universitas Negeri Malang (UM) senantiasa berupaya untuk menerapkan visinya, yakni menjadi perguruan tinggi unggul dan menjadi rujukan dalam penyelenggaaraan tridarma perguruan tinggi. Dalam upaya mewujudkan tercapainya visi tersebut, kampus yang menahbiskan diri sebagai The Learning University ini memiliki segudang program dan terobosan baru yang dapat diterapkan di semua lini dalam kehidupan kampus. Salah satunya dalam bidang Kemahasiswaan, ada sebuah inovasi berupa kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing antar-organisasi kemahasiswaan (ormawa) dalam bentuk awarding night. Acara award tersebut dinamakan Ormawa of The Year.

FIS
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UM, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed. menjelaskan bahwa tercetusnya UM untuk mengadakan Ormawa of The Year berawal dari beberapa ide yang ia dapatkan, terutama saat mempelajari manajemen lembaga. “Salah satunya adalah quality assurance (penjaminan mutu, red.), organisasi atau bahkan individu dalam sebuah instansi dikatakan bermutu apabila hari ini lebih baik dari kemarin,” ujar Syamsul saat ditemui Komunikasi di ruang kerjanya, Graha Rektorat lantai 8 pada Kamis (24/5). Nah, pihaknya kemudian mengerucutkan gagasan tersebut ke pemikiran ‘bagaimana untuk mendorong semua unsur di UM —termasuk di dalamnya ormawa, makin hari makin baik’. “Dengan dasar itu, kemudian kami diskusikan dengan teman-teman di bidang Kemahasiswaan (dan didapat kesimpulan, red.) bahwa kegiatan kemahasiswaan itu harus bersifat komprehensif dan terbagi menjadi tiga fase,” sambung WR III.

Tiga Fase Awali Lahirnya Ormawa of The Year
Syamsul menjelaskan bahwa fase-fase tersebut diawali dari tahap pertama, yakni rekrutmen. Rekrutmen tersebut bertujuan menjaring mahasiswa yang aktif dalam kegiatan, baik itu dalam ormawa maupun keikutsertaan lomba-lomba. “Di sana mahasiswa yang potensial kami upayakan harus terwadahi dalam aktivitas-aktivitas yang mendukung mereka, karena itu anak-anak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa, red.) kita fasilitasi untuk sosialisasi dan promosi ketika PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru, red.) dalam bentuk video profil dan tampilan secara langsung,” papar dosen Fakultas Teknik ini. Selain ormawa, keikutsertaan dalam lomba-lomba juga diawali proses seleksi dari tingkat kampus. “Termasuk PKM (Program Kreativitas Mahasiswa, red.) juga diseleksi secara bertahap mulai dari fakultas hingga di UM secara keseluruhan,” tambah WR III.
Tak kalah penting, pada fase kedua yang berupa pendampingan dan pembimbingan bagi mereka yang aktif berorganisasi dan mengikuti kompetisi. “Kami memberikan pendampingan salah satunya dalam bentuk motivasi untuk anak-anak, supaya dapat memunculkan kemampuan terbaiknya,” katanya. Setelah diberi pendampingan, beranjak ke langkah ketiga, yakni pengakuan. Syamsul menjelaskan bahwa pengakuan tersebut salah satunya dalam bentuk apresiasi terhadap kelompok mahasiswa, baik yang tergabung dalam ormawa maupun yang rajin memenangi kompetisi dan sudah menunjukkan performa terbaik mereka. “Khusus untuk ormawa, apa yang bisa dilakukan untuk mengapresiasi sehingga kemudian lahirlah acara awarding night yang dinamai Ormawa of The Year ini,” urai lulusan Master of Education dari Deakin University Australia ini. Pemilihan nama tersebut, tak lepas dari upaya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa. “Pemilihan nama (untuk agenda awarding tersebut, red.) juga harus zaman now, harus kekinian, karena sasarannya anak muda,” terang Syamsul.

Pemeringkatan Tentukan Apresiasi dan Sanksi
WR III mengatakan bahwa kegiatan Ormawa of The Year sebenarnya memiliki sebuah misi yang mulia dan besar. “Misi besarnya adalah bagaimana mahasiswa, khususnya ormawa di UM bisa berlomba-lomba dalam kebaikan,” urainya. Jika ormawanya bagus, Syamsul melanjutkan, UM akan mendapat nama baik pula di kalangan perguruan tinggi. “Tidak kalah penting adalah pengalaman belajar mahasiswa, jadi dia belajar dalam wadah yang bermutu, bukan dari wadah yang dari tahun ke tahun seperti itu saja, stagnan,” ujar dosen yang mengajar di Prodi S-1 Pendidikan Teknik Mesin ini.
Perlu diketahui bahwa hasil dari Ormawa of The Year akan dijadikan pemeringkatan ormawa, khususnya UKM. “Dari situ, akan  kita cari (melalui award tersebut, red.) tahun ini siapa yang terbaik, kita buat pemeringkatan,” tandas Syamsul. Pemeringkatan ormawa ini bukanlah hal yang asing di kalangan perguruan tinggi, karena menurut keterangan WR III, pada perguruan tinggi lain diterapkan penilaian yang disebut dengan “akreditasi ormawa”. Saya pikir, kok (istilah akreditasi ormawa, red.) itu menakutkan banget, anak-anak janganlah kalau diberi istilah-istilah yang seperti itu,” terangnya.
Apresiasi, menurut WR III, pihaknya tidak main-main dalam memberikannya. Memang, dari tahun lalu saja, juara 1 per kategori mendapat dana pembinaan sejumlah Rp3 juta untuk juara 1, Rp2 juta untuk juara 2, dan Rp1 juta untuk juara 3. Namun, ketika disinggung tentang sanksi, WR III mengaku belum akan menerapkan pada tahun ini. “Jika kita mau berpikir dengan hitam putih, orang itu ada yang baik dan buruk, begitu pula organisasi. Banyak hal yang bisa dilakukan, paling tidak ada tiga, yakni menghukum yang tidak berprestasi, mengapresiasi yang berprestasi, atau melakukan kedua-duanya. Kita tidak berbicara sanksi dulu lah,” urai pria asli Malang tersebut.
Sehubungan dengan itu, bukan berarti pihaknya tidak menerapkan punishment sama sekali terhadap mereka yang dianggap ‘kurang berprestasi’. “Kami sudah memberi warning-warning pada seluruh ormawa bahwa yang berturut-turut selama tiga tahun berada di posisi lima terbawah, khususnya UKM, yang paling ekstrem adalah kita ganti, kita hapus, karena dianggap sudah tidak produktif,” terang WR III. Hal tersebut terpaksa dilakukan mengingat antrean dari banyak komunitas dan kelompok mahasiswa di UM dengan berbagai minat dan kegiatan yang mengajukan proposal untuk menjadi UKM sangat banyak. “Kecuali HMJ, BEM, kan tidak mungkin dibubarkan, tapi bisa saja sanksinya tidak diikutkan di Ormawa of The Year pada tahun depan,” tegas Syamsul.
WR III menjelaskan bahwa Ormawa of The Year ini penting untuk diperhatikan oleh ormawa. Ia menekankan bahwa keberadaan ormawa harus memberikan dampak positif bagi mahasiswa lainnya. “Jangan ada tapi seperti tidak ada, apalagi tidak memberi manfaat bagi siapapun,” ujarnya. Fungsi vital ormawa sebagai penggerak utama para mahasiswa untuk melakukan kebaikan harus digalakkan. “Kenapa tidak, kita memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjadi lebih baik,” lanjut dosen kelahiran 57 tahun lalu ini. Instrumen yang dilombakan, lanjut Syamsul, sudah jelas dan sangat transparan. Memang, seluruh instrumen yang dilombakan dapat diunduh secara langsung dari situs resmi Kemahasiswaan UM (kemahasiswaan.um.ac.id).

Soroti Pemanfaatan Teknologi Informasi
Poin penting lain yang menjadi sorotan WR III ialah tentang pemanfaatan teknologi informasi di kalangan ormawa. “Seberapa update data mereka, seberapa update website dan media sosial mereka, bisa dicek, tidak sedikit ormawa yang website-nya jarang terisi,” ujarnya mengungkapkan keprihatinan. Padahal pihaknya juga tidak kurang dalam memberikan pelatihan pengelolaan website bagi ormawa beberapa waktu lalu, meskipun memang tidak semua ormawa yang mengikuti (hanya ormawa tingkat universitas saja). “Daripada menyebarkan informasi lewat selebaran, lebih baik via website dan media sosial. Memang tidak dilarang, tapi akan lebih efektif jika melalui media-media itu, biayanya juga sangat murah,” kata Syamsul. Harusnya, lanjut WR III, mahasiswa zaman now lebih cekatan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk membesarkan organisasi mereka. “Jangan hanya berpikir tingkat UM, tapi juga harus berpikir, bagaimana UM dan ormawanya ini bisa dikenal dunia?” tambah dosen yang sudah mengabdi di UM sejak 1987 itu. Oleh karena itu, pihaknya berupaya menggencarkan website ormawa dengan mengadakan salah satu kategori dalam penilaian dalam Ormawa of The Year, yakni kategori pengelolaan website.
Ia menyebutkan bahwa di UM terdapat setidaknya 85 ormawa. “Katakanlah per minggu mereka update satu berita baru, dalam sebulan sudah ada 340 berita baru dari UM. Satu tahun sudah berapa? Bagaimana nama UM akan bertambah di mesin pencari Google?” terangnya. Ia berharap agar ormawa juga berperan aktif dalam meningkatkan nama UM, sekaligus membesarkan nama organisasinya sendiri. “Tunjukkan bahwa mahasiswa UM dapat memberi warna pada dunia, dengan cara apa? Ya diisi website-nya, karena memang kami akui mengelola website dan media sosial itu tidak hanya sekadar bikin lalu selesai, tapi bagaimana ngopeni-nya dengan mengisi konten secara rutin,” harap WR III.
Terakhir, WR III berharap agar para anggota ormawa menjadikan Ormawa of The Year ini sebagai benchmark untuk evaluasi diri. “Posisi saya dibanding ormawa yang lain di UM itu di mana, ya? Para pengurus ormawa harus mampu menengok yang lalu untuk memperbaiki masa depan,” katanya. Berkaca pada pengalaman, kekhawatiran WR III ialah banyak pengurus ormawa yang tahun ini tidak melihat di tahun lalu, sehingga tidak bisa menjadikan dasar sebagai upaya perbaikan ke depan. “Bukan hanya sekadar mengharapkan penghargaan, namun yang terpenting adalah partisipasi aktif untuk memajukan UM lebih baik,” tutup dosen yang memiliki hobi bersepeda ini.

Perampingan Kategori Penilaian
Setelah sukses dengan enam kategori pada pelaksanaan Ormawa of The Year 2017, pada tahun ini dirampingkan menjadi lima kategori penilaian, yakni kebersihan lingkungan, tertib administrasi, menjalin kerja sama. pengelolaan website, serta prestasi dan kreativitas. Selain terdapat juara per kategori, kelima kategori tersebut juga diakumulasi untuk mendapatkan juara umum. “Sistem penilaian sudah ditetapkan oleh dewan juri dan akan dilaksanakan dalam rentang Juni hingga September,” tegas Kasubag Minat, Penalaran, Informasi Kemahasiswaan, dan Alumni (MPIKA), Ifa Nursanti, S.A.P. Penilaian setiap ormawa dimulai 1 Juni dan diumumkan Oktober mendatang. “Dewan juri terdiri dari satu dosen dari setiap fakultas dan perwakilan mahasiswa yang ditunjuk,” lanjut Ifa.
Ormawa of the Year 2018 memiliki salah satu perbedaan yang mencolok dari tahun sebelumnya. Di tahun ini cukup lima kategori penilaian yang sebelumnya ada enam. Menurut Kasubag MPIKA, ada alasan mendasar yang mendasari perampingan kategori tersebut. “Saat ini kategori penilaian dijadikan lima, untuk kategori prestasi dan kreativitas dijadikan satu karena setiap ormawa wajib memiliki keduanya,” tutur Ifa.
“Tujuan dari ajang tahunan ini untuk melihat dan memonitoring aktivitas ormawa, mereka juga sebagai tanggung jawab kami (MPIKA, red.) salah satunya dilihat dari ketertiban administrasi,” ungkap Ifa. Di balik sanksi yang berlaku, doorprize yang akan didapat sangat menggiurkan. Juara umum mendapat dana pembinaan senilai Rp5.000.000,00, trofi, dan sertifikat. “Selain itu, juga terdapat juara satu, dua, dan tiga per kategori yang masing-masing mendapat trofi dan sertifikat serta dana pembinaan tiga dua dan satu juta,” kata perempuan berkacamata ini.

Berbagai Persiapan Ormawa, Masih Perlu Pendampingan Kemahasiswaan
Sebagaimana dilansir dari website resminya, Ketua Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formadiksi), Ade Setyawan, menyatakan bahwa dalam periode 2018 ini, Formadiksi UM telah membuat sejumlah rentetan rencana strategis dengan salah satu rencananya ialah pengelolaan organisasi mengikuti standar penilaian Ormawa of The Year. “Dalam mengembangkan Formadiksi UM, kami mengacu pada (standar) Ormawa of The Year, seperti pengelolaan website dan administrasi persuratan, sehingga jika terdapat kebijakan pengelolaan organisasi yang harus sesuai (penilaian) Ormawa of The Year, Formadiksi UM sudah siap,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Formadiksi yang sudah sangat siap dengan program-programnya, UKM Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) memiliki permasalahan yang cukup vital. KMHD masih belum memiliki website berdomain ukm.um.ac.id. Terbukti ketika Komunikasi mencoba mengecek URL dengan alamat http://kmhd.ukm.um.ac.id tidak tersedia. BEM Fakultas Teknik (FT) UM memiliki cerita tersendiri. “Berkaca dari tahun lalu, kita tidak masuk nominasi sama sekali, kami sudah menyiapkan (partisipasi Ormawa of The Year, red.) sejak awal kepengurusan,” kata Nur Sita Yunia R., Sekretaris Umum BEM FT UM 2018. Mahasiswi Pendidikan Teknik Informatika ini juga menambahkan bahwa yang ditekankan oleh pihaknya dalam Ormawa of The Year tahun ini ialah kebersihan, pengelolaan website, dan administrasi. “Kami juga berusaha memperketat lagi kebersihan di sekitar area kerja kita mulai sekretariat, aula, dan tangga hingga ke bawah,” ujar mahasiswi yang akrab disapa Sita ini. Persoalan administrasi juga menjadi kendala utama pihaknya belum memperoleh nominasi di tahun kemarin. “Soalnya kan itu dinilai dari satu tahun, karena tahun kemarin kita nggak ada arsip, jadi yang ada cuma awal dari kepengurusan kita,” papar mahasiswi asli Malang ini. Selain itu, pihaknya juga sudah mengupayakan agar website BEM FT UM juga mulai dikelola dengan baik, melalui pengisian konten secara rutin. “Target kami, minimal tahun ini masuk nominasi dulu deh,” tutup mahasiswi yang kini sedang melaksanakan Praktik Industri tersebut.
Antusiasme dalam mengikuti Ormawa of The Year ini juga dirasakan di ormawa yang letaknya di luar Kampus Pusat UM. Pengurus HMJ Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM yang terletak di Kampus II misalnya, sudah mulai mempersiapkan diri dengan menata kembali administrasi dan website mereka. Ketua HMJ KSDP, Dewi Kharisma Azizah, mengatakan bahwa kendala yang mereka alami sekarang, yakni soal kebersihan di sekitar sekretariat. “Rumputnya sangat mudah tumbuh tinggi, sehingga harus sering kami bersihkan,” ujarnya. Mahasiswi asli Malang ini juga menambahkan bahwa pada Ormawa of The Year tahun ini pihaknya akan memberikan yang terbaik. “Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” tutup Ketua HMJ tersebut.Arvendo/Arni