PIOS-MABA-2017-Pekan-Ilmiah-Olahraga-dan-Seni-Mahasiswa-Baru-10-November-2017-Lapangan-Grarek-UM-53

Setiap orang pasti mempunyai impian untuk meraih prestasi. Semangat inilah yang wajib ditanamkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus. Tentunya bukan hanya prestasi akademik, melainkan juga  nonakademik.
Prestasi yang diperoleh tentu dapat mengangkat citra institusi dan menjadi daya tawar bagi masyarakat. Sehubungan dengan itu, Universitas Negeri Malang (UM) senantiasa berupaya  meningkatkan prestasi seluruh sivitas akademikanya. Salah satunya melalui Pekan Ilmiah, Olahraga, dan Seni Mahasiswa Baru (PIOS Maba) yang diselenggarakan mulai Jumat (10/11) hingga Senin (20/11). Rektor UM Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin menekankan bahwa UM sedang haus prestasi. “Silakan Saudara raih prestasi setinggi mungkin, kita memang masih harus bekerja keras untuk meraih banyak prestasi di tingkat nasional dan internasional,” pesannya pada pembukaan PIOS Maba (10/11). Beliau mewanti-wanti para pembimbing supaya mengantarkan mahasiswa dalam menorehkan prestasi.

Paket Utuh Pengembangan Jati Diri Mahasiswa
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed. mengutarakan alasan digelarnya pekan olahraga, seni, dan ilmiah sekaligus. “Jika kita fokus pada seni, maka hanya mahasiswa dari prodi tertentu yang bisa menunjukkan prestasinya, begitu juga dengan olahraga,” urai Syamsul saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (30/11). Beliau menekankan bahwa UM harus memberikan kesempatan pada mahasiswa dari seluruh prodi yang memiliki potensi berprestasi.
Di lain sisi, ada hal yang lebih penting dari sekadar mengakomodasi bakat dan minat para Laskar Dewantara Muda. “Di ranah pengembangan kemahasiswaan, ada tiga hal yang menjadi fokus, yakni pengembangan pengetahuan yang bisa dipersempit pada ranah akademik, kedua skill, keterampilan yang bentuknya paling mudah diejawentahkan dalam kegiatan olahraga, dan yang terakhir sikap, yang melingkupi perilaku, budaya tentang keindahan, berkesenian. Nah, PIOS Maba ini merupakan kegiatan yang menyatukan tiga ranah, 3-in-1 lah istilahnya,” papar pria kelahiran 22 Agustus 1961 ini. Kegiatan itu diharapkan dapat menjadi pemanasan bagi para maba dalam mempersiapkan ketiga elemen yang harus dikembangkan selama berkuliah. “PIOS Maba merupakan paket utuh kegiatan pengembangan potensi mahasiswa,” tandasnya.
Berprestasi, Haruskah Terwadahi UKM?
Mahasiswa UM dengan berbagai ragam kemampuan, minat, dan bakatnya, tentu tidak semuanya dapat diwadahi secara formal dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Berdasarkan pantauan Komunikasi, ada berbagai komunitas yang terbentuk di lingkup UM atas dasar kesamaan minat atau hobi. Sebagai contoh Badminton Federation (Badfed) yang berdiri karena kesamaan minat dalam bulutangkis, komunitas Teknimator di Fakultas Teknik  mewadahi mahasiswa yang tertarik dalam bidang animasi, Valiant yang menekuni bidang debat bahasa Inggris, ataupun Owl Club di Fakultas MIPA yang berkecimpung dalam bidang astronomi.
Dari berbagai komunitas tersebut, Syamsul menyatakan bahwa beberapa di antaranya menginginkan untuk diresmikan menjadi UKM. Namun, ia memiliki pandangan lain. “UKM hanya wadah, yang diutamakan adalah bagaimana berprestasinya,” kata dosen Jurusan Teknik Mesin ini. Tambah Syamsul, UM mendukung penuh mahasiswa baik secara individu, kelompok, maupun yang tergabung dalam UKM yang mau berprestasi. “Contohnya adalah Valiant. Mereka komunitas, bukan UKM, tapi ketika mereka mengutarakan, ‘Pak, saya mau lomba,’ saya tanya kamu mahasiswa UM, mau berprestasi? Ya kami fasilitasi,” terangnya. UKM, menurut WR III, hanya salah satu wadah untuk berprestasi. Ter–bukti, mahasiswa yang tergabung dalam komunitas non-UKM pun dapat berprestasi. “Tugas UM memfasilitasi mahasiswa (yang ingin berprestasi, red.), terlepas dari tergabung atau tidak dalam UKM,” jelas dosen yang menamatkan pendidikan doktoralnya di UM ini.
Sinergi Buahkan Prestasi
WR III tak menampik bahwa UM punya keterbatasan sumber daya untuk mengem–bangkan keseluruhan potensi mahasiswa. Secara tidak langsung, UM membutuhkan sinergi dari pihak luar. “Contoh di UKM pendekar, beberapa di antara mereka memiliki pelatih yang bekerja sama dari luar,” ujarnya. Syamsul bahkan mengapresiasi mahasiswa UM yang mendapatkan pem–binaan dari luar, misalnya mahasiswa yang juga sebagai atlet mewakili provinsi. “Maha–siswa bagian dari masyarakat, sehingga mereka juga berhak mewakili masyarakat,” tambahnya.
Syamsul memberikan contoh yang lain. “Anak-anak yang memiliki keahlian sebagai qori’ di UM banyak yang berprestasi, diambil (untuk dibina di) LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawah Quran, red.) Jawa Timur. Silakan karena dia warga Jawa Timur, justru itu kesempatan untuk mengembangkan diri,” ujarnya. Sinergi tersebut sangat meng–untungkan bagi mahasiswa. “Yang jelas, manfaat prestasi yang diperoleh kembali ke mahasiswa itu sendiri,” kata peraih Master of Education dari Deakin University, Australia ini.
UM Menuju Kancah Internasional
Syamsul mengutarakan bahwa tercapainya banyak prestasi sangat mendukung visi UM sebagai perguruan tinggi yang unggul dan menjadi rujukan. “Salah satu program strategis Rektor UM ialah nasionalisasi dan internasionalisasi kegiatan-kegiatan di UM,” katanya. Setidaknya, ada satu event Kemristekdikti yang diselenggarakan UM selama setahun. “Seperti kemarin, tenaga kita sudah banyak tercurah untuk MTQ Mahasiswa Nasional di tahun 2017 yang dinilai sangat berhasil penyelenggaraannya,” tuturnya.
Bak gayung bersambut, prestasi tim Valiant UM di National University Debate Competition (NUDC) 2017 mengundang minat Kepala Subdirektorat Penalaran dan Kreativitas Kemristekdikti, Dr. Widyo Winarso, M.Pd. untuk menyelenggarakan NUDC 2018 di UM. “Namun baru sebatas komunikasi saat bertemu di Makassar (Pimnas ke-30, red.), kebetulan ada Pak Rektor dan beliau setuju dan saat ini diperkuat dengan komunikasi melalui WhatsApp,” ceritanya.
Perlu diketahui, pada event NUDC yang diselenggarakan di Universitas PGRI Semarang (3-8/9) tersebut, Eka Larasati Oktaviani menyabet juara 1 pada kategori lomba Essay Writing Competition, serta Feri Kurniawan bersama Lisa Ramadhani Harianti memperoleh gelar 1st runner up pada kategori Main Draw. Dalam waktu dekat, mereka akan menuju Malaysia dalam rangka menyiapkan diri menuju World University Debate Championship (WUDC).
Selain NUDC, gelora nasionalisasi dan internasionalisasi UM juga diperkuat dengan adanya kerja sama dengan Goethe-Institut Jerman yang akan menyelenggarakan pelatihan konduktor berlevel internasional di UM. Pelatihan yang berlangsung antara bulan April dan Mei 2018 tersebut ditujukan bagi konduktor seluruh Indonesia yang telah diseleksi.
Kerja sama dengan Goethe-Institut ter–sebut berawal dari mahasiswa. “Anak-anak PSM (Paduan Suara Mahasiswa Suara Satata Çakti, red.) yang awalnya berdialog dengan mereka (Goethe, red.),” cerita Syamsul. Ia mengapresiasi PSM SSÇ yang sudah mampu membangun jaringan bagi pengembangan prestasi. “Saya tidak tahu persis awalnya, mungkin juga ketika PSM tampil di ITB juga diamati aktivitasnya,” aku WR III. Lalu, tim Goethe melakukan visitasi ke UM dan beberapa perguruan tinggi lain. “Terakhir, sudah dalam proses, sudah ada draf kontraknya untuk ditandatangani Pak Rektor dan pihak Goethe,” ujarnya optimis.
Selain kedua agenda tersebut, tahun 2018 diagendakan lima belas konferensi internasional yang diselenggarakan di UM. “Didukung dengan publikasi-publikasi internasional,” tambah Syamsul.
Menanti 2018 dengan Program Prioritas
Tingginya prestasi yang diperoleh UM tahun ini membuat kampus merencanakan sebuah program untuk mahasiswa berprestasi. Syamsul mengatakan bahwa pihaknya sedang merencanakan apresiasi bagi mahasiswa yang berprestasi di kompetisi nasional atau internasional. “Saat ini SK-nya sedang diproses. Apresiasi itu juga berlaku untuk pembimbing,” ujarnya.
Disinggung tentang program prioritas di tahun mendatang, ia mengatakan akan berfokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). “UM masih berada pada peringkat 7 hingga 12 dalam Pimnas, itu yang harus kita tingkatkan,” kata dosen yang juga mengajar di S-2 dan S-3 Pendidikan Kejuruan ini. “Tahun 2017 UM sudah membawa satu medali emas dan dua medali perak, sebuah pencapaian yang cukup bagus,” tutur Syamsul.
Menurut WR III, saat ini PKM cukup ‘membumi’ di UM. “Tetap perlu didorong minat mahasiswa, karena dalam dua tahun terakhir semangat menulis mahasiswa mulai tumbuh,” harapnya. Ia juga mengapresiasi jajaran struktural UM yang sudah peduli dengan peningkatan kualitas karya ilmiah mahasiswa. “Para dekan sudah sangat concern dengan PKM, para ketua jurusan juga demikian, ini perkembangan yang bagus,” ucap pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) UM ini.
Selain peringkat di Pimnas, pihaknya juga berusaha menggenjot angka pemeringkatan kemahasiswaan secara nasional. “Saat ini (2017, red.) kegiatan kemahasiswaan berada pada peringkat 12, memang masih di atas peringkat UM secara keseluruhan (peringkat 14 nasional, red.), setidaknya tahun depan meningkat karena prestasi kita juga meningkat,” harapnya.
Ia juga akan menggarap lebih lanjut pengembangan prestasi yang berhubungan dengan teknologi. “Selama ini, UM belum bicara banyak tentang kompetisi-kompetisi di bidang teknologi seperti robot, mobil hemat energi, muatan roket, atau robot terbang, padahal dari segi pendanaan UM sudah sangat support,” kata Syamsul.
Alumni UM ‘Pulang’ ke Kampus
Salah satu program yang menjadi prioritas di bidang kemahasiswaan adalah penguatan kontribusi alumni. “Peran alumni terhadap pengembangan UM masih sangat jauh dari harapan dibanding perguruan tinggi lain,” katanya. Pihaknya sudah mengawali program tersebut dengan mengadakan rapat dengan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni untuk mengoordinasikan hal tersebut. “Kontribusi yang dimaksud tentunya dalam arti luas,” ujarnya mengawali pemaparan.
Sejumlah perguruan tinggi lain telah memiliki jaringan alumni yang kuat. “Ketika alumni baru, adik-adiknya masuk ke pasar kerja, kakak-kakaknya ini memiliki peran yang tinggi dalam membawa adik-adiknya dalam memiliki kesempatan untuk berkarier di tempat mereka,” ujar WR III. Hal semacam itu merupakan bentuk kontribusi, yakni memperpendek waktu tunggu lulusan baru UM dalam persaingan di dunia kerja. “Kontribusi dalam bentuk lain misalnya mempromosikan UM karena tidak dipungkiri bahwa banyak alumni kita yang sukses,” papar Syamsul.
UM memiliki modal yang bagus dalam upaya ‘mengembalikan’ alumni ke kampus. “Sebenarnya IKA UM sudah punya 30-32 korwil di seluruh Indonesia, bahkan beberapa saat lalu terbentuk IKA UM chapter Thailand untuk mewadahi alumni S-2, S-3, dan kursus bahasa yang mengajar di sana,” ujarnya.
Ada beberapa program lagi yang akan digandengkan dengan alumni. “Alumni jadi guru ingin meng-upgrade model pembelajaran, bisa kembali ke UM, mengikuti seminar atau kursus dalam jangka waktu tertentu,” kata Syamsul. Pengembangan kurikulum juga merupakan hal yang bisa didapat dari ‘kembali’-nya alumni ke kampus. “Sebagai contoh mereka lulusan Teknik dan MIPA yang sudah bekerja di industri, bisa kita gandeng untuk menyempurnakan kurikulum yang sudah ada,” tambahnya.
Upaya MPIKA Fasilitasi Mahasiswa
Kepala Subbagian Minat, Penalaran, Informasi Kemahasiswaan dan Alumni (MPIKA) UM, Ifa Nursanti, S.A.P. merinci  target prestasi pada 2018 mendatang. “Di bidang seni, kami sedang berupaya melakukan pembinaan untuk menghadapi Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional, red.) dan Peksiminal (Pekan Seni Mahasiswa Regional, red.),” ujarnya saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (30/11). Target yang tak kalah penting yakni pembinaan PKM Artikel Ilmiah dan PKM Gagasan Tertulis.
Kemahasiswaan, khususnya MPIKA ber–usaha selalu memfasilitasi para maha–siswa. “Namun, perlu diingat, dana yang diajukan juga harus sesuai peraturan,” tam–bahnya. Selain keperluan administratif, Ke–mahasiswaan juga melayani pembinaan mahasiswa dalam bentuk pemberian in–formasi, jadwal, dan sosialisasi. “Selain UKM, pembinaan juga dibantu oleh fakultas, meski secara keseluruhan menginduk pada universitas,” kata wanita berkacamata ini.
Sebenarnya, masih banyak paguyuban atau kelompok mahasiswa tertentu yang mendaftar jadi UKM, misalnya Paguyuban Duta Kampus (Paduka). “Namun, hal terse–but (urgensinya, red.) masih perlu dikaji terlebih dahulu,” ujar Ifa.
Keinginan Mahasiswa
Ajang PIOS Maba telah melahirkan juara. Salah satunya Monica Olisya Rahayu. Mahasiswi Fakultas Sastra (FS) ini berhasil menjuarai PIOS Maba bidang lomba seni tarik suara kategori Pop Putri. “Saya menjalani audisi dari tingkat fakultas, dosen-dosen banyak memberikan masukan,” ujar mahasiswi yang sedang S-1 Pendidikan Seni Tari dan Musik ini. Sebelum mengikuti PIOS, mahasiswi yang sudah sering menjuarai perlombaan menyanyi  ini berlatih secara rutin. Bagi Monica, ia sangat senang dengan adanya PIOS, karena minatnya terwadahi. Ia mengharapkan agar pelaksanaan PIOS Maba lebih baik dari tahun ini, utamanya dari segi teknis seperti ketepatan waktu dan akomodasi peserta.
Fauziyah Wafirina Ardhana Reswa Anindhita, mahasiswi S-1 Pendidikan Guru PAUD yang berhasil mencetak tujuh gol sepanjang perlombaan Futsal Putri pada PIOS Maba tersebut menceritakan pengalamannya saat mengikuti pembinaan intensif. “Seminggu latihan tiga kali, selama hampir dua bulan sebelum pelaksanaan PIOS,” ujarnya saat ditemui seusai kuliah. Dalam pelaksanaan latihan, FIP menggaet pelatih yang merupa–kan mahasiswa senior. “Setelah PIOS ini, saya ingin ikut UKM UASB (Unit Aktivitas Sepak Bola, red.), karena nantinya bisa nambah pengalaman dan prestasi yang akan mempermudah saya mengajukan beasiswa,” urai mahasiswi asal Pacitan ini. Secara khusus, mahasiswi yang akrab disapa Anin ini menginginkan pengembangan futsal di UM lebih intensif. Tidak tanggung-tanggung, tim Anin berhasil menjadi runner up pada Futsal Putri PIOS Maba 2017. Tentu, bibit unggul semacam Monica dan Anin ini  layak mendapat perhatian dari universitas.
Tidak hanya maba, mahasiswa yang sudah berkecimpung di UKM pun turut berkomentar. Iga Melati Yusintha, Ketua umum PSM SSÇ, menilai bahwa sebenarnya pihak kampus telah berupaya memberikan dukungan, termasuk tempat latihan meski menumpang di Gedung A2. Dengan du–kungan pihak kampus, pihaknya sering menyabet prestasi dari berbagai kompetisi paduan suara, seperti perolehan Gold Medal kategori Mix Choir Brawijaya Choir Festival 2017. “Harapannya terkait fasilitas yaitu tempat latihan, dipermudah dalam urusan birokrasi, dan peminjaman bus UM,” ujarnya. Secara khusus, ia juga berharap terhadap keamanan di sekitar UKM menyusul maraknya aksi pencurian motor di UM.
Berlian Putri Pratiwi dari UKM Mahasiswa Pecinta Alam Jonggring Salaka memiliki cerita yang berbeda. “Dana merupakan hal yang memberatkan bagi UKM,” kata Berlian. Ia percaya, di setiap UKM pasti ada mahasiswa yang berpotensi untuk berprestasi dan membutuhkan bimbingan lebih. “Dari UM ada dosen yang bersedia sebagai pembina dan pembimbing,” katanya. Untuk pelatih, pihaknya menggandeng alumni UKM yang sudah menjadi anggota Federasi Arung Jeram Indonesia. “Ada dua orang yang menjadi atlet PON, Aprilia Ema Wardhani dan Siti Alwiya Rabrusun,” beber Berlian.
Lain hal, Ketua HMJ Sastra Jerman, Eko Hartanto berharap bahwa kampus lebih intensif melakukan pembimbingan PKM, terutama di tingkat fakultas. “Sebenarnya pihak kampus sudah memfasilitasi mahasiswa dengan baik untuk pengembangan prestasi maupun pemantauan kegiatan ormawa,” kata mahasiswa asli Banyuwangi ini. Senada dengan Eko, Wensday Yulia Luthfilah dari UKM Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (IPRI) berharap bahwa kampus harus lebih jeli dalam memperhatikan mahasiswa yang memiliki potensi. “Tidak hanya memberi fasilitas, tetapi harus lebih aktif dikontrol,” ujar Wensday.
Terakhir ialah Mutiara Ayuningtias. Maha–siswi S-1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang baru saja mendapat juara dua lomba Southeast Asian Wrestling Championships 2017 di Vietnam pada Minggu-Selasa, (26-28/11) ini mengutarakan bahwa sudah selayaknya UM memberikan faslitas berlatih kepada mahasiswa di berbagai jenis olahraga. “Lalu persetujuan pembentukan UKM juga agar dipermudah,” harap mahasiswi yang diterima di UM lewat jalur SNMPTN tersebut.Arvendo/Fanisha