Nun

FS UM menyelenggarakan Seminar Budaya dalam rangka
Lustrum ke-12 UM. Seminar budaya tersebut dilaksanakan
pada Rabu (30/04) di Aula FS, Gedung E6 Lantai II. Seminar
dengan tema “Budaya, Kemandirian, dan Martabat Bangsa”
tersebut menghadirkan seorang budayawan besar, Emha Ainun
Najib. Seminar itu dihadiri oleh mahasiswa UM dan luar UM serta
dosen dan pegawai UM.
Seminar yang dimeriahkan oleh Grup Keroncong mahasiswa
Jurusan Pendidikan Seni Tari dan Musik itu dimulai pukul 09.51
WIB, dipimpin oleh Karkono S.P., S.S., M.A., dosen Sastra Indonesia
selaku pembawa acara. Kemudian dilanjutkan sambutan oleh
Prof. Dr. Moh. Ainin, M.Pd., selaku Wakil Dekan III FS Bidang
Kemahasiswaan dan alumni. Usai sambutan Wakil Dekan III, Cak
Nun, begitu panggilan akrab Emha Ainun Najib, menyampaikan
materinya yang dimoderatori oleh Dr. Yuni Pratiwi, M. Pd., dosen
Sastra Indonesia.
“Banyak orang bicara, tapi tidak mengerti apa yang dikatakan,”
kata Cak Nun. Sebelum memasuki materi inti, Cak Nun mengajak
hadirin untuk menyamakan parameter tentang maksud tema
yang diangkat dalam seminar tersebut, yaitu tentang budaya,
kemandirian, dan martabat. Drs. Fuad Efendi, dosen Sastra Arab
sekaligus kakak kandung Cak Nun turut mendampingi sang adik
menyampaikan materi.
Cak Nun menegaskan pada hadirin hendaknya setiap saat
harus berpikir dinamis. Ketika menyampaikan materi, Cak
Nun menganalogikan budaya dengan sayur lodeh yang ada di
warung. Sayur lodeh bisa dipajang dan siap makan di warung
melalui proses yang panjang. Pada sayur lodeh, kita mengenal
fakta kebun yang berupa sayuran mentah, fakta dapur yang
berupa proses memasak dan membumbui, serta fakta warung
yang berupa sayur lodeh siap santap. Demikian halnya pada
budaya. Di dalam kajian tema seminar yang diangkat, martabat
merupakan fakta kebun, kemandirian merupakan fakta dapur,
dan budaya merupakan fakta warung.Yana