BEM Sastra menyelenggarakan wor­kshop budaya pada Jumat (03/05) bertema BerbalutWarna Budaya Sastra dalam Cipta, Rasa, dan Karsa. Dengan mengundang Didik Nini Thowok dan Drs. Ponimin, M.Hum., acara yang berlokasi di gedung Sasana Budaya UM itu sukses mengusung tidak kurang dari seratus lima puluh peserta. Sejumlah hiburan pun turut memeriahkan acara tersebut, di antaranya adalah Kembang Nusantara dan Jawi Musik Perkusi.  “Kami mengangkat tema itu berawal dari sebuah konsep tentang pengertian budaya itu sendiri. Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Intinya adalah melalui workshop ini kami ingin mengusung budaya Malangan karena kita sendiri, kan hidup di dalam lokal budaya Malang. Sebagai generasi penerus kami merasa harus mencari kegiatan demi menjaga kelestarian budaya,” tutur Bayu, Ketua BEM Sastra.
Menurutnya, kesuksesan seolah telah tertoreh melalui jumlah peserta yang melebihi target minimal dan antusiasme yang luar biasa. “Target minimal kami saat itu di bawah seratus, tapi ternyata peserta yang datang lebih,” tambahnya puas.
Mengisi acara, Bapak Ponimin dengan diiringi Jawi Musik Perkusi menembangkan tembang macapat. Usai bertembang ria, materi terkait menyikapi budaya di era globalisasi pun disampaikan. Ia juga menyuguhkan sejumlah video terkait teknik-teknik pembuatan tembikar. Berselang empat puluh lima menit, materi kedua tentang budaya yang dikaitkan dengan sejarah Malang dibawakan oleh Didik Nini Thowok, yang sebelumnya disambung dengan hiburan Kembang Nusantara.
“Saya berharap semoga acara ini dapat menginspirasi dan tidak berhenti sampai di sini saja. Bagi saya, budaya sebenarnya simple. Membiasakan diri terlebih dahulu kemudian melestarikannya dari hal terkecil. Acara ini sebenarnya adalah untuk mendukung gerakan kesenian dan pariwisata Malang karena sekarang kan lagi gencarnya tari topeng Malangan, yang jelas mengangkat budaya Malangan. Jangan sampai nanti terulang kasus pencurian budaya seperti yang beberapa kali terjadi akibat ulah negara tetangga. Kadang kita sadarnya pas udah diambil. Nah, maka dari itu, dimulai dari hal kecil, banggakan dulu budaya lokal, Malang,” paparnya.Rima