Oleh Purbarani Jatining P.

Sepi, sunyi
Sepi, sunyi, duri
Sepi, sunyi, duri, mati
Sepi, sunyi, duri, mati, hati

Gemerlap lampu kegelapan
Mematikan jiwa sepi
Membisu dan membeku dalam pilu
Duri hati sepi

Duri mati dalam pilu
Selalu tumbuh lagi dalam hati
Tak kenal perih
Tak kenal lelah
Tak kenal letih
Duri itu senantiasa tumbuh
Tumbuh dalam hati yang letih
Hati yang letih menantinya
Pikiran lelah memikirkannya
Mataku terbayang wajah hitam
Wajah hitammu yang berselimut kabut kegelisahan tanya

Akankah kabut kegelisahan itu pergi
Lelah aku menantimu
Menantimu dalam sepi yang menusuk hati
Sepi dan harap dalam duri tubuh ini
Duri yang mati dan tumbuh kembali
Tumbuh kembali menanti dan mengharapmu
Mengharapmu membawaku melayang di samudera awan
Membawaku lari ke padang rumput hijau
Memberiku minum atas kehausanku yang  tak berakhir
Memberiku duri yang tak pernah mati
Inilah aku yang tersiksa karena duri rindumu

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,dan Daerah UM.