ilust laput--

 

Setelah berakhirnya masa jabatan Prof.  Dr. Suparno sebagai rektor UM 2006-2010 dan 2010-2014, UM memiliki rektor baru, yakni Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd. Tak sampai di sini, dengan terpilihnya rektor yang baru, sudah seyogianya UM memiliki perangkat baru guna melanjutkan langkah panjang yang telah ditapakkan perangkat yang telah lalu. Mendukung kepentingan ini, pelantikan-pelantikan pejabat baru dilaksanakan silih berganti, mulai dari wakil rektor; dekan dan wakil dekan; ketua jurusan dan sekretaris jurusan; koordinator program studi (sarjana); kepala laboratorium/bengkel/studio; direktur dan wakil direktur pascasarjana, beserta koordinator program studi pascasarjana; ketua, sekretaris, dan kepala pusat lembaga; kepala Unit Pelaksana Teknis; direktur Hubungan Internasional; dan terakhir, Satuan Pengawas Internal.

Landasan Pengangkatan  dan  Persyaratan Dosen dalam Tugas Tambahan
Sebagaimana halnya pengangkatan rektor, pengangkatan pejabat lainnya juga memiliki landasan sebagai acuan. Peraturan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan Dosen dalam Tugas Tambahan menjadi pedoman dilaksanakannya penjaringan dan pelantikan perangkat baru UM. Peraturan yang ditetapkan pada 11 Desember 2014 tersebut berisi sejumlah ketentuan umum, persyaratan kandidat, ketentuan pengangkatan pejabat, ketentuan penjaringan, serta ketentuan pemilihan dan pemungutan suara.
Tidak semua dosen memenuhi syarat untuk dicalonkan sebagai pejabat UM. Beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi antara lain: merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berusia maksimal 60 tahun per tanggal pengangkatan, bersedia dicalonkan yang dinyatakan secara tertulis, tidak sedang menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari enam bulan, tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan dengan kekuatan hukum tetap, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seorang dosen yang dicalonkan untuk mengemban tugas tambahan dengan menduduki salah satu jabatan di UM harus ikhlas menerima keputusan pencalonan dan siap mengemban tugas apapun yang ditetapkan rektor.

Sederet Para Pejabat Baru UM
Diawali dengan pemilihan dan pelantikan para wakil rektor pada Jumat (12/12/2014), pelantikan demi pelantikan dilaksanakan untuk memenuhi kursi birokrasional barisan pemimpin UM. Dengan demikian, UM memiliki para wakil rektor baru, yakni Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., sebagai Wakil Rektor I, Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., M.Pd., sebagai Wakil Rektor II, Dr. H. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed.,  sebagai Wakil Rektor III, dan Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., sebagai Wakil Rektor IV (tetap menjabat).
Pelantikan tahap selanjutnya adalah pelantikan para dekan dan ketua lembaga pada Rabu (07/01/2015). Delapan dekan yang dilantik adalah Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd., (FIP), Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D., (FS), Dr. Markus Diantoro, M.Si. (FMIPA), dan Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si., (tetap menjabat sebagai Dekan FE). Selanjutnya, kepemimpinan FT dipercayakan kepada Dr. Andoko, S.T., M.T.; FIK kepada Prof. Dr. Mashuri Eko Winarno, M.Pd.;  FIS kepada Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.; dan FPPsi kepada Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed.
Selain melantik para dekan, rektor juga melantik dua ketua lembaga di hari yang sama. Dua ketua lembaga yang dilantik, yaitu Dr. Sulton, M.Pd. sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) serta Prof. Dr. Ach. Fatchan, M.Pd., sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M).
Seusai pelantikan dekan dan ketua lembaga, rektor kembali melantik beberapa pejabat pada Jumat (30/01/2015). Prosesi khidmat yang diselenggarakan di Graha Cakrawala ini bertujuan melantik para Wakil Direktur Pascasarjana, Koordinator Program Studi Pascasarjana, Kepala Pusat di LP2M serta LP3, dan beberapa Kepala Unit Pelaksana Teknis di UM. Tidak sampai di sini, pada Rabu (04/02/2015), Rektor UM juga melantik 30 Kepala Laboratorium dan 31 Sekretaris Jurusan setelah sebelumnya melantik para ketua jurusan.
Secara umum dalam beberapa pelantikan yang telah dilangsungkan, Rektor UM menitipkan amanah untuk memimpin UM dengan bertanggung jawab selama empat tahun ke depan. Para pemimpin UM mutlak harus bekerja keras untuk mewujudkan visi-misi UM dan mencapai internasionalisasi UM pada akhir masa jabatan.

Cita-cita Para Dekan
Sejalan, searah, segaris, dan berpedoman pada visi misi UM dan visi misi Rektor UM, merupakan rumus utama mencapai cita-cita para dekan. Sebagai contoh, Dekan FIP, Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd. “Secara general, ada empat garis besar, yakni penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan manajemen. Semua akan diimplementasikan penuh di tahun 2015 yang akan di-breakdown dari program kerja (proker) dan rencana strategis (renstra) UM. Setelah ada fiksasi proker dan renstra dari UM, maka FIP akan menyusun renstra tingkat fakultas,” tegasnya.
Tantangan yang dihadapi menurut Bapak Bambang akan tampak saat semua sudah berjalan. Namun, beliau sudah memprediksi salah satu tantangan terberatnya, yakni ada beberapa dosen berkualitas yang akan purna tugas di tahun 2016. “Ini sudah menjadi bahan pemikiran saya untuk regenerasi. Tahun 2016 ada beberapa dosen dari PGSD, PLB, dan PG PAUD yang pensiun,” tegasnya. Akan dihitung lagi jumlah perbandingan antara dosen dan mahasiswa agar lebih seimbang dan maksimal.
Tantangan yang kedua, yakni pengelolaan tiga UPT sekaligus untuk FIP, yakni di kampus pusat Malang, UPT 2 di Sawojajar, dan UPT 3 di Blitar. Meski begitu, Prof. Bambang optimis bahwa semua kendala bisa dihadapi karena ada pengalaman manajerial dari beliau sebelumnya, yakni menjadi Kajur Administrasi Pendidikan di tahun 2008-2011 dan Wakil Dekan I di tahun 2011-2014. Selain itu, beliau juga tidak sendirian dalam pengelolaan FIP. Ada Kajur, koordinator dan KPP pusat yang akan siap membantu koordinasi.
Tidak hanya itu, tantangan juga dihadapi oleh dekan lainnya. Bagi Dekan FMIPA, Dr. Markus Diantoro, M.Si., tantangan terberat adalah menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PT-BH) dan mencapai internasionalisasi UM. “Pak Rektor sudah menghalau kami, para dekan, untuk mengubah pola berpikir menjadi lebih kritis dan baik. Ini demi cita-cita kita bersama untuk menjadi PT-BH, bukan lagi PT-BLU,” tegasnya.
Salah satu cara yang paling tampak dan dapat dirasakan masyarakat luas adalah peningkatan karya tulis dosen dan mahasiswa. “Untuk di FMIPA sendiri, kami sudah mengusahakan untuk mewajibkan pembuatan karya tulis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam mata kuliah tertentu,” tuturnya.
Usaha yang dilakukan Dekan FIP dan FMIPA adalah sedikit contoh dari sejumlah dekan yang memiliki cita-cita yang sama, yakni memajukan fakultasnya masing-masing.

Sekelumit Kisah Pahit-Manis Pemilihan Dekan
Segala sesuatu yang diawali dengan keikhlasan akan menuai hasil yang penuh keberkahan. Demikian salah satu kata bijak yang diutarakan Dekan FS, Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D. Bermula dari kepercayaan yang diberikan padanya, Prof. Utami akhirnya mengisi kesediaan mencalonkan diri sebagai dekan. “Saya melihat kepercayaan yang diberikan kolega kepada saya. Keberadaan Prof. Dawud yang sudah tidak mungkin lagi terpilih sebagai Dekan FS karena sudah mengalami dua kali masa jabatan membuat saya menerima amanah ini,” tegasnya. “Dari perolehan, 84 suara untuk saya pada hasil voting, membuat saya menjadi the first female dean di fakultas ini. Sudah terdapat tiga belas foto bapak-bapak dekan yang terpajang dan yang ke-14 adalah seorang perempuan,” imbuhnya.
Pernah menjadi sekretaris jurusan (sekjur), ketua jurusan (kajur), dan Wakil Direktur I Pascasarjana membuatnya merasa bukan hal asing untuk berada dalam suatu jabatan penting. “Yang terpenting sekarang adalah bagaimana membuat fakultas kita ini sejalan dengan visi Pak Rektor, yaitu GURU: unggul dan menjadi rujukan,” tegasnya.
Selain FS, dekan Srikandi lainnya datang dari FIS, yakni Prof. Dr. Sumarmi M.Pd. Profesor yang menuntaskan program doktornya di Universitas Brawijaya ini juga memiliki pandangan yang sama. ”Saya ingin mengembangkan FIS secara kompetitif. Artinya, fakultas ini bisa menjadi unggul dan menjadi rujukan dalam bidang karya ilmiah,” ucapnya. Menurutnya, dalam satu periode jabatan yang akan diemban ini, beliau tidak merasa akan menemukan kesulitan yang berarti. Beliau menjelaskan bahwasanya pada saat menjabat sebagai Wakil Dekan I, beliau sudah terbiasa untuk mengatur banyak hal. “Saat itu saya menjabat sebagai pembantu dekan sendirian, jadi mengurusi banyak hal dari keuangan, mahasiswa, danakademik,” tuturnya.
Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd juga menerangkan bahwa FIS adalah satu-satunya fakultas yang memberikan penghargaan berbeda untuk mahasiswa saat yudisium. “Di FIS, kami memberikan penghargaan prestasi non-akademik di samping akademik yang merujuk pada IPK,” terangnya. Ada dua macam penghargaan di FIS saat yudisium, yakni mahasiswa berprestasi karena IPK, ada juga yang berprestasi karena juara di bidang non-akademik. “Semuanya diambil tiga besar. Diadakannya penghargaa non-akademik disebabkan oleh misi FIS yang berbunyi membangun kecerdasan sosial tidak bisa hanya diukur dari tingginya IPK saja,” tegasnya.
Menjadi dekan perempuan tentu tidak lepas dari dukungan orang-orang terkasih dan terdekat, sebab perempuan merupakan tonggak sebuah keluarga. Namun, Ibu Sumarmi mengaku sudah mendapatkan dukungan penuh dari keluarga. “Sebelum saya mengajukan diri untuk menerima tantangan menjadi dekan, saya tanya kepada anak-anak dan keluarga besar. Ternyata semua mendukung,” paparnya.
Saat pelantikan berlangsung, pastinya bangga. Namun, dibalik semua itu, ada tanggung jawab menyediakan waktu untuk semua elemen di fakultas. Sudah lama beliau memiliki visi hidup untuk berarti bagi banyak orang, sehingga beliau harus bisa maksimal melayani sesuai dengan kemampuannya.
Kisah lainnya dialami oleh Dekan FMIPA, Dr. Markus Diantoro, M.Si. “Berawal dari pernah menjadi sekjur dalam satu periode, kemudian kajur dalam satu periode, akhirnya teman-teman meminta saya mencoba mencalonkan diri untuk menjadi dekan,” ungkapnya. “Saya tidak tahu bagaimana prosedurnya, tapi teman-teman banyak membantu. Akhirnya, saya bersama dua kandidat dekan lainnya melewati beberapa proses. Saya rasa kami para kandidat sama saja. Sama-sama tidak bersedia dicalonkan pada awalnya. Kami berpikir bahwa ini adalah tanggung jawab yang begitu besar,” lanjutnya.
Dekan FMIPA yang juga berprofesi sebagai dosen fisika ini mendapat dukungan dari keluarganya. “Awalnya saya mendapat teguran dari istri. Saya ditanya bagaimana akan  membagi  waktu karena ketika menjabat sebagai Kajur Fisika saya seringkali berada di kampus pada hari libur,” tuturnya. “Tapi saya menenangkannya dengan mengatakan bahwa waktu saya akan banyak tersita pada masa adaptasi saja. Selanjutnya, mungkin saya akan sanggup memanajemen waktu lebih baik,” tambahnya. Selain dekan, juga dilaksanakan pelantikan para pimpinan UM yang lain, diantaranya Para Wakil Dekan, Para Ketua Lembaga, para Kabag, dan para Kasubag.

Doa dan Harapan Mahasiswa UM
Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim, S.Pd, mahasiswa lulusan Pendidikan Sejarah UM yang sedang melanjutkan studi S2 Pendidikan Sejarah UM ini mengenal Ibu Sumarmi dengan baik. Ia mengibaratkan Dekan FIS tersebut sebagai sosok yang sama seperti pohon, tegas tetapi ramah dan teduh. Beliau adalah sosok teladan yang baik dalam berdedikasi dan berkarya. “Saya salut dengan etos kerjanya yang menomorsatukan mengajar di tengah kesibukannya sebagai pejabat kampus. Selain itu, beliau mampu menyeimbangkan ritme serius dengan keramahan yang elegan, baik pada sesama dosen maupun dengan para mahasiswanya,” paparnya.
Kiprah wanita kelahiran Jombang ini di FIS tidak diragukan lagi. Mahasiswa yang akrab dipanggil Fahrul ini mengakuinya. Ia terkesan dengan perjuangan alumni Pendidikan Geografi IKIP Malang ini dalam mengembangkan laboratorium sejarah. Beliau terjun langsung menata buku-buku dan peralatan laboratorium yang tepat untuk kepentingan laboratorium sejarah. Selain itu, Fahrul salut akan kepiawaiannya dalam membagi kebutuhan masing-masing jurusan secara adil dan merata, baik secara materiil maupun non-materiil.
Mahasiswa dari fakultas lain pun memiliki harapan serupa terhadap dekannya. Seperti yang dituturkan Aldila Laylatur Rifqiyah dan Tari Mei Wahyuni (Sastra Indonesia/2011), “Kami sebagai mahasiswa semester akhir berharap semoga Bu Utami bisa membawa sastra lebih mbois lagi. Mbois dalam akademik dan non-akademik.” Berbeda dari Fahrul, mereka mengakui belum pernah mengamati bagaimana kinerja dekannya yang baru. “Prof. Utami adalah mantan wakil direktur pascasarjana, jadi kami belum pernah merasakan keberhasilan kinerja beliau, terlebih di jurusan kami. Namun, kami yakin beliau adalah sosok yang hebat!,” ungkap Tari. Mereka juga mengharapkan kemudahan dalam segala administrasi dan birokrasi di fakultasnya. “Administrasi Fakultas Sastra itu baik dan teratur, tapi alangkah baiknya jika dipermudah. Minimal kami tidak lagi kebingungan ketika mengurus skripsi. Semoga Fakultas Sastra dan juga fakultas lainnya bisa menjadi lebih baik di bawah komando pemimpin barunya masing-masing,” tutup Aldila.Atif/Tanty