oleh Nida Anisatus S.

Saat berkunjung ke Yogyakarta, Goa Pindul bisa dijadikan pilihan tempat wisata yang asyik dan menyenangkan. Goa yang terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta ini memiliki sensasi yang luar biasa dengan panjang 350 meter dan lebar 5 meter.
Konon, nama Pindul diambil dari cerita seorang bayi dari Kerajaan Mataram yang dimandikan dalam goa. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur (kebendul dalam bahasa Jawa, red.) batu yang ada di dalamnya. Karena peristiwa tersebut, akhirnya goa itu dinamakan Goa Pindul.
Seusai menuntaskan kompetisi dan menyabet lima medali, kontingen Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Universitas Negeri Malang (UM) menyegarkan pikiran dengan berwisata ke Goa Pindul pada Minggu (1/9). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1-1,5 jam dari hotel tempat menginap, sampailah kami di wisata Goa Pindul. Dengan membayar Rp60.000,00 per orang pengunjung sudah dapat menikmati panorama Goa Pindul. Namun, jika menambah jasa fotografer pengunjung akan dikenai biaya Rp150.000,00 per orang.
Ada 3 zona dalam goa yang dapat dieksplorasi oleh pengunjung. Pertama ialah zona terang, zona ini merupakan start memasuki area goa. Kedalaman goa di zona awal ini sekitar 5-6 meter. Sebelum memulai perjalanan memasuki goa, masing-masing orang diharuskan membawa ban yang dilengkapi dengan tali melintang di tengah dan di seputar ban. Dengan tali yang diletakkan melintang, ban itu dapat kami duduki dan berfungsi seperti rakit. Sesampainya di zona terang ini, ban yang kami bawa diletakkan di air, lalu pemandu wisata memberi instruksi pada kami untuk berbalik dan meletakkan bagian belakang badan ke ban yang telah terapung di air seperti orang yang sedang berbaring setengah duduk. Satu demi satu dari kami melakukan hal yang sama sesuai instruksi pemandu wisata dan saling memegang tali ban yang sudah terpasang kuat. Kami pun mulai menyusuri pesona Goa Pindul dengan menggunakan ban dan pelampung.
Selanjutnya zona remang, zona ini berkedalaman 7-8 meter. Di zona ini, cahaya sudah mulai meredup, air dalam goa sangat tenang, ornamen-ornamen yang terdapat di dinding goa ditambah susunan batu kapur berbentuk kerucut yang disebut stalagmit, serta sinar matahari yang terpancar dari lobang goa membuat tempat ini semakin anggun. Bak lukisan yang indah dan mahal. Dari stalagmit tersebut keluar tetesan air.
Zona ketiga adalah zona gelap. Di area ini petugas harus menyalakan senter karna tidak ada lagi cahaya yang masuk. Saat menatap ke atas, kami bisa menyaksikan kelelawar-kelelawar yang menclok di langit-langit goa. Ada yang sendiri ada juga yang bergerombol. Pemandangan langka yang tentu tidak bisa didapat di setiap tempat. Setelah sekitar 30 menit menyusuri goa, sampailah kami di hilir. Kedalaman di zona ini sekitar 3 meter. Kami pun mengembalikan ban ke petugas. Namun, tidak berhenti di situ, kami menghabiskan waktu dengan berenang.
Setelah puas menyusuri goa, rombongan kami menguji adrenalin dengan melakukan rafting dengan tambahan biaya Rp50.000,00 per orang. Tak lengkap rasanya jika mengunjungi tempat wisata tanpa mencoba suguhan kulinernya. Maka seusai rafting rombongan berjalan ke belakang tebing dan disana kami bisa mencicipi suguhan berbagai aneka makanan tradisional. Menu yang ditawarkan seperti kuah lodeh, ayam bakar, mujair, sambal mentah, dan lain-lain. Suasana bersantap makan semakin terasa endeus karena kami menikmatinya sembari duduk di gazebo yang terletak di atas 3 kolam besar yang berisi gurami. Di sekelilingnya tersaji deretan pohon kelapa dan pohon pisang yang menambah kesejukan suasana kala itu. Penasaran seperti apa sensasinya? Jangan lupa mampir ke Goa Pindul jika kalian berkunjung ke Jogja.
Penulis adalah Staf MPIKA Universitas Negeri Malang dan Redaktur Pelaksana Majalah Komunikasi UM.