Tidak ke mana-mana, Negeri Malang di mana-mana…
Kalau ke mana-mana, Negeri Malang pasti juara…

Koor riuh anggota Kafilah UM menggema riuh di tengah malam penutupan Musabaqoh Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQ MN) yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat. Dengan raihan tiga medali emas dan satu medali perunggu, kafilah UM kemudian ditahbiskan sebagai juara umum MTQ MN ketiga belas itu. Raihan prestisius itu tentu bukan sekedar kebetulan atau produk instan. Butuh kerja keras, latihan rutin, kemauan baja, dan doa yang didukung dengan SDM yang potensial dan sarana yang mendukung. Berikut, ragam cerita di balik kesuksesan kafilah UM menyabet gelar juara umum MTQ MN XIII Padang.

Tentang MTQ MN
MTQ MN merupakan hajat reguler yang diadakan dua tahun sekali oleh Dikti sejak tahun 1989. MTQ MN kali ini digelar di dua kampus sekaligus dalam format kepanitian bersama, yakni Universitas Andalas (Unand) dan Universitas Negeri Padang (UNP). MTQ MN XIII Tahun 2013 resmi dibuka oleh Mendikbud, Prof. Moh. Nuh, Ph.D pada 23 Juli 2013 dan ditutup oleh Wamendikbud, Prof. Musliar Kasim di GOR H. Agus Salim, Padang.
Ada dua belas cabang yang dilombakan, meliputi Tilawah, Khattil Quran, Hifdzil Quran, Qiroah Sab’ah, Karya Tulis Ilmiah al-Quran, Tartil, Debat Bahasa Arab, dan Debat Bahasa Inggris. Ajang itu menjadi sangat prestisius lantaran diikuti oleh 127 kontingen perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta se-Indonesia dengan jumlah peserta 1.416 orang yang merupakan delegasi dari 32 provinsi.
Dengan ketatnya kompetisi, delegasi UM belum pernah meraih juara I (emas) dan belum pernah masuk sepuluh besar klasemen akhir. Raihan tertinggi adalah juara II (perak) lewat cabang Fahmil Qur’an dalam MTQ MN X Tahun 2007 di Palembang, Sumatera Selatan. Dalam MTQ MN ketigabelas tersebut, akhirnya UM berhasil menjadi juara umum.

Seleksi, Latihan Intensif, dan Karantina
Bukan sembarang mahasiswa. Itulah gam­baran sembilan belas mahasiswa yang terpilih sebagai delegasi MTQ MN Padang. Masing-masing peserta adalah mahasiswa UM yang terpilih melalui jalur seleksi di tiap cabang lombanya. Seleksi ini pun diselenggarakan dengan peserta undangan yang sebelumnya telah menjuarai MTQ di UM.
Sembilan belas peserta itu adalah Rofiatul Muna (FS/2012), dan Mohammad Fathur Rosyid (FMIPA/2012) untuk cabang lomba Musabaqoh Tilawatil Quran putri dan putra. Ahmad Jaelani (FS/2012) dan Iqlimatul Husniyah (FS/2010) untuk cabang lomba Musabaqoh Tartil Quran putra dan putri. Nadiya Fauziah Zain (FS/2009), Nidaatudz Dzuhriyyah (FS/2012), dan Dewi Masyitoh Muiz (FS/2011) untuk cabang lomba Musabaqoh Syarhil Quran. Haikalus Somadani (FS/2010) untuk cabang lomba Qiroah Sab’ah. Fitri Annisa (FS/2012) untuk cabang lomba Hifdzil Quran. Mohammad Rizalul Furqon (FS/2010), Mohammad Fery Fauzy (FS/2009), dan Ahmad Faisal (FS/2010) untuk cabang lomba Musabaqoh Fahmil Quran. Selanjutnya, Asri Diana Kamilin (FPPsi/2010) untuk cabang lomba Karya Tulis Ilmiah berbasis Al-Quran. Syahrul Munir (FS/2010) dan Munadhifah (FS/2010) untuk cabang lomba Kaligrafi Dekorasi atau Khattil Quran. Dicky Darma Andrivian (FS/2009) dan Syamsi Riyadi (FS/2010) untuk cabang lomba Debat Ilmiah Kandungan Al-Quran dalam Bahasa Arab dan terakhir, Uyun Nishar (FS/2011) dan Afidatul Husniyah (FS/2010) untuk cabang lomba Debat Ilmiah Kandungan Al-Quran dalam Bahasa Inggris.
Sembilan belas peserta itu kemudian diharuskan mengikuti latihan intensif selama sebulan. Masing-masing cabang lomba dibina oleh satu atau dua pembina khusus. Selama satu bulan itu, para peserta belajar teknis lomba dengan diawasi oleh para ustadz. Setelah pelatihan intensif selama sebulan, kafilah MTQ MN UM kemudian melalui masa karantina selama dua hari di gedung Dinas UM (Jalan TGP No. 9).
Pada masa karantina itu, para peserta menampilkan hasil latihan intensifnya di depan para pembina, ustadz, dan perwakilan rektorat UM. Selain pembinaan, karantina itu juga difungsikan sebagai pemberian jaminan gizi pada para peserta. Pasalnya, para pembina bisa mengawasi langsung pola makan dan asupan gizi makanan yang dihidangkan pada para peserta selama masa karantina itu. Kesehatan tentu harus menjadi perhatian utama sebelum para peserta diberangkatkan ke Padang.
Dari Rumah Dinas UM, kafilah UM berangkat menuju Padang pada Sabtu (22/07) pagi. Dengan bus khusus, para peserta diangkut menuju Bandara Juanda. Para peserta itu dikawal oleh empat orang pembina, yakni Ustadz Syafaat, Pak Sucipto, Pak Taat, dan Pak Khotib. Ustadz Yusuf Hanafi sebagai official resmi kafilah UM baru bisa menyusul sehari kemudian. Dari Surabaya, kafilah UM terbang menuju Padang dengan Garuda Airlines yang sebelumnya transit terlebih dahulu di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Esok sorenya, perwakilan dari tiap universitas mengikuti technical meeting untuk membahas teknis lomba. Para peserta kemudian diharuskan menghadiri opening ceremony yang terletak di Gedung Olah Raga (GOR) H. Agus Salim, Padang. Para peserta MTQ dari 129 perguruan tinggi se-Indonesia diarak berdasarkan daerah asalnya dengan membawa spanduk dari universitas yang mereka wakili.

Man Jadda Wajada
Kompetisi dimulai keesokan harinya (24/07) hingga tiga hari berikutnya. Cabang lomba Debat Bahasa Arab, Musabaqoh Fahmil Quran (MFQ), dan Kaligrafi memulai babak penyisihan. Dicky dan Syamsi berhasil lolos ke babak selanjutnya setelah menghadapi rival kuat dari Universitas Gajah Mada (UGM).
Kafilah UGM itu pernah berhasil menjegal laju peserta Debat Bahasa Arab pada semifinal MTQ sebelumnya di Makassar. Tak ayal, babak penyisihan pun terasa seperti babak final. Tim Debat Dicky melaju hingga babak final melawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan UGM.
Sementara Syahrul berhasil terpilih dalam enam besar yang berhak maju di babak final. Cukup mengejutkan karena Syahrul baru belajar kaligrafi beberapa bulan dan pada MTQ sebelumnya dia mengikuti serta menjuarai cabang lomba lain, yakni Hifdzil Quran. Pada cabang lomba lain, Fery, Furqon, dan Faisal yang mewakili MFQ juga lolos ke babak berikutnya, walaupun kemudian tertahan di babak semifinal.
Sementara itu, Rofiatul Muna terpilih masuk enam besar cabang Tilawah. Cabang lomba yang menjadi simbol perhelatan MTQ MN itu sudah kerap diikutinya sejak kecil. Muna bahkan pernah memenangkan cabang lomba itu hingga tingkat Asia Tenggara. Senada dengan Muna, Asri yang merupakan mahasiswi Jurusan Psikologi juga kerap memenangkan kompetisi penulisan karya tulis ilmiah. Dengan judul Binge Eating Preventive Program (Program pencegahan Binge Eating), Asri berhasil melaju hingga tiga besar setelah sebelumnya masuk sepuluh besar.
Pada cabang Debat Bahasa Ingrris, Uyun dan Fida lolos menuju babak perempat final dengan nilai kedua tertinggi setelah Universitas Indonesia. Tim Debat Bahasa Inggris UM kemudian memasuki babak semi final. Uyun yang merupakan anggota aktif Debater Valiant menunjukkan kepiawaiannya. Para juri, peserta, dan penonton cabang lomba itu sempat melongo mendengar aksen British-nya yang kental dan lancar dibandingkan dengan peserta lain. Argumentasi itu kemudian dilengkapi dengan dalil dari Quran, Hadis, dan juga Qowaid al-Fiqh. Tim tersebut berhasil maju hingga babak final melawan Universitas Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Syah Kuala Aceh. Bahkan, Uyun berhasil menjadi Best Speaker.

Tentang Padang dan Bukittinggi
Setelah empat hari yang melelahkan dengan jadwal lomba yang padat, kafilah UM memutuskan rehat dengan berwisata ke Bukittinggi. Para peserta dan pembina menikmati pemandangan kota Padang sepanjang jalan menuju Bukittinggi. Suhu udara di Padang sedikit mirip dengan kota Surabaya, lumayan panas. Kota itu dikelilingi pantai dan barisan bukit. Sepanjang jalan, atap bangunan khas Minangkabau terlihat di mana-mana. Bangunan-bangunan di Padang menggunakan seng, bukan genteng sebagai material atapnya. Hal tersebut untuk mengantisipasi gempa yang sering terjadi di kota itu. Hasilnya, suhu panas pun semakin terasa saat kita berada dalam bangunan.
Banyak hal menarik di kota itu, misalnya masakan Padang yang tersohor di Jawa. Di Padang, mayoritas masakannya menggunakan santan. Bahkan, beberapa peserta sempat dikejutkan dengan mie goreng yang dihidangkan dengan kuah kari di atasnya. Selain itu, angkot Padang juga merupakan fenomena tersendiri. Tiap angkot memiliki speaker besar dengan barisan speaker kecil di sekelilingnya. Konon, angkot yang musiknya tidak terdengar dari jarak dua ratus meter akan kesulitan menjaring penumpang.
Untuk sampai di Bukittinggi, kafilah UM melewati Lembah Anai. Sekilas, Lembah Anai terlihat seperti kota Batu, dengan pepohonan rimbun, bukit batu, dan jurang di kanan kiri jalan. Bedanya, Lembah Anai masih sangat asri dan jauh dari ulah tangan manusia. Hutan lebat dengan pepohonannya yang tua menghiasi jalanan.
Walaupun masih sangat asri, bukan berarti Lembah Anai bebas macet. Kondisi jalanan yang sempit, dengan volume kendaraan yang lebih banyak dari biasanya lantaran kedatangan ribuan peserta MTQ dan dalam masa liburan, membuat kendaraan harus merayap. Kafilah UM baru bisa mencapai Bukittinggi pada siang hari bakda dzuhur. Kami hanya sempat berbelanja oleh-oleh dan mengunjungi Jam Gadang.

Vini, Vidi, Vici
Malam penutupan MTQ MN Padang adalah puncak dari rangkaian usaha dan doa yang dilakoni para peserta dan pembina selama sebulan. Kafilah UM berhasil menjadi juara umum MTQ MN Padang dengan total perolehan 16 poin lewat raihan tiga medali emas dan satu medali perunggu. Di bawah kafilah UM dalam tabel klasemen adalah kafilah Universitas Sumatera Utara dengan 15 poin dan Universitas Negeri Padang dengan 13 poin.
Tiga medali emas diraih lewat cabang Tilawah putri (Rofi’atul Muna), Debat Bahasa Inggris Isi Kandungan al-Quran (Afidatul Husniyah dan Uyun Nishar), dan Karya Tulis Ilmiah Kandungan al-Quran (Asri Diana Kamilin). Adapun satu medali perunggu diraih lewat cabang Debat Bahasa Arab Isi Kandungan al-Quran (Diki Darma Andrivian dan Syamsi Riyadi). Selain empat medali di atas, kafilah UM juga menyabet Juara Harapan II Kaligrafi putra (Ahmad Syahrul Munir), Juara Harapan II Tartil putra (Ahmad Jaelani), dan Juara Harapan III Fahmil Quran (Fery Fauzi, Rizalul Furqon, dan Ahmad Faisol).
UM menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Jawa Timur yang masuk klasemen akhir sepuluh besar juara umum MTQ MN. Dengan usaha yang keras dan sungguh-sungguh, UM berhasil memboyong piala bergilir MTQ MN. Dan yang paling penting, UM berhasil membuktikan kualitasnya sebagai perguruan tinggi negeri yang tetap menjunjung tinggi Kalam Allah. Allahu Akbar!Fida