“Komunikasi merupakan kata kunci dari apapun yang kita lakukan. Kebudayaan yang berbeda ini harus dikomunikasikan agar membentuk suatu keselarasan karena pada dasarnya perbedaan itulah yang menyatukan kita,” sambut Ketua Jurusan Sastra Inggris UM, Dr. Johannes Ananto Prayogo, M. Pd., M.Ed., selaku penasihat kegiatan dalam acara Cross Cultural Communication Conference (C4) 2013 yang diadakan di AVA, Gedung E6 Lantai II UM.
Kegiatan yang bertemakan Connecting in a World of Differences itu dilaksanakan selama dua hari pada Sabtu-Minggu (23-24/03) pukul 08.00 sampai 15.40 WIB. Dari sebelas pembicara yang diundang, satu-satunya pembicara dari Indonesia adalah Dr. Mirjam Anugerahwati, M.A. yang merupakan salah satu dosen Sastra Inggris UM. Sepuluh pembicara lainnya adalah Liz England, Ph.D. dari Winchester, Virginia, Amerika Serikat (AS); Jessica Fox, M.A. dari Michigan, AS; Kate Burrill, M.A. dari California, AS; Ron Garren, M.Ed. dari Georgia, AS; Joshua Yardley, M.A. dari Illinois, AS; Jonathan Gasbar, M.A. dari Washington, AS; Autumn Jackson, M.A. dari Michigan, AS; Esteban Touma, M.A. dari Quito, Ecuador; Deirdre Hand, M.Ed. dari Virginia, AS; dan Holly Warzecha, M.A. dari Minnesota, AS. Kesepuluh pembicara tersebut merupakan English Language Fellow (ELF) yang saat ini mengajar di berbagai universitas terkemuka di Indonesia.
Konferensi yang dihadiri 150 peserta itu bisa terealisasi atas usaha panitia yang terdiri atas beberapa mahasiswa dan dosen Sastra Inggris, di antaranya Nurenzia Yannuar, M.A., Nur Hayati, M.Ed., Inayatul Fariha, M.A., dan beberapa dosen lainnya. Seratus lima puluh peserta tersebut terdiri atas  seratus mahasiswa UM, empat puluh mahasiswa dari universitas di Malang dan sekitarnya, serta sepuluh mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang dibawa oleh sepuluh pembicara dari universitasnya masing-masing.
Acara yang merupakan bentuk kerja sama antara Regional English Language Office (RELO) dan FS UM itu turut dihadiri oleh Andrew M. Veveiros selaku humas Konsulat Jenderal Amerika Serikat yang sudah sejak tujuh bulan lalu bertempattinggal di Surabaya. “Tahukah Anda, apa yang paling dikenal orang Amerika ketika Anda bertanya ‘What do you know about Indonesia?’, maka kebanyakan dari mereka akan menjawab volcanoes, tsunami, earthquake, and the other disasters,” ungkapnya disertai gelak para peserta. “But still, Indonesian is the most polite people that I’d ever known,” lanjutnya disambut gempita tepuk tangan peserta. Sambutannya kemudian diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan dari pihak Konsulat Jenderal Amerika Serikat kepada FS UM yang secara simbolik diserahkan kepada Dr. Johannes Ananto Prayogo, M.Pd. M.Ed.
“Berawal dari pemikiran sederhana, terbentuklah acara yang luar biasa ini,” ungkap Iris Laurencio, M.A., seorang dosen native, selaku Ketua Pelaksana kegiatan C4. “Ide ini berawal dari kesulitan yang saya hadapi ketika mengajar mata kuliah Cross Cultural Understanding (CCU) untuk Mahasiswa Sastra Inggris semester lima. Saya menemukan bahwa sebagian dari mereka sangat sulit menerima perbedaan kebudayaan yang saya perkenalkan. Hal inilah yang menjadi awal pemikiran saya untuk menghimpun teman-teman sesama native speaker dan mengadakan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan ini,” jelasnya.
Konferensi itu diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan gegar budaya mahasiswa Indonesia, khususnya UM, agar mereka mampu bersaing di pasar global dan masyarakat global. Hal itu menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengenal kebudayaan luar, bekerjasama dalam satu tim dengan orang yang berbeda kebudayaan dengan mereka, mencoba resolusi penanganan masalah, serta memahami konsep identitas bangsa-bangsa.
Acara yang berlangsung sekitar empat belas jam itu terbagi menjadi dua hari dalam beberapa sesi. Hari pertama terbagi dalam lima sesi, yaitu Plenary Presentation 1, Parallel Session 1, Parallel Session 2, Parallel Session 3, dan Plenary Presentation 2, sedangkan hari kedua yang juga terbagi dalam lima sesi memiliki agenda yang sedikit berbeda, yaitu Parallel Session 1, Parallel Session 2, Parallel Session 3, Parallel Session 4, dan Roundtable Conference.
Dalam Plenary Presentation, 150 peserta ditempatkan dalam satu ruangan (AVA) dan mendapatkan materi dari pembicara yang telah ditentukan. Dalam Parallel Session, 150 peserta terbagi dalam tiga kelompok yang ditempatkan di AVA, Laboratorium Drama Gedung E6 Lantai II, dan ruang tengah Gedung D8 Lantai II. Kelimapuluh peserta mendapatkan materi dan pemateri yang berbeda pada tiap Parallel Session sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sehingga ketiga kelompok memperoleh ketiga materi sesuai perputarannya masing-masing. Dalam sesi penutup, Roundtable Conference, seluruh peserta ditempatkan di AVA dengan formasi bundar mengelilingi kesepuluh pembicara.
Plenary Presentation 1 disampaikan oleh Liz England Ph.D. dengan judul Language and Conflict. Plenary Presentation 2 disampaikan oleh Dr. Mirjam Anugerahwati dengan judul The Rise of the Molluccas: The Values of Fraternity in Traditional Dance. Sedangkan Parallel Presentation disampaikan oleh Kate Burrill, M.A., Holly Warzecha, M.A. & Deirdre Hand, M.Ed., dan Jonathan Gasbar, M.A., dengan masing-masing judul “A Cross Cultural Training for Indonesian Students, Examining the Ideas of Beauty across Culture, dan Sex, Drugs and Rock and Roll”.
Pada hari kedua, Parallel Session terbagi menjadi empat putaran dengan empat pemateri yang berbeda pula. Pemateri dan materi yang disampaikan, antara lain Ron Garren, M.Ed., “Similarities between Indonesians and Americans”; Jessica Fox, M.A., “Geert Hofstede’s 12 Dimensions of Culture”; Autumn Jackson, M.A. & Esteban Touma, M.A., “Crossing Borders: Bridging the Gaps in Intercultural Relationships”; dan Joshua Yardley, M.A., “Are You a Peach or a Coconut?”. Konferensi pada hari terakhir itu ditutup dengan Roundtable Conference yang membahas tentang pertanyaan peserta yang telah terhimpun dalam kotak yang telah disediakan.
“Ini adalah kegiatan C4 yang pertama kali diselenggarakan di UM. Saya tidak tahu apakah kegiatan ini akan bersifat kontinu ataukah berhenti sampai di sini karena semester ini adalah tahun terakhir saya mengajar di UM,” ungkap Iris Laurencio, M.A. ketika ditemui pada saat coffee break. “Yang jelas, saya menaruh harapan besar akan keberlangsungan kegiatan ini seterusnya untuk meningkatkan pemahaman akan kelompok dan individu lainnya dalam memaknai nilai-nilai yang dapat memengaruhi sudut pandang mereka terhadap dunia. Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan apresiasi akan adanya keberagaman dalam berbagai budaya yang berbeda,” tambahnya.Atif