Memudarnya nasionalisme dan patriotisme disebabkan oleh tiadanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Salah satu solusi jangka panjang untuk menjaga keutuhan, keamanan, nasionalisme, patriotisme berbangsa dan bernegara adalah dengan adanya pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara. Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan Tim Politeknik Angkatan Darat (POLTEKAD) Pusat Pendidikan (PUSDIK) Arhanud Karangploso Malang mengadakan Pelatihan Bela Negara dan Pembinaan Karakter bagi Mahasiswa Baru (maba) UM angkatan 2018. Selama 12 pekan (31/08-17/11), secara bergantian setiap akhir pekan maba UM dari 12 fakultas akan mendapat pelatihan di POLTEKAD.

Setiap fakultas mendapat kesempatan selama tiga hari untuk mengikuti pelatihan. Kegiatan hari pertama diawali dengan pemberangkatan peserta menuju tempat kegiatan menggunakan truk tentara, setelah itu dilanjutkan dengan acara pembukaan di lokasi, pembekalan, dan apel malam. Pada hari kedua, kegiatan diisi dengan berbagai macam kegiatan yang cukup padat mulai dari senam pagi, apel pagi, pembekalan Pelatihan Baris Berbaris (PBB), materi nasionalisme, ketahanan nasional, dan wawasan kebangsaan bela negara. Diakhiri pada malam puncak dengan pertunjukan gelar talenta bertemakan unsur budaya lokal. Hari ketiga, kegiatan diisi dengan senam pagi, apel pagi, lomba PBB, dan outbond.


Selama kegiatan berlangsung, jumlah peserta dibagi menjadi tiga kompi yang masing-masing kompi dibagi menjadi 12 pleton. Beberapa kegiatan seperti PBB, gelar talenta dan outbond dilombakan antarpleton dengan memperebutkan piala dari TNI AD yang akan diumumkan pada acara penutupan di hari ketiga. Hal tersebut sebagai motivasi agar maba mengikuti kegiatan dengan semangat dan antusias. Meski menghabiskan banyak tenaga, namun nampaknya kegiatan bela negara ini tidaklah sia-sia. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya peningkatan dari hari pertama hingga hari terakhir, terutama dalam sikap dan tindakan. Peserta tambah disiplin dan dapat mengikuti PBB dengan baik. Kreativitas peserta juga diasah dalam kegiatan ini melalui malam gelar talenta. Pada kegiatan gelar talenta, maba diberi wadah untuk menuangkan ide kreatif dan inovatif mereka. Dengan mengusung tema unsur budaya lokal, peserta berkreasi sedemikian rupa untuk menampilkan penampilan terbaiknya. “Saya dari pleton lima berencana menampilkan tari saman kolaborasi dengan tari modern, keren sekali di sini karena dibimbing oleh pelatih yang berkompeten dan baik hati,” ungkap Niken Andini peserta pelatihan dari jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Setiap pleton memberikan penampilan yang berbeda-beda. Segala bentuk seni pertunjukan dapat ditemukan di sini, mulai dari musikalisasi puisi, drama sejarah dan cerita rakyat, paduan suara lagu nasional, tari tradisional, dan masih banyak lagi.
Kegiatan yang tak kalah seru adalah outbond. Tentunya, konsep outbond tidak terlepas dari konteks nasionalisme. Peserta diajak bermain games yang mengandung unsur kerjasama, pertahanan, saling menghargai, tenggang rasa, dan tanggap menghadapi permasalahan yang ada. Diharapkan setelah ini mereka dapat menerapkan sikap-sikap tersebut dalam berbela negara dan kehidupan sehari-hari. Banyak cerita menarik mengenai outbond, seperti yang dialami oleh Rega Saka Maulana, mahasiswa jurusan PGSD. Rega bercerita saat mengikuti outbond halang rintang ia dipasangkan dengan perempuan yang belum ia kenal. Awalnya ia merasa malu dan canggung, namun tanpa disangka, ia bersama pasangannya justru menjadi pemenang dan hingga sekarang mereka masih menjalin komunikasi.
“Karena sasarannya maba, maka kami ingin membentuk karakter mereka untuk memiliki rasa cinta tanah air, bangga menjadi bangsa Indonesia, memiliki kredibilitas sebagai bangsa yang berbudaya, dan menanamkan rasa nasionalisme. Saya juga menanamkan pengetahuan pada mereka perihal bahaya terorisme, radikalisme, dan narkoba agar mereka paham betul bahwa itu merupakan sebuah ancaman untuk Indonesia,” ungkap Letnan Kolonel Arhanud Kusnadi, M.T., salah satu pemateri.
Kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah diraih, maka dari itu sudah selayaknya mahasiswa sebagai penerus bangsa menjaga dan memupuk keutuhan bangsa. Salah satu cara untuk menjaga keutuhan bangsa dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menghargai jasa para pahlawan. Lebih lanjut, setelah pulang dari POLTEKAD, mahasiswa UM dengan pihak kampus selaras dalam pelaksanaan misi bela negara agar tercipta Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Memudarnya etika mahasiswa zaman milineal disertai dengan revolusi industri 4.0 menjadi motivasi atas diadakannya pelatihan bela negara tersebut. “Melakukan bela negara tidak harus menjadi TNI, siapapun wajib melakukan bela negara, termasuk mahasiswa. Dimulai dari hal kecil seperti beretika baik terhadap sumber ilmu mereka yaitu dosen di kampus beserta lingkungannya” tutur Letnan Kolonel Infantri Amin Taufiq, S.Sos.
Antusias mahasiswa UM sangat luar biasa, mereka mengikuti kegiatan dengan baik, mudah menangkap serta mengaplikasikan materi yang telah didapat. “Saya disini menjadi tambah disiplin waktu dan mendapat pengalaman yang luar biasa have fun dan enjoy, etika dalam bertindak sangat diutamakan, jadi kira-kira sepulang dari sini saya akan menjadi lebih sopan, pokoknya yang tidak ikut rugi deh,” ungkap Zahwa Isnainingtyas, peserta pelatihan dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Amey