Wacana Kurikulum 2013 memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Kurikulum yang rencananya akan segera dicanangkan itu memang memicu timbulnya pro dan kontra di kalangan pendidikan. Di antaranya adalah kemungkinan pembatasan bahkan penghapusan mata pelajaran yang sempat menuai kekecewaan dari akademisi bidang-bidang tertentu.
Apa sebenarnya isi dari Kurikulum 2013? Apa pula kelebihan dari kurikulum yang rencananya akan mulai diujicobakan pada Juli 2013 itu? Berikut adalah hasil wawancara kru Komunikasi dengan Prof. Dr. Suyono, M.Pd., Ketua Jurusan Sastra Indonesia yang merupakan pemerhati wacana Kurikulum 2013. Bapak Suyono tidak hanya mengamati Kurikulum 2013 secara umum, tetapi juga dari segi materi Bahasa Indonesia, bidang keilmuannya.
Kurikulum 2013 mulai dirancang sejak tahun 2012. Pada tahun 2010 telah dilakukan evaluasi mengenai kurikulum sebelumnya. Perancangan Kurikulum 2013 masih dilakukan hingga kini. “Suatu perubahan itu adalah suatu keniscayaan, tidak bisa tidak. Artinya, kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman sesuai kebutuhan. Banyak penajaman-penajaman pada Kurikulum 2013 ini. Selain itu, penciptaan iklim akademik dan kepemimpinan guru unggul itu penting pada Kurikulum 2013,” jawab Bapak Suyono saat ditanya mengenai alasan pencanangan Kurikulum 2013.
Penajaman-penajaman tersebut, antara lain pengembangan kemampuan berpikir, pembentukan karakter, dan kewirausahaan. “Mengenai bahasan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih seputar pengembangan keterampilan membaca, menulis,dan berbicara. Pokok bahasan ini masih merujuk pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, mulai dari Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006 yang juga menitikberatkan materinya pada tiga poin tadi,” terangnya.
Perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti terdiri atas empat poin yaitu: (1) menerima dan menjalankan agama yang dianut, (2) memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, percaya diri, santun, (3) memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, (4) menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis. Bisa disimpulkan bahwa poin tersebut berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, pengetahuan faktual, dan cara menyajikannya.
“Siswa jangan diberitahu, namun ajari mereka mencari tahu sesuatu dengan cara observasi, melihat, membaca, bertanya, menganalisis, menyimpulkan, mencipta, dan mengomunikasikan,” jelas Bapak Suyono.
Selain penambahan di atas, hal-hal yang positif yang terdapat pada kurikulum sebelumnya juga tetap diaplikasikan pada Kurikulum 2013. Di antaranya kontekstual, pembentukan karakter, penyiapan manusia abad 21 dengan memperhatikan tatanan masa depan, soft skill siswa, dan nilai kewirausahaan. Selain itu, siswa dituntut untuk responsif terhadap perubahan-perubahan, baik lokal, nasional, maupun global. Jumlah jam pada Kurikulum 2013 juga berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
“Kurikulum 2013 juga sensitif terhadap hasil ujian lembaga-lembaga internasional, seperti PISA, PERR, TIMMS. Di mana lembaga internasional tersebut secara periodik mengadakan ujian pada tiga materi, yaitu matematika, sains, dan membaca. Sehingga, siswa diharapkan dapat mengikuti ujian pada lembaga internasional tersebut,” lanjutnya.
Ditanya mengenai isu penghapusan salah satu pelajaran, yaitu pelajaran TIK yang sempat memicu keresahan di kalangan pendidik bidang terkait, ia menjawab, “Sebenarnya bukan penghapusan. Matapelajaran atau muatan lokal tetap diserahkan sepenuhnya pada kebijakan sekolah. Hanya memang Pemerintah Pusat dalam hal ini Kemendikbud memberikan kuasa sepenuhnya pada sekolah, kota, dan kabupaten, atau mungkin provinsi untuk menentukan mata pelajaran di sekolah wilayah mereka,” jelasnya menutup pembicaraan.Jeng