Sebuah kebanggaan tersendiri ketika artikel yang ia tulis berhasil menembus jurnal internasional berkategori Q1. Ialah Ani Wilujeng Suryani, S.E., M.AcctgFin., Ph.D., dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Malang (UM) yang artikelnya dimuat di The British Accounting Review volume 50 pada September lalu. Saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (15/11) lalu Ani menuturkan bahwa artikel berjudul Shunning Careers in Public Accounting Firms: The Case of Indonesia tersebut merupakan pengembangan dari disertasinya. Artikel tersebut merupakan hasil kerja sama antara Ani dengan Christine Helliar, Amanda J. Carter, dan John Medlin, para dosen pembimbing disertasi Ani sewaktu menempuh pendidikan di University of South Australia.

Saat ditanya mengenai isi dari artikel tersebut, Ani menjelaskan bahwa ia mengangkat topik yang sederhana. Dosen cantik ini melihat kecenderungan bahwa mahasiswa lulusan akuntansi tidak mau bekerja di Kantor Akuntansi Publik (KAP) dan lebih memilih bekerja di sektor lain. Padahal, akuntan sangat dibutuhkan di Indonesia. “Ini adalah masalah global, bukan hanya di Indonesia. Jika penulis ingin karyanya dimuat di jurnal internasional, maka harus mengangkat masalah global. Atau masalah lokal yang ditarik ke global,” jelasnya lebih lanjut.

Artikel tersebut merupakan artikel pertamanya yang dimuat di skala internasional. “Dari proses submission hingga pemuatan itu sekitar satu tahun. Tapi itu sudah melalui perbaikan berdasarkan masukan dari beberapa conference selama dua tahun,” tutur dosen asal Malang tersebut. Sebelum dikirim ke jurnal, artikel tersebut pernah dipresentasikan di empat konferensi internasional, yaitu: British Accounting and Finance Association (BAFA) di Bath, Accounting Education Special Interest Group di Belfast, AFAANZ di Gold Coast, dan di Accounting Educators’ Conference di Melbourne. Tidak cukup sampai di situ, setelah tiga bulan dikirim ke jurnal, artikel tersebut mendapatkan review dari reviewer jurnal sebanyak dua kali ( major dan minor revisions, red.). Perjalanan panjang artikel tersebut terbayar dengan acceptance di Mei 2018. Artikel milik Ani tersebut sekaligus menjadi artikel dosen UM bidang social science yang pertama kali berhasil menembus Q1.

Dosen yang juga menggeluti wirausaha telur, sayur organik, dan cilok ini mengungkapkan bahwa untuk bisa publikasi di jurnal yang “bener” diperlukan perjalanan yang panjang dan harus tahan banting. Ia mengaku tidak mengejar kuantitas atau banyaknya artikel yang dimuat, melainkan kualitas artikel yang ditulisnya. “Satu artikel di Q1 lebih bernilai daripada puluhan artikel di jurnal predator, bak 1g berlian dengan 1kg batubara,” jelasnya.

Di akhir wawancara, dosen yang pernah menempuh S2 di University of Adelaide ini memberikan motivasi kepada para dosen dan mahasiswa agar tahan banting. “Artikel tidak akan bagus kalau disembunyikan. Harus dibacakan ke orang lain untuk diberi masukan atau kritikan. Jika tidak berani dikritik, jangan berharap bisa publish,” tuturnya. Berdasarkan pengalamannya, ia mengungkapkan bahwa banyak dosen cenderung menginginkan proses yang instan dan butuh pujian, belum siap dikritik pedas atas tulisannya. “Orang-orang yang enggan dikritik seperti itu tandanya kurang piknik. Coba sering-sering piknik ke luar negeri dan merasakan iklim akademis di sana,” tambahnya.

Ani menceritakan bahwa di Australia, setiap minggu ada forum dimana para peneliti, baik dari dalam maupun dari luar institusi datang mempresentasikan working paper (artikel, red.) yang hendak dipublikasikan dan siap dikritik. Bahkan seorang profesor pun akan legowo ketika dikritik oleh mahasiswanya sendiri. Atas capaiannya tersebut, Ani mendapatkan remunerasi karya ilmiah dari universitas berupa uang tunai. Semoga keberhasilan Ani tersebut dapat menjadi motivasi bagi para akademisi UM. Qolbi