Rabu dan Kamis (01-02/05) lalu menjadi momen yang tidak biasa bagi mahasiswa FIP UM. Pasalnya, digelar sebuah momentum Peringatan dan Perayaan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2013 yang dikemas berbeda, dengan tema Refleksi, Instropeksi, dan Proyeksi Mewujudkan Cita-cita Nasional Perikehidupan Bangsa yang Cerdas.Kegiatan yang digagas langsung oleh Dekan FIP, Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., itu terdiri atas dua hal pokok, yaitu pembentangan banner Ki Hadjar Dewantara yang disertai dengan visualisasi tulisan ide-ide ce­merlangnya ten­tang pen­didikan dan pem­ben­tangan lima buah kain putih berukuran 1×2 meter yang dinamai Eks­presi Diri Mahasiswa FIP Menyambut Hardiknas.
“Satu hal yang perlu kita tandai, pembentangan gambar Ki Hadjar Dewan­tara yang ada di Jalan Semarang dan Gedung D2 adalah pembentangan untuk pertama kalinya di UM. Banner yang didesain langsung oleh dekan kami tersebut juga berisikan tulisan ide-ide cemerlang Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan,” jelas Dr. Hardika, M.Pd., WD III FIP UM.
Sementara itu, pembentangan sejumlah kain putih yang disesuaikan dengan jumlah jurusan di FIP itu bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa yang ingin mengekspresikan diri melalui tulisan.
“Oleh sebab itu, kami mencari momentum yang dapat disisipi sebuah media di mana mahasiswa dapat berekspresi secara bebas, santai, dan relatif terbuka tanpa disertai tendensi negatif atau bahkan marah-marah di depan umum,” tambahnya.
Kain putih yang dibentangkan tersebut dipenuhi dengan saran dan kritik dari banyak mahasiswa. Menanggapi banyak tulisan-tulisan mahasiswa yang bersifat negatif, Bapak Handika berkomentar bahwa dalam mengadakan kegiatan semacam itu, pihak fakultas harus bersifat assertive dan berlapang dada untuk menerima ide-ide dari mahasiswa dalam bentuk apa pun.
“Selain pengembangan implementasi pendidikan sepanjang hayat, esensi Hardiknas yang utama adalah refleksi dan rekonstruksi ide-ide Ki Hadjar Dewantara untuk diimplementasikan dalam pendidikan ke depan. Jika sivitas akademika UM menganggap kegiatan ini bersifat konstruktif, sedapat mungkin mari kita kelola bersama agar kegiatan ini lebih baik, terkendali, dan dapat menjadi tradisi untuk seluruh fakultas di UM. Mungkin awalnya sedikit susah dikontrol. Namun, jika sudah menjadi kebiasaan, mahasiswa akan merasa nyaman dan kita akan lebih mudah mengelolanya. Ini baru sporanya saja. Jika Prof. Dr. Supriyono, M.Pd. beranggapan bahwa bulan Mei adalah ramadhannya ahli pendidikan, mari kita jadikan Hardiknas sebagai hari rayanya pendidikan,” ungkap Dr. Hardika, M.Pd.Atif