Kala petang, mata-mata itu mulai menerawang jauh di biru muda pasir pesisir

Dengan kail yang meruncing, kehidupan digantung pada keberhasilan saat dayungan menepi

Kala itu ombak kembali meninggi

Mata kail tak kunjung menepi, sedang

Mata sendu tak henti menunggu

Busa sisa ombak melantunkan bait-bait malang sang raja laut

Dengan girangnya busa itu membasuh bibir pantai dan ujung jemari

Dengan meriahnya pula, busa itu seakan menuliskan kisah sang raja pantai yang menyelami laut tanpa kembali

Jika purnama datang,

Sesajen tangis dan harap lekas kembali di bibir pantai akan dikumandang dengan jenuhnya

Dan gemuruh laut adalah sapa terakhir purnama itu

SAIDATUL MUKARROMAH – KAIL PENGHIDUPAN