Media menggenggam publik luar biasa, lakunya menyerupai mantra. Sudah selayaknya kaum muda membangun solidaritas dengan menjaga kredibilitas media. Sehingga, perlu sabda konkrit untuk wawasan generasi muda tentang peran media khususnya media pemberitaan. Hal tersebut sudah tepat dilakukan oleh Jurusan Sastra Indonesia dengan menyelenggarakan Kuliah Tamu yang bertajuk “Masa Depan Pemberitaan di Indonesia” pada (4/3) dengan pembicara yang mahir dalam jurnalistik yakni Dr. Ross Tapsell, Ph. D dari Australia. Acara diselenggarakan di Aula Perpustakaan Universitas Negeri Malang.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Ross Tapsell, Ph. D memberikan gambaran bagaimana media pemberitaan dalam negeri dan luar negeri dapat menjaga kepercayaan masyarakat. “Media pemberitaan harus bisa beradaptasi agar tidak kalah kepercayaannya dengan sosial media, kita tahu bahwa masyarakat lebih banyak terbawa konten informasi di sosial media daripada media pers. Sehingga pers pun harus bisa memberikan informasi nyata dalam ranah sosial media,” ujarnya.

Tak luput pula Ross mengimplikasikan bahwa pemberitaan di Indonesia harus berusaha menjaga sifat netral serta tidak menjadi alat oknum-oknum politik tertentu agar di masa depan tetap dipercaya masyarakat. Hal itu penting karena kepercayaan masyarakat dipertaruhkan dalam setiap baris kata-kata yang menjadi berita pada setiap media. Jika dunia pers tidak mampu mengambil kepercayaan masyarakat dan memeliharanya, maka seiring waktu dunia pers akan tenggelam dan kembali menjadi sasaran kritikan dan dianggap menjadi sumber fitnah dalam masyarakat.

Tidak hanya dari segi media yang harus berbenah untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat, dari segi sumber daya manusia pun harus lebih berkompeten dan mempunyai skill yang bagus. “Di Inggris wartawannya bagus, independen, isi/konten berita dan public broadcasting bagus serta mempunyai kredibilitas sehingga dipercaya masyarakat,” ungkap Ross.

Pemberitaan Indonesia akan lebih maju di masa depan jika sumber daya manusianya lebih berkompeten dan memiliki sifat demokratis. “Untuk medianya sih tidak banyak berharap karena hanya sebagai alat, jadi lebih berharap kepada manusianya kalau manusianya atau wartawannya benar otomatis isi/konten beritanya pun benar. Banyak manfaat juga dalam acara ini yaitu untuk mengedukasi masyarakat akan kondisi media saat ini dimana jika ada oligarki di tubuh media maka lebih sadar, berhati-hati dan selektif bermedia,” ujar Fajar Dwi Arifandi, Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UM.

Pewarta: Karina Okta Bella