Oleh Teguh Dewangga

Judul : Satu Kisah yang Tak Terucap
Penulis : Guntur Alam
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 979-780-855-6
Tebal : x + 242 Halaman

ulau Kemaro menyimpan kisah cinta yang melegenda antara Fatimah sang Putri Melayu dengan Tan Bu An sang Pangeran dari Negeri Tiongkok. Kisah mereka mengabadi menjadi Pulau Kemaro yang membelah Sungai Musi. Di tengah pulau tersebut muncul pohon beringin yang amat besar, orang-orang meyakini siapa pun yang menuliskan kedua nama kekasih di pohon tersebut akan diberkahi menjadi pasangan seumur hidup.
Barangkali karena kisah tersebut lah Ratna dan Lee yang masih berbau kencur menuliskan nama mereka. Ratna tidak tahu harus menuliskan nama siapa, karena dia tidak memiliki pacar, yang ada hanya lah sosok yang telah dianggapnya sebagai kakak dan selalu melindunginya dari kejahilan di masa-masa sekolah. Lee yang merupakan tetangga depan rumahnya, sekaligus teman bermain sedari kecil akhirnya memberikan namanya untuk ia tulis bersisihan dengan nama Ratna di pohon tersebut.
Selama lima belas tahun kisah tersebut rupanya telah tertinggal jauh. Barangkali sudah hilang bersama gerusan arus Sungai Musi. Ratna saat ini telah berumur 30 tahun. Sama sekali belum menikah dan itu yang membuat kekhawatiran kedua orangtuanya memuncak. Ada sebuah rahasia besar yang ia pendam dalam-dalam. Hatinya dirundung gelisah saat laki-laki silih berganti memenuhi hidupnya dan satu persatu dari mereka akan memilih untuk mundur karena bagaiamanapun mereka tidak bisa membuat Ratna untuk setuju mengarungi rumah tangga bersama.
Bersamaan dengan itu, Lee yang telah beranjak di usia 31 tahun memilih pulang ke kampung halamannya di Palembang. Meninggalkan Jakarta yang telah memberi ia jejak pahit karena mantan kekasihnya yang membuatnya meragu dan akhirnya memilih untuk mengikuti arus kehidupan yang kala itu sedang mengarah ke kampung halaman. Oma Liem, sang nenek, yang memintanya pulang karena ada 6 toko pempek yang harus diurusi. Bagaimanapun warisan keluarga harus ada yang meneruskan. Sebelumnya Ratna yang telah dianggap sebagai cucunya sendiri menjalankan bisnis tersebut, tapi dirasa perkembangan yang cukup pesat membuat Ratna kualahan dan akhrinya Oma Liem memutuskan untuk meminta Lee pulang membantu usaha tersebut.
Sebenarnya ada siasat yang disepakati oleh keluarga Ratna. Begitu pula keluarga Lee. Mereka ingin menjodohkan mereka berdua. Mereka berpikir bahwa keduanya belum menemukan pasangan yang cocok atau masih sama-sama keras kepala mengejar pekerjaan sehingga melupakan kisah percintaan yang harusnya telah dibangun bertahun-tahun lamanya. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah Lee dan Ratna memiliki masa lalu yang kelam. Yang membuat mereka berpikir bahwa cinta sejati tak selamanya berakhir bahagia. Bahkan ada konflik panjang yang harus dilalui oleh Lee dan Ratna ketika mereka bertemu kembali setelah 15 tahun tanpa kabar. Lee yang mencoba mengejar Ratna dan Ratna yang selalu mencari celah untuk berlari. Bersama bayang-bayang masa kelam yang membuat dia marah terhadap Lee.
Dalam buku tersebut, romansa masa kecil tertulis dengan manis, dengan keluguan, serta pola pikir remaja yang sangat bebal dan suka penasaran. Namun berbanding terbalik ketika Ratna dan Lee sudah mencapai usia yang matang. Mereka berdua tumbuh beriringan dengan berjalanya sang waktu, pertemuan mereka bahkan melibatkan perasaan yang paling emosional. Belum lagi konflik keluarga yang harus mereka hadapi, lantas teman Ratna sewaktu sekolah yang mulai mendekatinya lagi. Semua teracik sempurna dalam novel ini.
Keduanya mempertanyakan kembali arti sebuah cinta, yang bahkan tidak mereka sadari telah membibit sejak mereka kecil. Mempertanyakan kembali sejauh mana salah seorang dari keduanya bisa bertahan dengan sebuah rahasia dari orang yang ia cintai.
Di dalam kisah ini kita bisa mengambil sebuah perenungan, bahwa masa lalu bisa saja membuat orang akan terpuruk.Berkubang pada masa lalu sama saja berkubang pada perasaan bersalah terus-menerus. Ratna yang tidak terbuka membuat hidupnya kelam sendiri. Tapi Guntur Alam, sang penulis bisa menempatkan sebuah konflik dan rahasia sebagai hewan buruan yang terus-menerus berlari sampai halaman terahkhir buku ini.
Pada akhirnya kita akan menyelami kembali kisah Putri Fatimah dan Pangeran Tan Bun An yang melegenda tersebut. Membuat kita bertanya apakah Ratna dan Lee harus berakhir tragis seperti pasangan tersebut, ataukah mereka memilih untuk berjalan saling beriringan. Mengulangi romansa masa kecil dan bersama-sama meninggalkan masa lalu yang telah lewat, lantas membuat kisah bahagia sendiri dengan Pulau Kemaro yang menjadi saksi serta desau angin yang membelah Sungai Musi.
Penulis adalah mahasiswa
Pendidikan Teknik Otomotif
Universitas Negeri Malang