IMG_4516

Usai sudah proses pemilihan rektor UM periode 2014-2018. Namun,  titik puncak yang sebenarnya bukanlah kesuksesan penjaringan rektor, melainkan kesuksesan kepemimpinan rektor yang terpilih. Setelah melalui proses panjang, akhirnya terpilihlah kandidat dengan nomor urut lima, Prof. Dr. H. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd., sebagai penerima estafet kepemimpinan dari Prof. Dr. H. Suparno. Dengan demikian, terhitung setelah pelantikan rektor baru, civitas akademika UM memiliki harapan baru.
Terpilihnya Bapak Rofi’uddin
Rasa syukur pada Allah SWT atas amanah sebagai rektor diucapkan Bapak Rofi’uddin ketika diwawancarai kru Komunikasi di ruangannya pada Jumat (21/11) lalu. Kepercayaan yang demikian besar tersebut diberikan oleh masyarakat UM, senat, dan juga kementerian pendidikan untuk memimpin UM empat tahun kedepan, yakni 2014-2018. “Amanah harus dilaksanakan sebaik mungkin agar berujung pada kesuksesan,” tegasnya.
Bapak Rofi’uddin yang mengusung visi Mewujudkan UM sebagai Guru Unggulan dan Rujukan Indonesia dan Asia Tenggara ini berencana untuk merampungkan tugas dari kepemimpinan sebelumnya untuk dapat melangkah lebih jauh. “Untuk program, agar tidak tumpang tindih, kami akan melanjutkan terlebih dahulu program yang telah ada sembari melakukan pembaruan seperlunya. Kami juga harus berusaha bagaimana agar keberadaan kami memberikan kontribusi berharga, signifikan bagi masyarakat UM dan sekitarnya, serta harus dibuktikan dengan kerja keras,” paparnya.
IMG_4482
Tantangan Terbesar bagi Rektor UM
Terpilihnya Bapak Rofi’uddin tidak lantas menjadikan segala tantangan di UM lenyap seketika. Tantangan yang tidak pernah surut dalam setiap kelembagaan menjadi hal mutlak yang harus dihadapi para pemimpinnya, tidak terkecuali rektor baru UM tersebut. “Tantangan terberat menjadi rektor adalah untuk mencapai apa yang telah digariskan di statuta, kelembagaan, tuntutan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan amanah peraturan perundangan,” ungkap Bapak Rofi’uddin. “Di sana kita dituntut untuk tampil menjadi unggul dan rujukan. Hal ini bermakna bahwa kita harus bisa dirujuk oleh masyarakat dan perguruan tinggi lainnya supaya menandakan bahwa kita benar-benar berkualitas dalam ber-tri darma perguruan tinggi. Contohnya dalam hal pendidikan, karya penelitian, produktivitas keilmuan, dan pengabdian,” tambahnya.
Beliau menegaskan bahwa masyarakat akademik UM hadir dalam kancah kehidupan yang kompetitif sehingga hal termudah yang dapat dilihat ada pada dua hal, yakni karya dosen dan karya mahasiswa. Kedua hal inilah yang kemudian menjadi penentu kualitas UM di tengah masyarakat pada umumnya. Kini, UM dipatok untuk menghasilkan jurnal internasional maupun nasional terakreditasi minimal sejumlah 25% dari total jumlah dosen yang ada.
Tidak hanya berlaku bagi dosen, mahasiswa pun sama. Pada tahun akademik yang akan datang, mahasiswa UM ditargetkan meraih sedikitnya empat kejuaraan nasional. Bapak Rofi’uddin mengungkapkan  bahwa tantangan dari segi akademik ini dapat terjawab jika dosen dan mahasiswa UM bisa menunjukkan prestasinya. “Jika beberapa hal tersebut sudah tercapai, berikutnya kita harus bisa tampil sebagai universitas yang dibaca di dunia internasional,” ungkapnya.
Tantangan yang muncul bukan hanya dari segi akademik. Rektor UM yang baru menegaskan bahwa UM memiliki tantangan yang besar dari segi sarana dan prasarana. Prestasi yang memuncak lumrahnya diimbangi oleh sarana yang maksimal, baik dari sisi fisik gedung, laboratorium, maupun unsur pendukung lainnya. “Dalam hal sarana, kita masih menggantungkan banyak hal dari APBN. Sekarang saja kita punya target jangka pendek, yakni gedung rektorat yang diharapkan dapat membuat dinamika birokrasional lebih sinergis. Harapan kita, 2015 ini pembuatan gedung sudah rampung,” tegasnya.
Mahasiswa dan dosen tentu dapat meneliti dengan baik jika sarana untuk penelitian dapat terpenuhi dengan baik. Bapak Rofi’uddin mengungkapkan bahwa hal tersebut harus dilengkapi secara terintegrasi untuk universitas maupun untuk setiap jurusan. “Beberapa memang kita pasok dari UKT siswa. Semakin cepat dipenuhi, akan semakin baik karena beberapa unit sangat memerlukan,” ucapnya.
Jika berbicara tentang kebutuhan sarana, tentu sarana menjadi hal dinamis karena kebutuhannya sesuai dengan perkembangan, seperti dikatakan oleh rektor baru UM. “Lebih dari itu, bekerja tidak hanya ditentukan oleh lengkapnya alat dan hebatnya sarana, tapi juga kearifan dan kecerdasan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan seseorang juga ditentukan oleh bagaimana dia dapat memanfaatkan tridarma yang ada untuk berkarya. Intinya kita tetap harus berkiprah meski dalam keterbatasan,” pungkasnya.

Pengaruh Pergantian Kursi Pemerintahan RI
Kepemimpinan presiden dan kabinetnya yang baru turut berpengaruh terhadap kepemimpinan rektor baru UM, terutama dalam hal pemisahan dan penggabungan kementerian pendidikan. “Semula Dikbud yang terdiri atas Dikti, Dikdasmen, PAUD, dan sebagainya, kemudian Dikti dikeluarkan dan bergabung dengan Ristek. Sebenarnya Dikbud dan Ristek itu berbeda. Dikbud dulu terbagi dalam dirjen-dirjen, sedangkan Ristek dulu dikenal dengan kementerian non-departemen yang di dalamnya tidak ada dirjen, melainkan deputi-deputi. Penggabungan ini sangat memerlukan energi untuk menyatukannya agar sinergis dan produktif. Efek ini akan berdampak dan dirasakan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia,” jelas rektor yang akan segera dilantik ini.
Mundurnya tanggal pelantikan rektor baru juga merupakan salah satu dampak dari pergantian kursi pemerintahan. Pelantikan yang dijadwalkan 13 November 2014 tidak dapat terlaksana dan ditunda hingga ditetapkannya jadwal baru.
Hal ini turut berpengaruh pada pengangkatan wakil-wakil rektor dan jajaran lainnya yang otomatis menunggu kepastian tanggal pelantikan Rektor UM. “Dalam peraturan tertulis, ada Permen Dikbud No. 71 tahun 2012 tentang statuta dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian pejabat di kampus. Jadi, wakil rektor, ketua lembaga, dan seterusnya diangkat oleh rektor,” tegas Bapak Rofi’uddin. “Hal ini berbeda dengan statuta yang lama, yakni penjaringan wakil rektor melalui senat. Sementara itu, dekan dan ketua jurusan melalui proses penjaringan sehingga terpilih tiga nama yang masuk ke rektor, kemudian barulah dipilih dan diangkat,” tegasnya kembali.

Secuil dari Keluarga: Bentuk Dukungan
Berbagai jabatan yang pernah diduduki oleh Bapak Rofi’uddin, mulai dari Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FPBS) UM pada 1995-1999, kemudian Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada 1999-2001, disusul dengan jabatan lainnya hingga menjadi Wakil Rektor II UM, merupakan jabatan yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga demi pekerjaan. Namun, di sisi lain keluarganya tetap mendukung pekerjaan dan jabatan apa pun yang diamanahkan padanya.
“Kebetulan anak-anak saya sudah bisa mandiri hidupnya. Yang paling muda sudah kelas 3 SMA. Tidak masalah bagi saya untuk bekerja totalitas. Tentu dukungan keluarga pada pekerjaan sangat vital karena prinsipnya bekerja adalah bagian dari ibadah. Jadi, anak istri bisa mendukung bagaimana saya bisa beribadah dengan baik,” ungkapnya.

Harapan Rektor UM Baru
Sebagaimana rektor sebelumnya, rektor baru UM pun memiliki harapan pada masyarakat UM atas kepemimpinannya ke depan. “Mari kita bergandeng tangan, bersama-sama mencurahkan energi, tenaga, dan pikiran kita untuk menjadikan UM lebih baik di masa yang akan datang. Ini menjadi harapan besar saya. Bagi mahasiswa, lakukan tugas sebagai mahasiswa yang baik. Berprestasilah dan tunjukkan bahwa kalian sanggup. Bagi dosen pun demikian. Mari laksanakan tugas sebagai pendidik dengan sebaik mungkin; dalam hal mengajar, meneliti, dan mengabdi,” harapnya.
“Selanjutnya untuk pegawai tenaga kependidikan yang memiliki peranan vital dan tidak dapat diabaikan, mari bekerja sebaik mungkin karena tanpa kalian UM tidak berdaya. Jika semua pihak dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal, maka akan mudah bagi seorang rektor untuk mencapai apa yang dicitakan. Sebaliknya, sehebat apa pun rektornya, tetapi perangkat universitas tidak dapat bekerja optimal, maka mustahil kesuksesan dapat tercapai,” tutupnya.

Prosesi Khidmat Pelantikan dan
Serah Terima Jabatan
Serah terima jabatan rektor lama, yakni  Prof. Dr. H. Suparno kepada- rektor baru, Prof. Dr. H. AH. Rofi’uddin M.Pd dilaksanakan Jumat lalu (28/11) di Gedung Sasana Budaya UM. Prosesi ini dipimpin langsung oleh Menristek & Dikti, yakni Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D. Beberapa dekan dan kajur setiap fakultas datang sebagai tamu undangan. Tidak hanya pejabat saja, turut hadir para keluarga serta pejabat lama UM dalam acara tersebut.
Setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, acara tersebut dibuka, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Bapak Syafaat. Suasana semakin khidmat saat keputusan Menristek dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dibacakan. Momentum paling penting dari acara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan ini adalah prosesi pengambilan sumpah jabatan yang diambil secara Islam. Sumpah diambil dengan membaca beberapa janji yang dipandu oleh Bapak Nasir lalu diikuti oleh Bapak Rofi’uddin.
Dalam sambutannya, Bapak Nasir berharap agar UM dapat mengambil peran untuk menghadapi ASEAN Economic Probability dan dunia internasional. “Stakeholder UM harus mendukung penuh langkah Bapak Rofi’uddin agar bisa masuk ke dalam peringkat lima ratus besar dunia,” tambahnya. Dalam sambutannya ada pesan khusus mengenai pentingnya sebuah amanah yang diemban seorang pejabat, yakni “Pejabat bukan untuk dilayani, tetapi pejabat adalah seorang pelayan.”

Pesan Penuh Makna dari Rektor
Periode 2006-2014
Rabu (3/12) lalu menjadi detik yang mengharukan bagi segenap civitas akademika UM, terlebih yang duduk dalam Aula Gedung A3 Lantai II. Acara “Lepas Sambut Rektor UM: Mengantar Rektor Periode 2006-2014 dan Menyambut Rektor Periode 2014-2018” menjadi sebuah momen serah terima yang tidak kalah penting dengan acara pelantikan rektor pada Jumat (28/11) lalu. Dalam kesempatan itulah Bapak Suparno menyampaikan pesan dan kesannya selama menjabat sebagai rektor. Begitu pun dengan Bapak Rofi’uddin yang turut menyampaikan sambutan singkat setelah sambutan dari Bapak Suparno berakhir.
“Saya dan Bapak Rofi’uddin seringkali bersama-sama dalam beberapa dimensi,” ungkap Bapak Suparno. “Pertama, dimensi antara guru dan murid: ketika saya menjadi seorang guru, beliau adalah salah seorang  murid saya. Kedua, dimensi rekan sejawat: ketika saya menjadi rektor, beliau adalah wakil saya. Dan sekarang, beliau telah meneruskan perjuangan saya sebagai rektor,” lanjutnya disertai senyuman. Setelah menyambut acara dengan menyampaikan beberapa kilas balik kenangan antara dirinya dan Bapak Rofi’uddin, Bapak Suparno mulai menyampaikan pesan dan kesannya kepada hadirin.
“Delapan tahun saya menjabat sebagai rektor, niat saya hanya satu: memimpin UM, tanpa ada tujuan lain. Apresiasi dalam bentuk ucapan terima kasih saya sampaikan pada seluruh warga UM: pegawai, dosen, dan mahasiswa. Tanpa kalian, Suparno tidak ada artinya,” ucapnya tersedu. “Untuk rektor yang baru, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk memajukan universitas ini. Salah satunya adalah harus memiliki ketegaran dalam memandu haluan kebijakan yang telah ditetapkan. Saya sebagai guru akan sangat bangga jika murid saya menjadi lebih sukses, lebih berprestasi dari gurunya,” tutupnya. Acara yang berlangsung tidak lebih dari 70 menit ini diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari rektor baru kepada Bapak Suparno.

Harapan Mahasiswa UM terhadap Kepemimpinan Rektor Baru
Achmad Andyka yang merupakan Ketua BEMFA Sastra periode 2013-2014 mengaku senang dengan terpilihnya Bapak Rofi’uddin selaku rektor yang baru. “Meski kemarin sempat terpecah belah menjadi tiga suara karena calon rektor yang berasal dari FS ada tiga orang, tapi saya yakin semuanya mempunyai visi dan misi untuk memajukan UM. Begitu juga Bapak Rofi’uddin yang pasti akan membawa UM menjadi lebih baik lagi, setidaknya bisa mempertahankan,” ungkap mahasiswa asal Surabaya itu.
Mahasiswa Sastra Jerman 2011 yang turut memilih calon rektor beberapa saat yang lalu itu berharap agar UM semakin berkembang ke taraf nasional dan internasional. Ia mengatakan, peningkatan ini harus dimulai dari berbagai sektor yang mencakup kebutuhan dan fasilitas seluruh civitas akademika UM. “Sistem online untuk KRS harus dibenahi serta lingkungan hijau yang terbuka ditambah, termasuk pemavingan. Selain itu, harapan saya juga tertuju kepada pembangunan gedung yang secepatnya bisa diselesaikan,” tambahnya.
Begitu juga dengan Erens Levian Rahman, Ketua HMJ Sastra Indonesia. Dia mengaku bahwa terjun langsung dalam pemilihan rektor kemarin merupakan suatu kehormatan tersendiri yang tidak mungkin bisa dilewatkan. Dia mengatakan bahwa siapa pun rektor yang terpilih, ia legawa dengan hasilnya.
“Saya yakin siapa pun rektor yang terpilih, maka itu merupakan pilihan yang terbaik. Proses seleksinya sangat ketat dan kandidat yang maju sangat berkompeten. Tentu semua kandidat didasari niat tulus mengabdi kepada UM supaya lebih baik lagi,” paparnya.
Selain itu, ia menyampaikan harapan khusus yang benar-benar ia gantungkan pada rektor yang baru, yakni harapan yang ditarik dari sudut pandang organisatoris. “Saya sangat berharap agar pihak rektorat, khususnya rektor yang baru lebih sering berkomunikasi dengan pengurus-pengurus organisasi mahasiswa di UM. Hal ini dimaksudkan agar ada kesinambungan serta secara langsung mengetahui aspirasi dan keinginan mahasiswa UM.” Meski Bapak Rofiuddin berasal dari FS, tetapi mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini bersikap netral.
Harapan yang selaras juga datang dari mahasiswa FMIPA. “Awalnya saya mendukung calon rektor dari fakultas saya, terlebih beliau dari Jurusan Fisika. Namun, lagi-lagi rektor yang terpilih dari FS. Itu membuktikan bahwa beliau hebat. Namun, siapa pun rektornya, dari fakultas mana pun, tetap saya dukung untuk menjadikan UM lebih baik lagi. Salah satu harapan saya, semoga fakultas lain tidak dianaktirikan ya, Pak?” harap Fitri Rochmawati (Fisika/2011).Atif/Tanty