Nama                                       : Papang Jakfar
S-1 Desain Komunikasi Visual UM (2007-2014)

Keterbatasannya tidak menghentikan kreatifitasnya. Memilih bekerja di Warnet sebelum mengenyam bangku kuliah ia lakoni selama dua tahun. Pada akhirnya di tahun ketiga setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan ia masuk menjadi mahasiswa Universitas Negeri Malang. Bekerja di Warnet tetap ia lakoni di awal- awal kuliah. Sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual(DKV) yang seharusnya mempunyai alat-alat untuk menunjang perkuliahannya, saat itu tidak ia miliki. “Untung saja pak bos saya baik,” ungkapnya. Sehingga untuk mengerjakan tugas-tugas perkuliahan ia kerjakan di warnet.

Di semester lima, ia cuti kuliah selama dua semester sebab ada tawaran perkerjaan yang lumayan prestisius. Karena ada sebab –sebab tertentu di pekerjaanya, lalu di tahun berikutnya ia lanjutkan kuliah.

Dia adalah Papang Jakfar, pemenang lomba desain maskot Kota Malang yang dikenal dengan Osi & Ji. Tidak hanya itu, karya-karyanya juga kerap sampai di tingkat Internasional. Laki-laki yang selalu tersenyum itu menyambut hangat kru komunikasi di studio miliknya untuk diwawancara, berikut wawancara kru komunikasi dengan Papang Jakfar.

Bagaimana awal ide desain Anda sehingga menjadi pemenang lomba Maskot Kota Malang?

Sebenarnya kalau dibilang ide-idenya seperti apa,  banyak sih yang tanya, “Osi Ji ini ide awalnya dari mana sih mas?” saya jawabnya malah Osi Ji ini sebenarnya nggak berdasarkan terinspirasi apa karena lebih ke memvisualisasikan apa yang sudah ada. Jadi, saya malah bilangnya seperti gambar grafik. Gambar grafik yang sumbernya dari tabel, misalnya kalau di Excel kita tinggal klik-klik jadi gitu kan ya, nah Osi Ji lebih ke seperti itu. Jadi sebelum pembuatannya, kita diberi gambaran tentang sejarah Kota Malang, khasnya Kota Malang itu seperti apa, dan sebagainya. Dari situ kita disuruh memvisualisasikan maka jadilah Osi Ji tersebut. Kalau terinspirasi dari mananya ya dari Kota Malang itu sendiri.

Bisa Anda jelaskan, Apa maksud dari visualisasi Anda tersebut?

Visualisasi yang saya pilih ada malang sebagai kota asri, malang sebagai kota pendidikan, singa, burung manyar dan bahasa khas malang. Malang dikenal sebagai tempat plesir dalam artian malang itu udaranya sejuk, kemudian banyak pepohonan. Kita tahu di Malang ini banyak taman. Dari situ saya memvisualisasikan dari si Osi ini. Osi ini adalah singa berambut daun. Kenapa daun?  Daunnya terinspirasi dari keasrian Kota Malang. Kemudian Osi mempunyai teman yang namanya Ji. Ji ini adalah burung manyar. Si burung manyar ini telah ditetapkan oleh SK gubernur tahun 1996. Dia ditetapkan menjadi fauna khas Kota Malang. Floranya bunga Andong dan Faunanya burung Manyar ini.

Malang juga terkenal sebagai Kota Pendidikan sehingga di simbolkan dengan dasi. Jadi dasinya ada dua lebih seperti dasi pramuka, karena kalau dasinya satu disisi desain jelek nantinya.hehe.

Kalau singa ini sebenarnya bukan fauna asli Kota Malang, terlebih Fauna asli Indonesia. Namun menurut sejarah, figur singa ini cukup berperan penting di Kota Malang terlepas dari Arema. Secara kronologis penggunaan singa seperti ini, pada waktu Hindia Belanda ada beberapa figur singa yang ditemukan di candi-candi yang ada di Kota Malang seperti di Candi Badut dan Candi Kidal. Nah Candi itu kan ada pakem-pakemnya, pakem Jawa Timur itu seperti apa, pakem di Jawa Tengah itu seperti apa. Figur singa ini ditempatkan di tempat-tempat tertentu di candi. Menurut pakem, dia bukan figur singa yang seharusnya bentuk monster yang lain. Tapi di beberapa candi di Kota Malang menggunakan figur singa dan selain itu setelah diteliti ternyata batu tersebut bukan batu lokal melainkan didatangkan dari luar negeri yang kemungkinan didatangkan dari kerajaan lain. Pasti ada yang spesial dari figur singa ini. Selanjutnya pada penjajahan Hindi Belanda figur singa ini digunakan lambang Kota Malang setelah itu pada tahun 1987 figur singa ini digunakan sebagai maskot arema. Katanya sih karena bulan agustus zodiaknya leo. Setelah adanya sejarah tersebut visualisasi yang saya pilih adalah bentuk singa.

Mengapa Anda memilih  nama Osi & Ji?

Bahasa ngalam kan cukup menjadi ciri khas Kota Malang. Saya sempat kesulitan untuk memvisualisasikannya  namun saya akhirnya menemukan kenapa tidak dijadikan saja sebagai namanya. Osi itu dari kata “Iso” yang artinya bisa dan Ji itu dari kata “Siji”. Osi Ji itu iso siji, bisa menjadi satu, bisa bersatu atau bisa menjadi nomor satu. “Kenapa tidak singanya saja namanya Ji ? atau burung manyarnya namanya Osi?” sempat muncul juga pertanyaan seperti itu. Kalau itu lebih ke konsep pencapaian saja. Dimana kalau kita ingin mencapai nomor satu ada prosenya. Prosesnya apa? kita harus Iso dulu. Kita tidak bisa Ji dulu baru kemudian Osi. Kita harus Osi dulu baru kemudian Ji.

Berapa lama proses Anda mendesain?

Saya baru menemukan gambar si Osi ini di hari kesembilan. Jadi waktu itu diberi waktu sepuluh hari untuk mendesain. Kebetulan tiga hari pertama, saya menjadi guru tamu di SMKN 4 Malang. Jadi berkurangkan waktunya. Saya efektif bikin sekitar tujuh atau enam hari. Lima atau enam hari saya lebih banyak ke konsep. Kemudian baru ketemu pada hari kesembilan. Jadi dua hari saya ngebut membuat.

Setelah Anda menjadi pemenang, apakah visualisasi yang Anda hasilkan muncul kontroversi?

Kontroversi sendiri tidak bisa dicegah. Dari pihak ADGI (Asosiasi Desain Grafis Indonesia), visualisasi yang terpilih pasti ada kontoversi. Tapi setidaknya dengan pelaksanaan lomba yang sesuai dengan kaidah yang benar, visualisasi yang terpilih bisa dipertanggung jawabkan. Kontroversi tersebut muncul juga karena ketidaktahuan masyarakat atau ketidakpahaman masyarakat. Malang kan terkenal dengan Arema, ada beberapa media yang mereka tidak menjelaskan bahwa ini adalah maskot Kota Malang bukan maskot klub bola. Bagi mereka yang cukup fanatik dengan klub bola, mereka pastinya tidak setuju dong dengan maskot mereka yang berwarna hijau yang mana secara kebetulan warna hijau ini ada musuh bebuyutan dari klub bola mereka atau yang melihat orang politik warna hijau ini dikaitkan dengan  warna partai dari walikota yang menjabat saat ini. Cukup menjadi polemik dalam hal ini.

Sebelumnya, apa yang menjadi pertimbangan Anda?

Sebelumnya saya sempat membuat beberapa desain, sebelum menjadi warna hijau, warnanya cukup berubah-ubah. Pertama saya mempertimbangkan Arema. Pastinya, ini nantinya mengundang kontroversi. Memang dari awal saya menyadari kalau akan mengundang kontroversi. Tapi kemudian saya kembalikan bahwa ini adalah maskot Kota Malang, jadi ketika saya menggunakan referensi dari Kota Malang setidaknya ada yang bisa saya pertanggung jawabkan. Jika misalnya saya memilih warna biru hanya karena saya ingin meredam fans Arema tapi kemudian keluar dari konsep yang ingin saya masukkan  gak bener juga.

Bagaimana konsep dari desain Anda secara lebih mendalam?

Kalau yang saya jelaskan tadi konsep secara visual, sedangkan ini konsep secara lebih mendalam. Apabila Osi Ji ditambahkan dengan aksesoris misalnya topi atau skateboard, dia bisa menjadi brand ambassador pemerintah. Pastinya pemerintah mempunyai program-program yang ingin disampaikan, selama ini penyampaian program-program pemerintah diwakilkan dengan figur walikota, dari situ peran maskot itu masuk. Misalnya untuk menyampaikan gerakan membaca bisa ditambahkan dengan buku atau dengan ditempatkan ditempat-tempat tertentu sesuai dengan program-program yang ingin disampaikan. Selain itu, Osi Ji ini juga bisa berperan sebagai sub maskot dan saya bekali juga dengan back story.

Lalu, bagaimana peran Osi & Ji sebagai sub maskot?

Setelah Batu terlepas dari Malang, Malang kayaknya nggak punya potensi. Walikota sepertinya lebih mengarahkan ke wisata kota, misalnya kampung warna-warni. Kita tahu bahwa industri- industri di Kota Malang terkumpul di titik-titik tertentu, contohnya sentra keramik di Dinoyo, produksi tempe di Sanan, dan sebagainya. Hal itu bisa menjadi potensi pariwisata yang bisa diolah. Karena itu saya memperkenalkan si Osi ini rambutnya bisa diubah-ubah. Ketika si Osi ini dijadikan merchandise dengan dijual ditempat-tempat tertentu misalnya dijual di kampung warna-warni, rambut si Osi ini bisa diubah menjadi warna-warni. Tujuannya adalah seandainya ada dua wisatawan yang datang ke Malang, satunya datang ke Kampung Warna-warni dan satunya datang ke Dinoyo. Ketika pulang mereka bertemu, “Kita sama-sama ke Malang kok aku beli Osi berbeda ya dengan punya mu?” atau “Aku lebih suka punyamu nih, ya udah deh kalau aku ke Malang aku akan datang ke tempat yang kamu kunjungi itu”. Bayangkan, dengan dua varian Osi saja, sudah bisa membuat wisatawan yang dari luar Kota Malang bisa kembali datang ke Kota Malang. Nah, apalagi dengan sepuluh varian atau 50 varian Osi. Secara ekonomi, bila hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar bisa membantu mereka mandiri secara financial.

Apakah hal itu sudah diterapkan?

Belum, untuk diterapkannya tentu membutuhkan waktu. Ada hal-hal yang berperan penting terutama dana, kemudian ada birokrasi-birokrasi tentunya. Setidaknya saya sudah memperkenalkan fitur ini. Entah dipakai atau tidak itu tergantung pemerintah.

Bagaimana konsep Osi & Ji yang Anda bekali back story?

Di malang kan banyak SMK atau universitas dengan jurusan desain animasi.  Sehingga indutri kreatif di Kota Malang menjadi berkembang. Untuk itu Osi Ji ini saya bekali dengan back story, harapannya bisa dimanfaatkan oleh teman-teman di industri kreatif menjadi IP (Intelectual Property). Jadi back story  yang saya bekali seperti ini,  Osi ini aslinya singa emas yang ada di kerajaan di langit. Kemudian dia jatuh, saking dahsyatnya dia jatuh, tempat dia jatuh membentuk sebuah kawah yang rusak sehingga menjadi gersang. Karena dia bersalah dengan ibu pertiwi, akhirnya dia bertapa. Seiring dia bertapa daerah sekitar menjadi subur. Si Osi yang dulunya emas tubuhnya menjadi lumutan dan rambutnya menjadi daun. Kemudian ada burung manyar yang terkenal dengan bentuk sarangnya yang khas. Burung manyar ini yang dikenal dengan Ji tidak bisa membuat sarang sehingga dia dikucilkan dengan teman-temannya. Lalu dia terbang mencari pohon. Nah, ketika dia berhenti di salah satu pohon bersemak- bersemak ternyata dia hinggap di rambutnya si Osi. Pada akhirnya mereka menjadi teman. Begitu ceritanya.

Saya buat back story ini sebenarnya berdasarkan bentuk topologi Kota Malang. Topologi Kota Malang itu berbentuk cekungan yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Kemudian saya kemas dalam bentuk entertain. Dari situ misalnya saja begini “Tahukah kamu? bahwa topologi Kota Malang berbentuk cekung,” hal ini bisa dikemas menjadi animasi pendidikan.

Mengapa Anda memilih style yang seperti itu?

Ketika si Maskot dipakai secara resmi, kita tidak bisa mengontrol penggunaannya. Bisa saja dia digunakan untuk poster, saat yang mendesain dari orang yang ahli desain maskotnya bisa menyatu dengan desain tersebut, tapi jika yang membuat bukan orang yang ahli desain misalnya saja membuat posternya di Microsoft word si maskot tersebut tidak bisa menyatu dengan desain tersebut. Kita harus mengantisipasi hal itu. Untuk itu saya menggunakan  style yang seperti ini, agar ketika digunakan untuk poster jenis apapun si maskot itu bisa mengikuti.

Ada pertimbangan ekonomis juga, ketika si maskot sudah resmi. Dia bebas direproduksi oleh masyarakat. Jadi copyright-nya ada di pemkot (Pemerintah Kota) tapi masyarakat Malang bebas memanfaatkan Osi Ji tanpa membayar royalti ke pemerintah dan itu legal. Semisal si maskot ini digunakan untuk kaus, dia bisa dicetak dengan mesin yang harganya lebih murah yang mana harapannya hasil kaus tersebut bisa sama dengan aslinya. Hal itu bisa membantu masyarakat yang hanya memiliki modal sedikit untuk memanfaatkan Osi JI ini sehingga dapat mengangkat perekonomian orang yang  kurang mampu atau memberikan kesempatan kerja kepada mereka maka saya buatlah style yang mudah dibajak.

Pesan untuk mahasiswa UM?

Selama ini yang saya rasakan, kita tidak bisa instan. Bakat tidak selamanya menyelamatkan kamu. Kalau kamu ingin tetap bertahan itu lebih ke bagaimana strategi kamu. Ada hal lain juga di luar bakat kamu yang lebih menentukan kesuksesan kamu. Contohnya, saya menang lomba maskot ini, sebenarnya bukan karena konsep yang mendalam tapi karena ke strategi. Kemarin waktu ada lomba maskot saya diberitahu oleh teman saya, sebenarnya saya tidak ingin ikut di lomba itu. Kemudian saya tahu kalau teman-teman saya yang dari luar kota banyak yang ikut, akhirnya saya ikut. Nah, saya tahu kalau kualitas gambar teman-teman saya lebih keren- keren, jika saya kejar itu pastinya tidak mungkin. Selain itu, juga membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengejar mereka, saya perlu membuat strategi, saya harus menyiapkan argumen yang menguatkan style saya dan argumen yang melemahkan style mereka. Jadi itulah pentingnya strategi.Shintiya