Masa telah banyak menapak cerita

Membawa bahagia dan mengabarkan peringatan

Terpapar rinci dalam lembar suci

Lama mengeja seumpama aku sebuah tanda tanya

Darimana mula, kemana bermuara, aku menerka-nerka

 

Seperti ornamen musisi, yang tak mengenal instrumen kolaborasi

Tekun hal ibadah, namun rabun dalam Aqidah

Hukum alam merupakan taqdir, melulu menempatkan sesal diakhir

Seketika lamunan sekejap menjadi layar tancap

Memutar daftar dosa yang rinci terbaca

Belum juga mushaf-Nya adalah glosarium nyata

Bumi seisi dicipta sekaligus dengan makna

Angkasa membentang luas, tanda bahagia datang tak berbatas

Lazuardi yang malas berarti, suatu nanti nafas kan terhenti

Dan khatuliswa membagi dua antara surga dan neraka

 

Lembar bahagia,

Surga, adalah ketika hamba nan taqwa

Bak putra mahkota perlakuannya

Merangkai mimpi diatas singgasana yang tinggi

Gelas minuman terbuka tak berpegangan

Taman bunga yang wangi terhampar bak permadani

Sedang, tiada usaha yang sia-sia

Dari dawai amal yang direntang melawan goda syetan

 

Lembar berbeda,

Tiada awak mendongak

Tertunduk hina dalam khilaf yang dibuat-buat

Maka neraka menyiksa lebih dari apa yang dikira

Lapar yang dibalas hardik dengan syirbiq

Dahaga yang diganjal dengan minuman pedih mendidih

Dilalap api yang meronta

Sungguh ganjaran yang tak berpariwara

 

Tiada sampai disiplin ilmu mempelajari

Melanskap keberadaan bumi dan langit

Mengurai bagaimana gunung menjulang tinggi

Lantas bukankah kesadaran merupakan hikmah?

Lalu tak perlu ada yang diragu

Dari semua hal yang menimbulkan tanya

Sedang Al Quran telah menjawab semua

 

Penulis

Nama               : Fajar Andre Setiawan

NIM                : 150212602804

Fakultas           : Sastra

Jurusan            : Sastra Indonesia

Prodi               : Bahasa dan Sastra Indonesia