Ada yang berbeda dengan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) pada 26 Februari 2017. Pasalnya banyak mahasiswa yang berkerumun di depan Gedung E6 dengan membawa alat-alat rias memasuki Aula Fakultas. Di aula lantai dua tersebut diadakan “Workshop Pengembangan Tata Rias dan Kostum Berbasis Topeng Malang” dengan pemateri Didik Nini Thowok. Kegiatan workshop diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM) UM yang bertujuan untuk menambah pengetahuan pengembangan tata rias dan kostum, menumbuhkan antusias dalam pengembangan tata rias dan kostum, serta meningkatkan keterampilan mahasiswa. Workshop yang dilaksanakan oleh PSTM UM ini diikuti oleh 125 mahasiswa PSTM, guru-guru SD dan SMP se-Malang Raya, serta perwakilan dari beberapa sanggar dan aktivis yang ada di Kota Malang. Topeng Malang dijadikan sebagai tema dalam workshop kali ini, karena visi dari PSTM adalah pengembangan tradisi terutama pada tradisi topeng. Selain itu, pemilihan topeng Malang juga bertujuan untuk mengangkat tradisi Kota Malang yang sudah mulai punah. “Topeng bukan hanya sebagai tradisi yang dikenal orang, namun topeng juga bisa dikreasikan agar orang-orang lebih mudah mengenal topeng. Karena belajar topeng bukan hanya dari tariannya, melainkan dari kostum dan kreasinya,” tutur Endang Wara, Koordinator PSTM.IMG_3179

Acara workshop ini merupakan acara tahunan ke-8 yang dilakukan oleh PSTM guna mengenalkan pengembangan kreasi topeng. Pada saat workshop, peserta harus membawa alat-alat rias, yaitu body painting, kaca, alas bedak, eye shadow, foundation, dll. Selain membawa alat rias, peserta juga harus membawa alat dan bahan berupa koran, kertas minyak, kawat kecil, benang, jarum, lem, alat tulis,dll. Pemateri Didik Nini Thowok memberikan contoh dalam pengembangan kreasi topeng, ia merias seorang mahasiswa yang menjadi model dalam pengembangan kreasi topeng. Para peserta antusias mengikuti workshop, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan merias model masing-masing. Peserta diberikan sebuah topeng dan mereka harus merias wajah dari model agar sesuai dengan topeng yang telah mereka dapatkan. “Pematerinya bagus. Hal ini merupakan hal baru karena Didik Nini Thowok menjelaskan mengenai tata rias dan kita praktik bersama-sama,” ungkap Laila, salah satu peserta workshop. Setelah adanya workshop, PSTM juga merencanakan adanya lomba tata rias tari dan busana kreasi yang merupakan hasil dari workshop ini. “Harapannya setelah mengingkuti workshop ini, mahasiswa dan guru-guru yang ikut serta dapat mengembangkan tata rias dan kostum dari daerah masing-masing untuk diajarkan kepada murid-murid. Kita harus melestarikan tradisi yang telah ada,” harap Endang, salah satu panitia.Fanisha