Lagu “Indonesia Raya” mengawali acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APBIPA) yang dipimpin oleh Bapak Olo Tahe Sinaga di gedung AVA E6 Fakultas Sastra (02/03).  Rakernas APBIPA ini dilakukan perdana setelah empat belas tahun APBIPA dirumuskan. UM mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah karena dinilai BIPA di kota Malang, khususnya UM sudah melebihi standar kualifikasi. Peserta yang menghadiri rakernas yaitu pengurus APBIPA termasuk di dalamnya ketua, dewan pengurus, subidang, subbagian, pengurus harian, dan penyelenggara BIPA, yakni wakil dari beberapa universitas.
Menurut Nyoman Raisa, Ketua Umum APBIPA Indonesia dari Bali, rakernas membahas empat isu penting. Pertama, sertifikasi pengajar BIPA. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pengajar sehingga punya peluang mengajar ke luar negeri. Kedua, uji kemahiran (UK) BIPA, yakni tes kemahiran berbahasa Indonesia yang dikhususkan untuk orang asing yang belajar bahasa Indonesia, setara dengan tes TOEFL untuk bahasa Inggris. Ketiga,  jurnal ilmiah BIPA, dokumen-dokumen penting yang tersimpan harapannya bisa disebar luaskan. Keempat, kepengurusan APBIPA.
Selain itu, diharapkan pula bagi universitas-universitas yang sudah mapan membuka jurusan  BIPA. Selama ini, yang terjadi, pengajar bahasa Indonesia untuk penutur asing adalah dosen bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, bukan dosen yang khusus untuk BIPA. “Seperti UM, sejak beberapa tahun yang lalu sudah dibuka peminatan BIPA untuk jurusan bahasa Indonesia,” imbuhnya.
Rakernas dilak­sanakan dengan sistem pleno agar semua pengurus mengikuti dinamikanya. Perlu diketahui, APBIPA adalah asosiasi profesi swasta yang berprofesi dengan pemerintah. “BIPA bukan dari Dikti (Pendidikan Tinggi-ed.). Ini murni dari kami yang mendedikasikan kecintaan untuk Indonesia,” jelasnya.Tanti