oleh Mokhammad Nurruddin Zanky

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk menyapa para pembaca sekalian. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya sehingga dapat menjalani segala aktivitas dalam keadaan terbaik. Kesempatan yang luar biasa bisa kembali mengisi salam redaksi di majalah Komunikasi ini.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengajak semua pembaca untuk merenungi quote kehidupan yang biasa kita dengar “Hidup itu harus terus berjalan, mundur kita terperosok, berhenti kita tertabrak”. Quote tersebut harusnya menggiring pikiran kita untuk terus berubah ke arah lebih baik dari hari ke hari. Namun, kita semua berada pada masalah yang sama, yaitu terbelenggu dengan pola pikir lama sehingga kita sulit menerima keadaan baru. Sementara, keadaan di sekitar kita mengalami perubahan yang luar biasa. Terlebih lagi hadirnya teknologi cyber yang merupakan ciri utama era 4.0 telah mengubah tatanan kehidupan selama ini. Perubahan tersebut tidak hanya dalam bidang teknologi, tapi sudah merambah dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya.
Kita saat ini berada pada suatu pertempuran fenomena global yang tidak terlihat. Kompetitor datang dari berbagai arah. Mereka datang dengan cepat dan menerobos regulasi yang berlaku saat ini. Pola pikir linier yang biasanya digunakan oleh incumbent tidak berkutik menghadapi kondisi saat ini. Contoh kecil dari permasalahan ini adalah hadirnya transportasi online. Blue Bird sebagai incumbent transportasi umum yang sudah eksis bertahun-tahun kelabakan dengan dengan hadirnya transportasi online seperti Uber, Grab, Go-Jek, dan lain sebagainya. Tidak ada yang salah dengan manajemen Blue Bird, semuanya berjalan baik-baik saja. Namun, keberadaan transportasi online mampu mendisrupsi keadaan sehingga menggusur keberadaan para incumbent. Adanya fenomena disrupsi ini merupakan ancaman bagi para pemilik mindset linier. Mereka mencoba berlindung di balik birokrasi yang selama ini menguntungkan mereka, tetapi semua itu sia-sia. Keadaan sudah berubah, masyarakat sebagai pengguna jasa pasti memilih kualitas layanan yang murah dengan berbagai fasilitas yang serba lebih. Begitu pula dengan pusat-pusat perbelanjaan yang dahulu gaungnya begitu luar biasa seperti Ramayana Plaza, Malang Plaza, Mitra Plaza, dan lain-lain. Kini mereka terdisrupsi oleh datangnya perbelanjaan online.
Universitas Negeri Malang (UM) sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab menyiapkan peserta didik untuk terjun dalam persaingan selalu berupaya untuk melakukan perbaikan diri. Pada lustrum yang ke 13 dan Dies Natalis ke-65 ini UM mengangkat tema “Jaga Tradisi, Bernas Inovasi, Lambungkan Prestasi” yang berarti mempertahankan jati diri positif dengan melakukan inovasi baik dari segi pendidikan maupun nonpendidikan untuk mencapai kualitas yang lebih baik.
Sebagai civitas akademika UM mari kita dukung sepenuhnya kebijakan-kebijakan dari UM sebagai upaya perbaikan diri. UM selalu mengingatkan bahwa mahasiswa perlu dibekali kecakapan abad 21 yaitu kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill); kecakapan berkomunikasi (communication skills); kecakapan kreativitas dan inovasi (creativity and innovation); dan kecakapan kolaborasi (collaboration). Hal ini tidak lain untuk mempersiapkan alumninya untuk bisa eksis dalam persaingan era 4.0. Mari kita selalu motivasi diri kita sendiri, motivasi orang-orang di sekitar kita bahwa kita mampu bersaing di era ini. Mengutip tulisan Reynal Kasali “Motivasi saja tidak cukup yang kita butuhkan adalah strategi untuk membaca where we are and where we are going to”. Bukan saatnya lagi mengunggulkan diri sendiri apa lagi saling menyalahkan jika kita tidak ingin tersungkur di era disruspsi ini. Sudah saatnya kita bersinergi untuk menghadapi kompetitor di luar sana yang sangat luar biasa kekuatannya. Bravo UM tercinta!!!
Penulis adalah Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran dan Anggota Penyunting
Majalah Komunikasi