Mada adalah seorang pemuda yang taat beribadah, seluruh waktunya ia curahkan hanya untuk beribadah kepada Sang Kuasa. Namun kehidupannya seakan berbalik 360setelah kisah cintanya kandas dengan perempuan berparas cantik bernama Sofia. Ia memaki Tuhan, memaki ayah kandungnya karena sejak kecil Mada selalu diajarkan untuk selalu berdo’a meminta kepada Tuhan, niscaya akan dikabulkan. Setelah cintanya kandas Mada tak percaya akan kehendak Tuhan. Mada pergi dari kampung halamannya, dia ingin lari dari Tuhan. Dia melakukan perjalanan menyusuri 9 negara untuk mengobati luka hatinya. Dalam perjalannya dia dipertemukan dengan orang-orang yang tidak pernah dia sangka sebelumnya. Awalnya dia mengira cerita yang dia rangkai dalam perjalanan hidupnya merupakan kebetulan semata, tetapi tidak semua itu telah direncakan oleh Sang Kuasa.

Novel yang juga di filmkan dengan judul yang sama ini merupakan hasil kolaborasi gagasan antara Aguk Irawan (penulis novel ini) dengan Danial Rifki (sutradara film Haji Backpacker) sehingga novel ini memberikan warna yang lebih lengkap dalam menyajikan perjalanan spiritual menuju tanah suci Makkah. Aguk Irawan dan Danial Rifki berusaha memvisualisasikan gagasan tersebut dengan media yang berbeda yakni melalui novel dan film.

Dari segi penuturan, Aguk menyajikan kisah kehidupan Mada yang dirangkai dengan kalimat-kalimat yang mampu menyihir pembaca sehingga pembaca seakan dibawa berkelana menyusuri 9 negara, membayangkan keindahan alam dari Thailand, Laos, Vietnam, Cina, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Iran, Teluk Persia hingga Arab Saudi.  Tiap-tiap kisah yang dituturkan dengan baik sehingga pembaca bisa ikut merasakan kebahagiaan, keputusasaan, pertentangan batin dan keharuan. Aguk menceritakan novel ini menggunakan alur campuran sehingga membuat pembaca harus mengerutkan dahi dan sejenak menerawang ke cerita sebelumnya untuk mendapatkan cerita yang utuh.

Dari segi penokohan novel ini memvisualisasikan masing-masing tokoh dengan karakter yang sangat berbeda. Tokoh utama bernama Mada divisualisasikan dengan karakter yang begitu jelas mengenai ‘cinta dan pengembaraan spiritualnya’, sedangkan tokoh Sofia  divisualisasikan sebagai tokoh yang samar dalam menerjemahkan makna ‘cinta’. Meskipun sebenarnya mereka menuju pada pemaknaan yang sama bahwa cinta adalah sesuatu yang suci.

Dalam perjalanan Mada menemukan kebenaran Tuhan, Sofia menuntut agar Mada tidak hanya mengatasnamakan Tuhan untuk mencintainya. Sofia menuntut agar kesucian cinta Mada harus benar-benar seiring dengan kecintaannya kepada Sang Maha Cinta.  Dalam perjalanannya Mada dipertemukan dengan tokoh perempuan Subang yang bernama Marbel. Seorang pekerja panti di Thailand yang memiliki niatan untuk keluar dari tempat kerjanya tersebut. Pertemuan Mada dengan Marbel menuntut Mada untuk memahami makna cinta yang lebih teknis, permohonan ‘Cinta yang Sederhana’.  Cinta Marbel tak tersambut baik oleh Mada, datang tokoh yang lain bernama Suchun yang memberikan warna yang berbeda di kehidupan Mada. Suchun merasa nyaman berada di dekat Mada seperti saat dia berada di dekat ibunya. Mata Madalah yang mengingatkannya akan sosok ibunya.

Yang membuat unik novel ini adalah tokoh Sofia yang digambarkan dengan samar di sela pengembaraan Mada, sehingga membuat pembaca semakin penasaran seperti apa sosok Sofia yang sebenarnya.

Setelah perjalanannya yang panjang, perjalanan Mada berakhir di Tanah Suci Makkah. Mada telah kembali, kembali dari pertikaian jiwanya yang panjang dan melelahkan dari jerit pemberontakan yang keras dan meletihkan. Di kota Makkah kerinduan Mada akan Cinta kepada Sang Kuasa dan kerinduan kepada Sang Ayah seakan terobati setelah menjumpai nisan ayahnya meskipun dia tak akan bisa bertemu dengan ayahnya kembali.

Novel ini benar-benar buku yang luar biasa. Karena buku ini memberikan gambaran kehidupan yang penuh pasang surut, ada kalanya keimanan kita bak dinding yang tak lapuk diterjang zaman, namun ketika ujian itu datang ada kalanya iman kita menjadi rapuh kemudian kita mengumpat, mencaci Tuhan. Ketika harapan kita tidak tercapai kita tidak berhak membalas dan meninggalkanNya. Aturan Tuhan sudah sempurna tidak ada yang namanya kebetulan. Selain itu pesan yang dapat kita ambil dari novel adalah saat ini kita harus terus menguatkan iman dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah, karena tak ada sebaik-baik tempat untuk bergantung dan memohon melainkan Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penolong.

LIYA NURIN NAHDLIYAH – Haji Backpacker