Mahasiswa Pascasarjana Prodi Manajemen Pendidikan UM menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Strategi Cerdas dengan Kurikulum 2013”.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (16/03) tersebut diselenggarakan di Aula FMIPA UM, Gedung O1 Lantai II dan dihadiri oleh sekitar 362 peserta yang terdiri atas guru SD hingga SMA se-Kota Malang, dosen, mahasiswa, serta para pemerhati pendidikan.
Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., membahas materi pertama mengenai Dinamika Kurikulum 2013. Guru Besar Pascasarjana UM itu mengatakan bahwa tidak ada konektivitas antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sekarang. “Kurikulum 2013 bagus di konsepnya, tetapi masih kurang cukup untuk penerapan operasionalnya,” ungkapnya. Ia berpendapat bahwa masih banyak kekurangan dalam Kurikulum 2013. Secara politis Kurikulum 2013 terkesan terburu-buru. Secara akademis, masih belum adanya studi evaluasi kebijakan kurikulum yang berjalan khusus, bahkan validitas hasil validasi dan uji publik belum terlacak. “Masih banyak dokumen pedoman Kurikulum 2013 yang salah cetak dengan komponen yang kurang serta tidak konsisten, uraiannya juga masih bersifat normatif,” paparnya.
Dr. H. Imron Arifin, M.Pd., menyatakan bahwa Kurikulum 2013 sebenarnya merupakan Kurikulum 2004 yang diintegrasi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya orientasi pencapaian kompetensi pada Kurikulum 2013. Kemudian, setiap pelajaran mendukung semua kompetensi, dan Kompetensi Dasar (KD) diikat Kompetensi Inti (KI). Tiga alasan itulah yang membuat Arifin berani melabeli Kurikulum 2013 sebagai KBK yang diintegrasi.
Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd.,  menganalisis prediksi dan prospek kebijakan Kurikulum 2013. Dengan tegas, Djoko menyampaikan bahwa sebenarnya semua mata pelajaran dalam Kurikulum 2013 hanya menjadi sungai untuk mengaliri pendidikan karakter yang diusung. Ada kesan kuat keberadaan mata pelajaran teringkus oleh pendidikan karakter semata.
Gunarto M.Pd., perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan peran guru dalam mengajar sangat vital dan sebenarnya tidak tergantikan oleh kurikulum mana pun. “Terlaksana atau tidaknya kurikulum formal yang diusung pemerintah sebenarnya bergantung pada guru menerapkan atau tidaknya di kelas,” tutupnya.Ardi