Judul Buku    : Membayangkan Ibukota Jakarta di Bawah Soekarno
Pengarang    : Farabi Fakih
Tahun Terbit    : 2005
Kota Penerbit    : Jogjakarta
Nama Penebit    : Ombak

Buku “Membayangkan Ibukota Jakarta di Bawah Soekarno” diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan tentang  pembangunan Soekarno mempengaruhi kota dan bagaimana orang Jakarta melihat permasalahan tersebut, sehingga mungkin dapat memberikan pandangan-pandangan baru akan identitas Jakarta.  Jakarta yang dulunya bernama Batavia, ibukota Hindia Belanda, mencatatkan berbagai peristiwa pada masa kolonial. Batavia yang kini telah menjadi Jakarta, sisa-sisa kekuasaannya pun harus pergi dari wajah Jakarta. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia pertama berusaha menghapuskan sisa-sisa kolonial tersebut. Usaha-usaha Soekarno untuk Jakarta inilah yang ingin diceritakan dalam buku ini. Buku ini lebih menekankan pada pembangunan wajah Kota Jakarta dan fungsi kota Jakarta dari masa ke masa terutama saat pemerintahan Soekarno. Buku ini juga menceritakan bahwa Batavia, ibukota Hindia Belanda, merupakan embrio Jakarta masa kini. Sejak berdirinya, Hindia Belanda yang merupakan wilayah jajahan Belanda, terjadi peningkatan jumlah penduduk Eropa di dalamnya. Orang-orang Eropa yang menetap di Hindia Belanda semakin meningkat terutama di Batavia, sehingga terdapat kebutuhan untuk dapat tinggal dengan gaya kehidupan yang biasa dialami di Eropa.
Menurut buku ini struktur dari Jakarta  haruslah Weberian, karena pandangan yang mengubah bentuk dari Jakarta itu sendiri terletak pada birokrasi dari negara. Walau begitu orang juga bisa mengatakan bahwa ia bersifat kultural, karena ia berasal dari pusat kekuasaan, dari presiden sendiri, yaitu Presiden Soekarno, sehingga bersifat Jawa.
Bab kedua dari buku ini membahas pandangan Soekarno secara khusus. Terdapat bahasan tentang perkembangan-perkembangan politis yang terjadi sebelum dan semasa demokrasi terpimpin dan mengapa berjalan seperti itu. Soekarno memiliki keyakinan bahwa Indonesia harus berperan menjadi bagian penting dunia.  Berbagai usaha dilakukan untuk membuktikan hal itu agar Indonesia dapat dipamerkan dalam forum dunia, seperti saat Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Buku ini menganggap demokrasi terpimpin adalah titik puncak demokrasi anti-Belanda yang muncul dari bagian tradisional masyarakat kita dan sedikit demi sedikit mengalahkan golongan Eropa yang merupakan kelanjutan dari Hindia Belanda. Dalam demokrasi terpimpin, Jakarta memperlihatkan semacam halusinasi kekuasaan akibat dari ketidakjelasan struktur kekuasaan
Bab ketiga membahas mengenai pemerintahan Kota Jakarta. Di bagian pertama akan membahas pemerintahan sebelum demokrasi terpimpin dan bagian kedua akan membahas mengenai pemerintahan kota di bawah demokrasi terpimpin yang pada saat itu Jakarta dipimpin dua gubernur, yaitu Soemarno Sastroatmodjo dan Henk Ngantung.
Bab keempat, pembaca disuguhkan  Kota Jakarta sebelum kemerdekaan. Pembahasan ini akan memberikan perspektif yang lebih jelas akan perubahan dari kota itu sendiri. Dari sebuah kota yang dibangun untuk kulit putih dan berjalan hampir seefisien kota-kota Eropa yang dinamis. Tetapi juga khususnya pada diskursus utama yang dibahas dalam ranah ilmu perkotaan zaman tersebut. Dalam buku ini kita akan melihat bagaimana tendensi rasionalitas dan keilmiahan orang Eropa di Indonesia yang juga memiliki warna rasis yang kental.
Bab kelima merupakan kelanjutan dari bab keempat, di sini akan dilihat bagaimana falsafah Soekarno dalam demokrasi terpimpin digunakan untuk mendekolonisasi Jakarta. Pandangan yang rasional tetapi rasis diganti dengan sebuah pandangan yang sebagian besar antirasional dan ultranasional. Pembangunan-pembangunan Kota Jakarta akah dibahas, sehingga akan terlihat dengan lebih jelas apa tujuan-tujuan Soekarno dan apa arti dari demokrasi terpimpin bagi Kota Jakarta.
Penulis buku dapat menggambarkan dengan baik sejarah perjalanan Jakarta saat masih menjadi Batavia hingga berada di tangan Soekarno. Penulis menyajikan sejarah Kota Jakarta yang cukup komprehensif. Dia berhasil menceritakan dengan detail setiap peristiwa yang mewarnai perjalanan Kota Jakarta.
Penulisan Farabi yang disertai fakta-fakta juga membantu pembaca dengan mudah memahami isi buku. Fakta-fakta tersebut tersaji melalui foto-foto pembangunan Jakarta dan peta pembangunan Jakarta di masa lalu. Setelah membaca buku “Membayangkan Ibukota Jakarta di Bawah Soekarno”. Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari, niat dan keinginan untuk membangun, baik itu oleh pemerintah, investor, atau pengembang sangat perlu dan penting untuk diapresiasi. Jika kembali kepada nilai-nilai luhur, perencanaan dan pembangunan yang dilakukan selama ini tentu saja dengan tujuan membangun negeri, meningkatkan ekonomi, dan menyejahterakan masyarakat.
Penulis adalah mahasiswa S-1 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang