UKM Blero kembali menggelar pentas pada Rabu (27/03) malam di halaman Gedung A2. Dengan tema Winter in March, Blero mementaskan kentrung kreasi, musik etnik, sekaligus operet.  Acara itu merupakan ajang pamer bakat oleh anggota baru Blero yang beberapa bulan lalu mengikuti diklat pengenalan. Mengusung judul “Serdadu” yang merupakan kepanjangan dari Semarak Diklat Dua Belas, para anggota Blero itu memulai pentasnya dengan hiburan musik etnik, yang kemudian disambung dengan kentrung kreasi, dan diakhiri dengan operet.
Winter in March sendiri memuat banyak pesan untuk masyarakat Indonesia. Winter atau musim salju, tentunya takkan terjadi pada bulan Maret. Pemilihan tema itu menyentil budaya masyarakat kita yang mudah menggandrungi budaya luar, berharap budaya luar juga bisa dipakai mentah-mentah di Indonesia. Alhasil, tidak jarang budaya bangsa kita malah terbengkalai dan diakui oleh negara lain. “Lucunya, justru saat itulah kita sadar bahwa budaya kita ternyata sangat berharga dan layak diperjuangkan mati-matian. Pementasan itu bertujuan untuk menyadarkan masyarakat kita agar menghargai budaya bangsa sendiri. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, yang sayangnya kurang dihargai oleh masyarakatnya sendiri,” jelas ketua pelaksana, Syaikhul Imam Musonef (Pendidikan Teknik Elektro/2012).
“Secara keseluruhan, pementasan ini sudah cukup matang. Dengan pemain yang masih pertama kali mementaskan drama, alur cerita mampu disampaikan kepada penonton dengan baik. Sayangnya, beberapa kesalahan teknis masih terjadi, seperti lampu panggung yang mati di beberapa bagian,” komentar Indah Dwi Setyorini (Sastra Inggris/2010) yang juga merupakan anggota UKM Blero.
“Semoga di tahun mendatang, pementasan akan menjadi lebih baik. Saya juga berharap rasa kekeluargaan antaranggota Blero semakin kokoh melalui pementasan ini. Semoga Blero akan senantiasa hidup hingga seribu tahun lagi,” pungkas Syaikhul.Fida