Begitulah sepenggal sabda Rasulullah Muhammad SAW yang dikutip Felix dalam bukunya Muhammad Al-Fatih 1453. Buku ini merupakan buku sejarah islam yang sama sekali jauh dari kata monoton. Gaya penulisan Felix yang mengalir mengajak pembaca untuk menikmati lembar demi lembar kisah sejarah Sang Penakluk yang penuh dengan suri teladan dan perjuangan.


Tentu bukanlah perkara mudah menerobos pertahanan tembok kokoh yang tidak pernah jebol selama 1.123 tahun meski 23 serangan dialamatkan kepadanya. Namun itulah kenyataan yang berhasil dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) dan pasukan terbaiknya setelah 54 hari pengepungan. Semua mungkin hanya akan menjadi mimpi belaka jika pemimpinnya tak seideal Sang Sultan. Beliaulah sosok pemimpin perang yang piawai sekaligus penguasa yang pandai, seorang yang ambisius sekaligus takwa kepada Tuhannya, seseorang yang berada di garis depan ketika perang, namun juga bangun di malam hari untuk bersimpuh rendah di hadapan-Nya. Sungguh sosok pemimpin yang dielu-elukan rakyat dan disegani lawan.
Sultan Muhammad Al-Fatih sangat senang mempelajari sejarah dan bahasa. Sejarah memungkinkan seseorang untuk tidak mulai kembali dari titik nol, namun melanjutkan apa yang telah dibangun oleh orang-orang sebelumnya sehingga jalan menuju keberhasilan lebih dekat. Dalam kasus Sultan Mehmed, Sejarah tidak menjadi masa lalu yang hanya befungsi sebagai nostalgia dan romantisme tanpa arah, namun menjadi perhitungan dan perencanaan untuk menentukan keputusan di masa depan. Dengan sejarah pula, Sultan Mehmed menjadi seseorang yang fleksibel, inovatif dan penuh dengan kejutan. Dalam buku ini, Felix mampu menuliskan jalan cerita yang mengalir dan diksi yang selaras sehingga membuat buku sejarah ini tidak membosankan untuk dibaca.
Deskripsi dan gambaran suasana yang jelas membuat pembaca seolah-olah terlibat dalam rangkaian peristiwa yang ada. Selain itu, berbagai illustrasi berupa peta, lukisan, dan tanggal-tanggal setiap peristiwa yang dicantumkan mampu menghidupkan imajinasi pembaca sehingga mendapatkan gambaran tentang cerita yang sedang dikisahkan. Contohnya adalah pada halaman 176-191, di sana dikisahkan dengan hebatnya Sultan Mehmed dan pasukannya memindahkan 72 kapal dari Selat Bhosporus menuju Teluk Tanduk Emas hanya dalam waktu satu malam. llustrasi berupa peta jalur pemindahan kapal dan gambar yang melukiskan lautan prajurit bersama kapal-kapal besar memberikan kesempatan kepada pembaca untuk seolah-olah dapat melihat kejadian tersebut berada dihadapan mereka.
Sikap Sultan Mehmed yang pemberani, tangguh, adil, menyukai keilmuan, menyayangi para ulama, cerdas, dan ikhlas serta sifat-sifat pemimpin yang lainnya bukanlah sifat yang muncul dari lahir, itu semua dibentuk di dalam diri Mehmed melalui sejarah para ksatria Islam. Leader are nurtured not only by nature. Dalam buku ini, Felix memilih untuk menggunakan alur maju untuk mengisahkan proses tersebut. Hal ini merupakan pilihan yang tepat, mengingat ini adalah buku yang penuh dengan rentetan cerita sejarah yang belum pernah dialami pembacanya. Dengan alur yang runtut, pembaca dapat dengan mudah memahami plot cerita.
Felix mampu memainkan emosi pembaca melalui gaya penulisannya yang sangat natural. Ketegangan, kesakitan, kecemasan, maupun euforia kemenangan seolah-olah berada dihadapan pembaca. Namun demikian, terdapat beberapa kekurangan yang dapat dijumpai dalam buku ini, salah satunya adalah mengenai tata letak gambar illustrasi. Susunan gambar illustrasi tidak begitu rapi, dan terdapat beberapa gambar yang terulang dan sebenarnya tidak perlu di lampirkan. Selain itu, pembaca dibuat agak bingung dengan istilah-istilah asing yang tidak disertai penjelasan yang dapat dimengerti secara umum.
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UM