Mahasiswa disebut-sebut sebagai the agent of change. Perubahan yang dimaksud bisa dalam bidang apa saja. Di fase inilah mahasiswa dalam bidang ilmunya masing-masing mampu mengembangkan pemikiran kritis dengan analisis yang ilmiah dan rasional. Sehingga, mahasiswa tidak cukup hanya datang, duduk, dan tertib belajar di kelas, melainkan, turut mengembangkan pemikirannya dalam sebuah karya. Kampus UM ini telah menjadi saksi banyaknya karya spektakuler lahir dari tangan-tangan inovatif mahasiswa UM.
Salah satu kompetisi bergengsi yang banyak dilirik mahasiswa dalam ruang lingkup nasional adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang digadang oleh Dikti. Kesempatan menyalurkan karya-karya spektakuler bisa melalui program ini secara berkelompok. Meski banyak sekali kompetisi serupa, tetapi PKM menjadi pilihan favorit mahasiswa. Penghargaan setinggi-tingginya diberikan oleh Dikti bagi mahasiswa yang karyanya inovatif dan solutif sesuai dengan disiplin ilmu yang sedang diampu.
Drs. Solichin, ST., M.Kes. yang merupakan reviewer PKM Dikti mulai tahun 2007 itu menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun kuantitas karya mahasiswa UM meningkat dan selalu ada terobosan baru. Mulai dari dua puluh lima, menjadi seratus, seratus menjadi tiga ratus, lalu seribu karya. Maka dari itu, tim Penalaran UM bertanggung jawab penuh atas pendampingan mahasiswa yang telah berkarya agar karya yang dihasilkan benar-benar bagus kualitasnya. Jika mahasiswa mau memperhatikan kaidah-kaidah penulisan, maka bisa jadi karya mahasiswa UM lebih banyak didanai dan mengulang kesuksesan tiga besar Pimnas di Semarang tahun 2008 lalu.
Selain memerhatikan kaidah penulisan yang diberlakukan secara administratif, sebaiknya mahasiswa juga memerhatikan tema karya yang diangkat. Menurut salah seorang pembimbing dari FMIPA, Nandang Mufti, M.T., Ph.D., tema-tema yang berpeluang besar untuk lolos di antaranya adalah yang sesuai dengan strategi nasional, seperti energi, kesehatan, penanggulangan bencana, percepatan ekonomi, dan isu lingkungan. “Ketika saya mendampingi mahasiswa UM di Pimnas kemarin, saya melihat ide-ide yang diangkat peserta lain tidak lebih bagus dari ide-ide mahasiswa UM yang berhasil didanai Dikti, tapi belum berkesempatan lolos Pimnas. Mungkin kelemahan karya mahasiswa UM tersebut memang terdapat pada sistematika pelaporan karya,” ungkap dosen lulusan University of Groningem, Belanda tersebut.
Terlepas dari hal-hal di atas, terdapat dua faktor lain yang amat berpengaruh pada keberhasilan mahasiswa dalam mendulang keberhasilan karya, yakni (1) kesungguhan dari mahasiswa dan (2) faktor bimbingan dosennya. Ide-ide yang dimiliki mahasiswa sebaiknya direalisasikan dengan arahan yang tepat dari pembimbingnya.

Dua Karya Spektakuler Mahasiswa UM di Pimnas 2013
1) Prototipe Micro Wind Energy Generator Renewable Charger Sebagai Solusi Keterbasan Sumber Listrik pada Kereta Api Ekonomi (PKM-KC)
Ide pembuatan Micro Wind Energy Generator berawal dari salah satu anggota, yakni Sugeng Firmansyah yang terilhami saat menaiki kereta api dari kota Jakarta. Ia merasakan bahwa angin yang dihasilkan saat kereta api berjalan sangat kencang. Ia berpikir angin yang dihasilkan tersebut berpotensi untuk membuat semacam energi berbasis angin untuk mengisi baterai alat komunikasi khususnya telpon seluler.
Karya yang diketuai oleh Sugeng Firmansyah dari FMIPA Jurusan Fisika itu masih berupa prototipe, yakni rancang bangun, sehingga perlu dilakukan penelitian dan perkembangan lebih lanjut. Untuk sementara, prototipe yang dihasilkan hanya mampu digunakan untuk mengisi daya baterai handphone, belum dikembangkan untuk mengisi alat elektronik lainnya seperti tablet atau laptop. Micro Wind itu menggunakan desain charger universal yang dikombinasikan dengan generator, baling-baling, serta powerbank.
Pengerjaan karya yang dibimbing oleh Samsul Hidayat, S.si., M.T. dimulai dari awal PKM sekitar empat bulan. Dalam tahap uji coba, Sugeng Firmansyah menjelaskan bahwa uji coba dilakukan menggunakan miniatur sekaligus melakukan uji coba di kereta api secara langsung. Pada saat menggunakan miniatur, mereka memanfaatkan blower, yakni alat yang dapat mengeluarkan angin untuk membuktikan kemutakhiran alat yang dihasilkan. M. Abdul Muhid, salah satu anggota yang sama-sama berasal dari FMIPA merasa kurang akurat jika tidak diujikan secara langsung. Mereka mencoba secara langsung alat yang dihasilkan ke kereta yang menuju ke Kepanjen. Micro Wind itu dipasang di sisi atas dekat jendela kereta api.
Pada saat melakukan uji coba, sempat mengalami kegagalan karena tidak mengukur kekuatan angin, tetapi hanya mengukur kecepatannya. Dari Malang ke Blitar kecepatannya hanya 20-40 km/jam, sedangkan jika kereta api menuju luar Blitar, kecepatannya lebih dari 70 km/jam. Namun, dari beberapa uji coba, akhirnya mereka cukup berhasil meski hasil yang didapatkan kurang memuaskan. Untuk mengisi daya baterainya cukup lama sebab arus yang dihasilkan kecil. “Di dalam laporan yang kami bawa ke Pimnas, data yang kami bawa adalah data mengenai volt dan arus. Kami membawa data tersebut agar ada penelitian lebih lanjut,” ungkap Muhid.
Dalam sebuah karya ada kelebihan dan kekuarangan dari produk yang dihasilkan. Kelebihannya, yakni produk yang diciptakan sederhana dan memberikan solusi alternatif. Kekuarangan dari produk itu adalah masalah efisiensi, desain, dan biaya. “Sebenarnya, jika desain sudah pasti maka biaya sangat terjangkau. Namun, kemarin kami masih dalam tahap mencari desain yang bagus dan sesuai, maka biaya yang dikeluarkan habis untuk mengganti dan memperbarui desain,” tambah Sugeng.

2) Rancangan Bangun Alat Pemotong Rumput Tenaga Surya Tepat Guna Ramah Lingkungan (PKM-KC)
Berawal dari pengamatan penulis terhadap alat pemotong rumput yang digunakan petugas kebun UM pada jam istirahat, lahirlah karya inovasi Pemotong Rumput Tenaga Surya oleh Tania Azizah Ayunita (Fisika/2010) dan timnya yang dibimbing oleh Bapak Nandang Mufti, M.T., Ph.D. Tim yang beranggotakan seorang ketua dan tiga mahasiswa lainnya ini berhasil maju sebagai salah satu kontestan PKM dalam Pimnas 2013 lalu. Tiga anggota lainnya adalah Syahaffath Assegaf (PTI/2010), Yulia Nurul Munfaati (PTI/2010), dan Krista Youhana (Fisika/2009).
“Kami merancang desain dan mengonsultasikannya dengan seorang pembimbing dari Jurusan Teknik Mesin sehingga pada akhirnya dibuat pulalah prototipe alat pemotongnya. Kami juga berkonsultasi pada pembimbing kami dari Jurusan Fisika untuk menentukan daya serta torsi yang digunakan sehingga baling-baling pemotong dapat memotong rumput tanpa membuatnya tersangkut di baling-baling. Pada proses pembuatan alat ini, mulai dari desain hingga dudukannya, kami dibantu oleh kepala laboratorium Teknik Mesin,” ungkap Tania, “Namun alat ini masih berupa prototipe yang belum sempurna dalam hal penyimpanan daya, belum disederhanakan dan diciptakan lebih praktis,” tambahnya.
Alat yang menggunakan tenaga surya itu tentu memiliki kendala dalam pembuatan dan pengujiannya, mulai dari pembiayaan yang sedikit terlambat sampai faktor cuaca yang terkadang tidak berpihak pada peneliti. Panel surya yang digunakan peneliti sebagai sumber energi tentu membutuhkan cuaca yang cerah saat dioperasikan. Hal itu yang membuat peneliti kesulitan dalam hal pengambilan data ketika cuaca berawan.
Di lain sisi, kelemahan di atas tertutup dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki alat tersebut. Keunggulan tersebut antara lain: tepat guna, ramah lingkungan, efisien, ekonomis, rapi, dan ergonomis. Alat yang tepat guna karena digunakan di daerah dengan potensi matahari yang besar, tentu dapat menghemat energi dan biaya. “Apabila menggunakan bahan bakar minyak, maka dibutuhkan 5 liter premium dan 100 ml oli seharga Rp. 13.572.000,00/tahun.
Namun, jika menggunakan alat itu, kita tidak memerlukan biaya tambahan lain pada saat pemakaian karena panel surya menghasilkan listrik yang siap pakai,” tegas Tania. Sebagai tambahan, alat itu menyandang keunggulan ergonomis karena memberi kenyamanan mengingat alat tersebut tidak perlu digendong seperti diesel yang membebani pengguna.

Lika-liku Pengerjaan Karya Spektakuler Mahasiswa Didanai Dikti 2013
1) Helm Bertenaga Surya “Helmcharg” sebagai Sumber Cadangan Listrik untuk Ponsel Saat Travelling (PKM-KC)
PKM yang beranggotakan dua orang dengan satu ketua itu menjadi salah satu PKM yang fenomenal. Ide pembuatan Helmcharg berawal dari informasi mengenai helm yang mempunyai fungsi ganda (selain pelindung kepala) seperti helm vibrator, talkie, dan glow. Syifaul Fuada, ketua penelitian menjelaskan alasan utama dalam pembuatan helmcharg adalah urgensi dari keberadaan ponsel. Banyak orang merasa khawatir jika baterai ponselnya tidak mampu menyuplai daya lagi (lowbat), padahal mereka masih membutuhkan ponsel untuk urusan genting. Apalagi, jika pengguna ponsel berada di wilayah yang jauh dari jangkauan jaringan listrik. Maka dari itu, inovasi pembuatan helm charger untuk supply daya listrik DC ponsel itu lahir.
Pembuatannya memang sedikit rumit sebab melalui sembilan kali revisi dengan enam bulan pengerjaan. Alat dan bahan yang diperlukan dengan mudah didapatkan di toko-toko elektronik, seperti sel surya, powerbank, dan kabel USB. Langkah selanjutnya adalah uji coba awal tentang instalasi sel surya yang diseri-paralel. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kenyataan di lapangan apakah sama dengan perhitungan. Jika sesuai dengan ekspektasi, maka langkah yang harus dilakukan adalah membuat boks sel surya agar nampak serasi. Ada boks berukuran kecil dengan ukuran tertentu untuk instalasi sistem yang di dalamnya terdapat saklar selektor, buck converter, dan USB.
Fendy Hananta selaku anggota menambahkan bahwa setelah boks dibuat, sel surya tersebut dipasangkan di atas helm dengan cara diberi doubletip. Langkah terakhir adalah menguji coba helm, uji coba itu memakan waktu beberapa hari untuk mengambil data seberapa jauh keberhasilan rancangan tersebut.
Di dalam sel surya tersebut diberi penstabil tegangan yang menggunakan buck konventer yang akan menstabilkan ke tegangan 5 volt jika tidak rata tegangannya, sehingga aman saat dimasukkan ke dalam powerbank. Powerbank berfungsi sebagai cadangan daya apabila helm tersebut digunakan di malam hari, maka helm dapat menghasilkan daya dari powerbank yang sudah di-charge pada siang harinya.
“Kelebihan dari charger panel surya ini adalah efisien, friendly user,dan kelebihan energi dapat disimpan,” jelas Syifaul Fuada. Ia juga menambahkan, pasokan energi yang ada di helmcharg itu dapat diperoleh secara kontinu dan sederhana melalui konversi angin menjadi listrik selama pengguna melakukan perjalanan baik malam hari maupun siang hari, dan cahaya matahari menyinari permukaan helm secara merata di saat siang hari. Namun, kekurangannya adalah masih belum sempurna karya itu sebab perlu dibuat desain sel surya yang lebih elastis, yakni sesuai dengan landasan helm, sehingga tidak nampak ukuran sel surya yang kotak.

2) Pemanfaatan Lumpia Rumput Laut Sebagai Alternatif Makanan Kesehatan Bagi Mahasiswa UM (PKM-K)
Ide awal dari pembuatan lumpia datang saat salah seorang anggota bernama Rizki Amalia mempunyai keinginan untuk memadukan rumput laut dengan jajanan gurih seperti lumpia karena selama ini rumput laut hanya dimanfaatkan sebagai bahan agar-agar.
Proses pembuatan lumpia rumput laut itu dibagi menjadi dua proses, yakni proses pembuatan kulit lumpia dan pembuatan lumpia itu sendiri. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kulit adalah tepung terigu, telur, air, garam, dan minyak goreng. Proses pembuatan lumpia ada dua, yakni saat pengisian dan juga penggorengan. Isi lumpia, yakni rumput laut, bawang bombay, bawang putih, wortel serut kasar, kentang potong kotak, gula, garam, merica, dan daun bawang. Sebelum diisi, semua bahan tersebut ditumis sampai matang. Selanjutnya, lumpia yang sudah dilipat seperti amplop digoreng hingga kekuningan.
Setiap proses menuai hambatan, begitu juga dengan pembuatan lumpia tersebut. hambatan terbesar adalah bahan yang digunakan adalah bahan satu kali pakai, jadi jika tidak digunakan segera akan mudah membusuk. Selain itu, pembuatan lumpia rumput laut membutuhkan percobaan resep secara berulang-ulang guna menghasilkan rasa yang enak dan sesuai selera. Endang menjelaskan bahwa produk itu memiliki prospek yang bagus karena merupakan jenis makanan baru yang saat ini kreasi makanan sangat diminati oleh para konsumen.

3) Pembangunan Ekstensive Green Roof Technology Sebagai Media Tanam Sanseviera (ERGT+S) Untuk Bukti Kelayakan Implementasi di Indonesia (PKM-KC)
Suhu udara yang terus meningkat menjadi inspirator utama bagi tim yang diketuai oleh Riki Luthfidyanto (Biologi/2010) itu. “Ide ini muncul karena keprihatinan kami terhadap peningkatan suhu udara. Permasalahannya hanya karena banyak orang yang tidak memedulikan kerusakan ini dan enggan memperbaikinya,” tegas Rifki, “Sudah banyak media yang meliput bahwa penanaman tumbuhan di atap rumah tidaklah sedemikian sulitnya, tetapi orang-orang tetap saja enggan. Akhirnya kami bertekad untuk membuktikan pada semua orang bahwa kita dapat berkontribusi melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan atap rumah kita sendiri,” tambahnya.
Prototipe Green Roof yang telah dihasilkan tim itu menunjukkan bahwa green roof aman dan mudah diterapkan. Langkah pertama yang dilakukan tim adalah membuat prototipe rumah sederhana. Kedua, di atas kuda-kuda atap disambungkanlah rangka atap dari bahan baja ringan dengan konstruksi yang pas agar dapat membagi beban dengan baik. Ketiga, triplek yang dilapisi kain terpal (sebagai lapisan kedap air) ditumpangkan di atas rangka atap baja ringan. Selanjutnya, tim menanam Sansevieria (lidah mertua) varian Trifaciata hannii pada Green Roof Box (GRB) yang merupakan pot khusus green roof berbentuk kotak. Kemudian GRB diletakkan di atas triplek berlapis kain terpal. Terakhir, diberikan pancuran air dengan splinkter di bagian atas yang dihubungkan dengan selang dan pompa untuk menyirami tanaman.
Rifki yang bekerja sama dengan anggotanya Galih Agung Saputra (Teknik Sipil/2010), M. Wisnu Arif S. (Fisika/2010), Bayu Putra S. (Biologi/2011), serta Rizky Alfarizy (Biologi 2012), dibina oleh Drs. Purbo Suwarsono, M.Si. “Prototipe ini memiliki masa depan cerah ke depannya karena kami dapat membuktikan kebermanfaatannya di Indonesia, hanya saja sampai detik ini belum ada gerakan masif yang memperjuangkan proyek semacam ini. Kami juga merasa kesulitan mencari payung yang bersedia menaungi keberlanjutan karya kami, padahal prototipe ini layak diterapkan atau minimal dijadikan rujukan untuk diaplikasikan di Indonesia,” ungkap Rifki.
Tim itu berpendapat bahwa mahasiswa UM adalah mahasiswa yang kreatif. Banyak karya-karya yang dihasilkan merupakan inovasi baru yang harus dijaga. Mereka mengusulkan agar UM memiliki Galeri Kreativitas Mahasiswa (GKM) yang merupakan tempat pemajangan semua karya kreatif mahasiswa UM. Menurut mereka, hal itu juga dapat menambah motivasi agar mahasiswa UM tidak pernah surut semangat berkaryanya.

4) Table In Bag (TAB): Inovasi Tas Ransel Dengan Triple Fungsi (PKM-K)
Mahasiswa UM tidak kehilangan ide untuk terus berkreasi. Tidak hanya terkait dengan kesehatan, hasil alam, dan materi perkuliahan yang sesuai dengan program studi mereka, tetapi juga meluas pada bentuk karya lainnya. Salah satu contohnya adalah lahirnya karya TABUM (Table in Bag Universitas Negeri Malang) oleh Sam Yudi Susilo (Geografi/2012) sebagai ketua, beserta Nila Husniah (Sastra Inggris/2011), Rina Sri Utami (Geografi/2012), dan Nisa’ul Khasanah (PLS/2011).
Diawali dengan ketertarikan salah satu anggota terhadap tas yang dapat difungsikan sebagai meja, Sam Yudi Susilo dan kawan-kawan memutuskan untuk menyusun perencanaan membuat karya itu. “Proses pembuatannya agak rumit karena kami memang bekerja sendiri. Pertama, kami harus menentukan pola dan pemotongan bahan. Kedua, penjahitan bagian belakang, yaitu bagian yang menempel pada punggung kita. Ketiga, pemasangan tali punggung. Selanjutnya, pemasangan retsleting kemudian dilanjutkan dengan penjahitan bagian depan tas. Tidak sampai di sini saja, kami juga harus memotong papan yang akan digunakan untuk meja. Kemudian kami memotong kaki meja dan membuat lubang pada papan tersebut. Setelah itu, kami harus memotong papan lainnya yang kami gunakan untuk tumpuan penyangga kaki meja. Pemlituran pun kami lakukan untuk membuat meja dan kaki meja tampak indah. Setelah finishing, barulah tas tersebut kami pasarkan,” jelas Sam Yudi Susilo sambil menunjukkan gambar alat, bahan, dan proses pembuatan. Keunggulannya sebagai meja duduk, meja dada, dan pembawa beban, membuat tas itu demikian praktis.

Tips dan Trik Berkarya dari Sang Ahli
Mungkin sebagian besar mahasiswa bertanya-tanya, bagaimana tips dan trik dari para pekarya PKM ulung itu agar tetap berkarya dan berinovasi. Menurut Syifaul Fuada, tips berkarya yang baik adalah mau berkarya dan mampu bersaing juga untuk membuat karya-karya spektakuler. Karya spektakuler menurutnya bukan hanya karya yang didanai Dikti, masuk Pimnas, dan telah memenangi kompetisi tertentu, tetapi karya yang memiliki manfaat yang lebih di masyarakat. Ia berpesan, “Tanamkanlah dalam diri bahwa berbuat baik itu adalah suatu kewajiban dan penghargaan itu hanya tanda atau simbol bahwa kebaikannya itu dihargai dan diperhatikan oleh orang yang paham tentang kebaikan. Berhenti menutup diri, mulailah memberi arti.”
Selain hal di atas, kepekaan terhadap lingkugan juga merupakan hal esensial yang wajib diperhitungkan. “Dengan peka terhadap lingkungan, kita bisa melihat apa yang sedang dibutuhkan masyarakat sehingga kita bisa menyumbangkan ide dan merealisasikan karya kita,” tegas Tania Azizah Ayunita. Mengikuti perkembangan permasalahan melalui sajian media-media pun juga merupakan salah satu cara untuk menelurkan solusi sehingga menghasilkan karya yang bermanfaat. “Selain media elektronik, kita juga bisa mendapat inspirasi berkarya dari membaca buku. Maka dari itu, rajin-rajinlah membaca karena inspirasi bisa saja muncul tanpa diduga,” ungkap Sam Yudi Susilo.
“Yang namanya ilmuwan selalu ingin mencoba hal baru,” ucap Rifki Luthfidyanto, “Jika ada ide yang berkelebat dalam benak kita, jangan lupa mampir pada buku catatan untuk menuliskannya, agar kita ingat dan memikirkan keberlanjutan ide kita itu. Dengan demikian, kita bisa mencoba hal-hal baru yang lebih menantang. Tidak lupa, banyak belajar dari ahlinya,” tambahnya. Hal itu juga diamini oleh Sugeng Firmansyah. Ia terinspirasi oleh dosen-dosen Fisikanya untuk banyak merenung agar dapat menemukan ketenangan, sehingga memunculkan ide-ide kreatif. Tidak hanya sekadar ide, tetapi ide yang dapat bermanfaat. “Tentunya jangan lupa bersyukur, berdoa, dan berusaha,” ungkap Sugeng.Tanti/Atif