia. Faktanya dari 1.600 jenis burung di Indonesia, baru ada dua jenis yang dideskripsikan oleh penulis Indonesia melalui jurnal ilmiah, sisanya ditulis orang Eropa.
Hal tersebut diperparah dengan temuan dari Kukuila, salah satu kumpulan jurnal yang memublikasi tulisan mengenai burung. Di jurnal tersebut ditemukan hanya 11% atau 35 artikel dari total 297 artikel sepanjang 27 tahun terakhir yang frist author-nya orang Indonesia. Bagi para pengamat burung di Indonesia, seolah ada jurang pemisah antara jenis burung dengan jumlah artikel ilmiahnya.
Jika ada kemauan, sebenarnya banyak artikel tentang burung di Indonesia. Hal tersebut dianalogikan dengan adanya tiga puluh komunitas pengamat burung di Indonesia, setiap bulan melakukan pengamatan burung rutin. Setiap tahun mereka mengadakan lomba pengamatan burung. Jika satu saja anggota dari setiap kelompok  yang aktif menulis dalam jurnal ilmiah setiap tahun, maka sudah terkumpul tiga puluh artikel pertahun.
Imam Taufiqurahman, salah satu anggota Kutilang Indonesia Information Bird yang juga giat menulis jurnal ilmiah terkait dengan burung, dalam seminar itu menularkan ilmunya pada para komunitas pecinta burung yang hadir.  Baginya keterampilan dasar menulis diperoleh dari penggabungan ketiga aspek berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca.
Tema-tema yang jarang dipublikasikan dan berpeluang besar untuk dimuat adalah mengenai perilaku dan perkembangbiakan burung. Syarat bahan yang mengguncangkan adalah adanya kebaruan dan menarik. Temuan perkembangbiakan jenis langkah, perilaku menarik, dan populasi baru, tampaknya cukup diminati pembaca beberapa tahun terakhir.
Banyak sekali media yang menjadi wadah bagi para penulis, antara lain surat kabar, majalah, blog, dan buku.  Jurnal ornitologi sendiri juga menampung tulisan-tulisan dari para pecinta burung itu.  Ada empat jurnal yang cukup terkenal dan dapat dijadikan sarana untuk memublikasikan tulisan tentang burung,  antara lain Kukuila, Stilt, Forktail, dan Birding Asia. Kukila merupakan salah satu jurnal yang memang bertujuan untuk meningkatkan jurnal ilmiah dari orang Indonesia sendiri, dengan keragaman temanya.
Stilt adalah jurnal yang diterbitkan Austrasian Wader Study Group (AWSG), terbit dua kali setahun (April dan Oktober). Lingkup paper mengenai burung pantai jalur terbang Asia Timur-Australia. Tenggat pengiriman naskahnya adalah setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Jurnal ketiga adalah Forktail, jurnal itu dari Oriental Bird Club (OBC). Terbitnya setiap Agustus, lingkup paper-nya adalah burung kawasan oriental. Tenggat pengiriman naskah per-31 Maret. Jurnal pamungkas adalah Birding Asia. Majalah ilmiah populer yang diterbitkan oleh OBC.  Terbit dua kali setahun, Juni dan Desember. Lingkup paper-nya adalah mengenai  burung khawasan oriental.Ardi